Devil's Fruit (21+)

Serdadu yang Terasuki



Serdadu yang Terasuki

2Fruit 1194: Serdadu yang Terasuki     
4

Ketika demon tua mulai terdesak oleh serangan agresif demon Andrea yang sampai bisa memenggal salah satu tangannya dan melukai cukup parah di kakinya, demon tua tak sabar dan emosi, menyebabkan dia gelap mata ingin membuka segel kekuatannya.      

Saat-saat krusial ketika segel terakhir hendak terbuka, tiba-tiba saja Pangeran Djanh muncul di depan demon tua dan mulutnya bergerak-gerak mengucapkan sesuatu. Setelah itu, demon tua pun lenyap tak berbekas dari medan tempur.      

Apakah pangeran Incubus itu mengucapkan mantra spektakuler sehingga mampu memusnahkan demon tua kuat begitu saja?     

Yang pasti, demon tua itu telah lenyap dan Andrea lekas berhenti karena musuh telah hilang. Dante dan Jovano juga tertegun heran melihat adegan di depan mereka. Sebegitu dahsyatnya kekuatan dari pangeran Djanh? Sungguh mengerikan sekali dia!     

Andrea mengurungkan diri mengejar karena musuhnya sudah lenyap tak berbekas. Dia melayang di angkasa sambil memandangi Pangeran Djanh. Menit berikutnya, Andrea mengembalikan sosoknya menjadi seperti sedia kala.      

Sebelum Andrea luruh ke tanah karena kehabisan tenaga, dia sudah ditangkap Dante terlebih dahulu dan ia lekas memakan pil alkemis penambah tenaga, lebih besar dan cepat khasiatnya ketimbang memakan buah energi roh.      

Pil tersebut sangat susah dibuat dan Andrea hanya memiliki beberapa saja untuk berjaga-jaga seandainya dia harus menggunakan mode demon dia. Dan ternyata instingnya benar mengenai ini. Dia harus memunculkan mode demon dia untuk menghadapi musuh yang sangat kuat demi melindungi keluarganya.      

"Sayank, istirahatlah di Cosmo, yah!" Dante mengusap sayang pipi istrinya, lega bahwa tidak terjadi apapun pada Andrea.      

Sang Cambion Hera itu hanya tersenyum lemah dan membiarkan tubuhnya terus berada dalam dekapan suaminya. "Nggak usah, Dan, di sini aja. Palingan bentar lagi tenagaku pulih, kok!"      

"Apa kau butuh tambahan energi?" tanya Dante dengan kerlingan mata khusus.      

Andrea paham maksud sang suami dan menepuk dada Dante yang terkekeh. "Ini masih di medan perang, Tuan."     

"Loh, bukannya dulu juga kita bisa begitu saat berperang dengan monster di Hutan Kegelapan?" Dante masih sempat-sempatnya menyebutkan memori jaman dahulu.      

Gemas dengan suaminya, Andrea mencubit pipi Dante, "Jangan ngadi-ngadi, deh Tuan mesum!" Ia kemudian mulai menegakkan tubuhnya dan menatap Pangeran Djanh yang masih berdiri di sana. "Djanh, kenapa muncul di sini?"     

"Ohh?" Pangeran Djanh seperti biasanya, bersikap santai, dan menyahut, "Ahh, aku hanya melihat sebuah kondisi darurat dari kalian dan ingin membantu. Itu saja." Senyum nakalnya keluar sambil mengerling satu mata.      

"Tapi aku rasa tadi aku masih bisa menghadapi iblis hitam itu." Andrea masih heran dengan campur tangan si pangeran Incubus. Bukankah dia tadi tidak dalam keadaan terdesak? Dia malah yang berhasil mendesak si demon tua. Lalu kenapa ....     

"Aku melihat iblis hitam itu hendak melakukan sesuatu, dan aku sungguh khawatir pada kalian, maka dari itu aku tak tahan dan secara tak terkendali melesat ke sini untuk menghentikan iblis hitam tadi." Pangeran Djanh memberikan alasan yang sekiranya bisa diterima nalar Andrea dan yang lainnya.      

"Aunty! Apakah tadi Aunty yang sedang bertarung sampai begitu cepatnya, Aunty jadi berubah jadi berkas cahaya." Vargana sudah terbang mendekat ke Andrea dengan mata berbinar penuh kekaguman.      

"Ohh, ha ha ha, itu hanya ... gerakan kecil, kok!" Andrea terkekeh sambil menepuk-nepuk lembut kepala Vargana.      

