Devil's Fruit (21+)

Kegigihan Seorang Ayah



Kegigihan Seorang Ayah

2Fruit 1192: Kegigihan Seorang Ayah     1

Demon tua itu terkekeh dan menyeringai, mengetahui Jovano sudah dibatas limitnya dan sebentar lagi akan tak berdaya dalam kuasanya. Setelah dia bisa meraih tubuh Jovano, maka dia bisa melakukan ....     

Kraarrkk!      

Taarrr!!!     

Dhuaarr!!!     

Kilatan berwarna ungu terang menjulur mengular tebal muncul di antara Jovano dan demon tua, mencoba menjadi penghalang di tengah. Itu adalah energi petir milik Dante saat dia mengangkat tangannya.      

Demon tua mau tak mau lekas mundur kembali ke tempatnya.     

Derak suara petir sudah saling bersahutan di angkasa memenuhi udara sekitar seakan badai hendak muncul. Si mantan Nephilim melayang di sebelah putranya sambil mata tajamnya menatap dingin ke sosok demon tua. "Jangan harap kau bisa melakukan apapun pada anakku."      

Suara tegas nan dingin Dante menunjukkan apa yang menjadi tekad hatinya.      

Demon tua itu terkekeh meremehkan pada Dante. "Apa kau pikir kau yang hanya memiliki darah dan tenaga pinjaman dari mertuamu bisa melawanku? Bahkan mertuamu sendiri saja jika bertarung melawanku, bisa jadi dia akan kalah di kakiku!"      

"Aku tak perduli apakah aku bisa menang atau kalah darimu, tapi yang pasti aku tidak akan membiarkan kau menyentuh semua keluargaku!" Tatapan dingin Dante masih terpusat pada sosok demon tua di udara seolah dia bisa merobek-robek tubuh demon tua itu hanya dengan tatapan saja.     

Namun, si demon tua juga tidak ingin diremehkan oleh Dante. "Kau hanya iblis palsu ingin bertingkah sok hebat di depanku!" Usai mengucapkan itu, demon tua melepaskan pijar energi dia dalam satu hentakan.      

Segera saja aura penindasan menguar melingkupi Jovano dan Dante, menekan bapak dan anak, membuat mereka kesulitan bernapas. Tampaknya, demon tua sama sekali tidak ingin menganggap Dante yang dia ejek sebagai iblis palsu bertindak jauh di depannya.      

Tak ada rencana untuk mengampuni Dante! Demon tua itu berseru dalam hatinya. "Iblis palsu sepertimu harus lenyap karena memalukan!" serunya dengan suara berat mendalam sembari dua tangannya didorong ke depan, menghasilkan kabut pekat dari energi yang dia hantarkan ke Dante.      

Karena Jovano belum bisa bergerak, dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolong ayahnya. "Dad! Menyingkir! Dia terlalu kuat untuk kita! Pergi saja, Dad!"      

Jovano paham bahwa demon tua itu hanya ingin menangkapnya, tidak akan membunuh dia. Namun berbeda dengan ayahnya. Demon tua itu pasti tidak akan memberikan ampunan pada sang ayah.      

Tapi, Dante tidak bergeming dari tempatnya. Mana bisa dia membiarkan putranya sendirian dalam keadaan begitu? Seperti katanya tadi, dia tidak akan membiarkan musuh menyentuh sang putra meski nyawa taruhannya.      

Dante mempersiapkan senjatanya, sebilah tombak besar hasil upgrade dari roh siluman yang diperbarui oleh Jovano. Ia mengalirkan tenaga petirnya ke tombak itu dan lekas menggerakkan dalam bentuk kibasan untuk menghalau kabut energi demon tua.      

Energi berwarna hitam melesat ke Dante dan si mantan Nephilim sudah siap dengan kekuatan petir dia.      

Dante memutar tombak dengan cepat membentuk seperti kipas raksasa dengan balutan petir ungu menyala di sekujur batangnya, berusaha menangkis serangan kabut hitam demon tua.      

Dia terus dan terus memutar tombaknya dengan cepat tanpa jeda, bertarung dengan hempasan kabut energi demon tua yang terus merangsek hendak menelan dirinya.      

Sedangkan Jovano di dekatnya hanya bisa menjerit, "Dad! Pergilah! Pergilah! Dia tidak akan membunuhku! Dad, kau dalam bahaya! Jangan teruskan!"     

Namun, mana mau Dante pergi meninggalkan anaknya? Jovano adalah anak spesial di hati Dante. Jovano adalah buah hasil dari kenangan luar biasa dirinya dengan Andrea yang tiada duanya. Jovano telah menempati ruangan spesial tersendiri di lubuk hatinya.      

Mana mungkin dia merelakan Jovano?     

Tubrukan energi demon tua dengan Dante terus berlangsung bermenit-menit. Demon tua itu tidak mengerahkan seluruh kekuatannya, seakan dia hanya sedang bermain-main saja, bukti bahwa dia meremehkan Dante. Bagi dia, Dante adalah kotoran di ujung kukunya saja.      

Meski begitu, berbeda dengan yang dirasakan Dante. Ia sudah mengerahkan begitu besar tenaga untuk menghalau kabut energi hitam yang merangsek ke arahnya. "Bruuahh!" Ia bahkan muntah darah karena terlalu ditekan oleh energi kabut tersebut.      

"Dad!" Jovano makin khawatir. Ia semakin panik ingin membebaskan diri dari pembatuan yang dia alami ini. Dia harus bisa bebas! Dia harus bisa bergerak atau akan ada bencana mengintai ayahnya!     

Rambut panjang Dante berkibar sengit di udara, menandakan adanya transformasi kekuatan yang sedang melonjak di dirinya seiring dengan putaran tombak di tangannya yang tidak berjeda.      

Demon tua menyeringai melihat Dante sudah memuntahkan beberapa teguk darah. Ia dengan santai mendorongkan energinya dan itu menyebabkan Dante langsung terpental mundur beberapa langkah, jatuh di tanah.      

"Uhuk! Uhuk!" Dante batuk darah hebat. Raut wajahnya seputih kertas dengan mata tajam masih terus tertuju pada demon tua. Jikalau saja tatapan bisa membunuh, pasti demon tua itu sudah mati berjuta kali sejak tadi.      

Jovano menoleh ke samping, berseru, "Dad! Kau baik-baik saja? Dad! Apa kau ada pil buatan Mom? Lekas makan pil itu, Dad! Dad, aku mohon jangan siksa dirimu, pergilah! Jangan membuatku harus memohon dengan air mata darah, Dad!" Ia hampir menangis karena saking putus asanya.      

"Ha ha ha!" Tawa keras demon tua menggelegar. "Aku hanya mengeluarkan sedikit sekali kekuatanku dan kau sudah kepayahan begitu? Fu fu fu ... aku memang ingin membuka matamu lebar-lebar agar kau sadar kau ini siapa dan kau ini siapa, selain hanya iblis palsu!"      

"Terserah kau ingin mengatai aku apa, aku tidak perduli!" Dante susah payah bangkit dari tanah dan lekas menelan pil buatan istrinya, lalu dia mulai mengumpulkan energi kembali meski keadaannya sudah kacau.      

Demon tua terkikik mengejek Dante, "Tidak aku sangka, iblis palsu begitu kukuh melawan iblis sejati sepertiku! Ohh, mungkin aku harus lebih keras lagi memberimu pelajaran agar kau tahu di mana posisimu yang sesungguhnya!"      

Sesudah berkata ejekan pada Dante, demon tua membelalakkan mata hitamnya yang tersembunyi di topeng kabut yang dia kenakan dan meluncur ke arah Dante.      

Jovano berteriak menyuruh ayahnya pergi menghindar saja tak perlu keras kepala.      

Wajah demon tua di balik topeng kabut sudah sangat berseri-seri. Bayangan dia membunuh Dante telah bermain di pelupuk mata. Ia tertawa gila sambil satu tangannya terulur ke Dante, mengeluarkan api hitam neraka.      

Dante tahu dia bukan lawan sepadan dari demon tua. Tapi, dia tak ingin menyingkir. Matipun dia rela jika itu untuk keluarganya. 'Apakah aku harus berakhir di sini?' bisik hatinya.      

Sesaat, Dante goyah dan ingin pasrah. Namun, detik berikutnya, dia kembali memusatkan kegigihannya dan bersiap dengan energi petir yang lebih besar untuk menerima serangan demon tua. Ia tidak ingin mati! Ia ingin berjuang sebesar mungkin!      

Api hitam demon tua meluncur cepat ke Dante, sedangkan Dante tidak gentar dan sudah bersiap dengan tameng petir yang ia buat.      

Blaarrr!     

Api hitam itu menyentuh sebuah objek. Sebuah perisai, namun bukan milik Dante. Itu adalah perisai setinggi orang dari kristal. Perisai itu segera terbakar dilahap api hitam dan dilepaskan pemiliknya sebelum mencapai tangan si empunya.     

Dante dan Jovano terkejut.      

"Mom!"     

"Andrea!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.