"Huh! Kau ini kebiasaan, yah, Cambion burik!" Revka sudah berdiri di sebelah suaminya, mengejek Andrea. "Merendah untuk meroket, ya kan?"      

Andrea menjulurkan lidahnya ke Revka yang cemberut. Sementara itu, pembatuan pada Jovano sudah pulih dan dia sudah bisa bergerak lagi setelah demon tua itu hilang.      

"Nah, daripada mengobrol di sini, lebih baik kita meneruskan pertempuran, oke?" Pangeran Djanh lekas berkata. Dia seakan ingin menghindari pertanyaan apapun dari Andrea.      

"Ya! Ya! Ayo!" Vargana terpancing dan menarik lengan bibinya. Mereka semua kembali masuk ke medan perang dan bertarung dengan vampir iblis yang masih saja tumpah ruah memerangi tim Blanche.     

Sebenarnya Andrea masih memiliki sesuatu yang mengganjal tapi dia tidak bisa lebih jauh membawa rasa penasarannya keluar. Bagaimana pun juga, peperangan ini masih belum selesai. Mungkin nanti saja jika ingin menuntaskan kebingungannya.      

Mereka segera kembali ke medan perang seperti sebelumnya. Kini, di tanah tersebut, salju sudah dipenuhi dengan banyak darah merah kehitaman kental, benar-benar menjadi pemandangan menyeramkan di mata manusia apabila terlihat.      

Di sudut jauh sana, Ivy masih duduk tenang di punggung Sabrina ditemani beberapa punggawa terkuat kepercayaan dia, memandangi area pertempuran cukup jauh di depannya. Ada rasa kesal juga ketika dia mengetahui bahwa demon tua yang sudah menjanjikan aliansi dan bantuannya, kini malah hilang begitu saja.      

Tapi untung saja meski demon tua itu lenyap dari tempat itu, anak-anak buahnya masih tetap bertahan bertempur untuk pihaknya.      

Namun, baru saja Ivy merasa lega, dia harus dikejutkan dengan tindakan anak buah dari demon tua. Para sosok mahluk asap hitam itu mendadak saja masuk ke tubuh anak buah Ivy dan merasuki.      

"Hei! Kenapa kalian malah masuk ke tubuh prajuritku?!" teriak Ivy pada makhluk asap tipe dedengkot terdekat dirinya.      

Tipe dedengkot itu hanya menyeringai samar sambil berkata, "Tenang saja, Tuan Puteri. Kami masuk hanya untuk memperkuat serdadumu. Itu takkan membawa kerugian bagimu."     

Ivy belum sempat menjawab ketika ratusan makhluk asap hitam masuk satu demi satu ke serdadunya. Yang membuat Ivy kian khawatir adalah, dia tidak memiliki kendali penuh pada semua anak buahnya, seolah dengan merasuknya makhluk asap hitam tadi, maka setengah dari pengaruh Ivy pada anak buahnya direbut.      

"Kau bisa tenang, Tuan Puteri. Tak perlu cemas. Yang penting, kami akan membantumu mencapai kemenangan. Setelah ini selesai, maka kami akan keluar dari tubuh anak buahmu." Tipe dedengkot tadi melanjutkan memberikan kalimat penenang untuk Ivy.      

Mengambil napas dalam-dalam, Ivy pun berusaha tenang dan mempercayai apa yang baru saja dikatakan rekan aliansinya.     

Yah, jika memang dengan cara begitu dia bisa meraih kemenangan atas kelompok ibunya, maka rasanya pantas sedikit merelakan anak buahnya dirasuki selama beberapa saat. Baiklah, dia akan bersabar lebih lama.     

Sementara di pihak Andrea, mereka melihat bagaimana serdadu Ivy dirasuki makhluk asap hitam dan dengan begitu, secara otomatis kekuatan serdadu itu semakin bertambah.      

"Jo, selesaikan tugas yang Mama berikan padamu." Andrea mengingatkan anaknya untuk memancing para angel datang ke bumi manusia agar menindak para makhluk asap hitam yang muncul kembali.      

Jovano mengangguk. Dia sudah pulih sepenuhnya saat ini dan bersiap menembakkan kekuatan cahaya surgawi dia ke angkasa.     

Tangan kanan Jovano yang berisi kekuatan cahaya surgawi sudah terangkat dan siap meluncurkan pancaran kekuatan di telapak tangan itu.      

Tepp!     

Mendadak, tangan kanan Jovano dicekal oleh Pangeran Djanh. "Jangan, Pangeran Muda. Lebih baik jangan."      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.