Devil's Fruit (21+)

Jovano Membatu?



Jovano Membatu?

3Fruit 1191: Jovano Membatu?     
1

Yang Jovano heran, sebenarnya dia meyakini bahwa kekuatan sosok hitam itu ada di atas dia, bahkan akan sangat mudah membunuh Jovano jika memang sosok itu ingin.     

Tapi, kenapa bermenit-menit berlalu, sosok itu masih saja tidak menunjukkan kekuatan aslinya? Jovano bukan orang bodoh yang mudah dikelabui, sehingga dia dengan yakin tahu bahwa lawannya ini merupakan sosok yang sangat kuat.     

Apa tujuan sosok hitam itu ke Jovano? Kenapa Jovano tidak langsung dibunuh jika memang dia jauh lebih kuat dari Jovano?     

Andrea melihat putranya ada bersama dengan sosok dalang makhluk asap hitam sedang bertarung di area cukup jauh darinya. Ia bertanya-tanya, apakah putra sulungnya memang digiring sosok hitam itu agar bisa lebih leluasa menangani Jovano?     

Tak ingin terjadi sesuatu pada anaknya, Andrea hendak melesat ke tempat Jovano berada. Sayang sekali, makhluk-makhluk asap hitam tipe dedengkot tidak memperbolehkan dia untuk lepas dari kepungan.      

Para tipe dedengkot itu sudah dipahami Andrea merupakan jenis yang paling kuat di antara semua makhluk asap hitam lainnya. Dan saat ini Andrea harus berkutat melawan 9 dari mereka. Begitu gila, bisa dibayangkan seperti apa dia bergelut menghindar dan mencari celah untuk memberikan serangan balasan.      

Sementara ibunya sedang sibuk menghadapi tipe dedengkot yang terus mengeroyok tanpa jeda, Jovano sudah berhadapan dengan sosok hitam di depannya.      

Dari suara yang ditampilkan sosok itu, Jovano hanya bisa berpikir bahwa orang tersebut bukan lagi bisa disebut kaum muda. Terutama dengan kekuatan besar dan luar biasa yang pernah ditunjukkan di atas langit Tokyo saat itu, Jovano bisa yakin sosok itu sosok tua.     

Lebih tepatnya demon tua. Tak mungkin makhluk di depannya itu adalah manusia atau angel. Jovano sangat yakin demon tua itu memang dari ras iblis. Namun dia tidak bisa mengetahui persis iblis ras mana. Dia masih terlalu muda untuk mengenal semua jenis iblis dan bau mereka.      

"Sepertinya kita memang harus berhadap-hadapan berdua saja tanpa gangguan." Jovano masih melayang diam di tempatnya untuk menganalisis keadaan dan si sosok itu dahulu. Ia tak boleh gegabah.      

"Khe he he ...." Tawa suara mendalam makhluk itu memang patut dibilang tua. Bahkan seperti suara kuno yang membuat bulu kuduk bisa meremang naik.      

"Dan ini seperti yang kau harapkan, ya kan?" lanjut Jovano.     

"Ha ha ha!" gelak tawa lepas sosok demon tua itu menunjukkan bahwa sindiran Jovano memang tepat. "Tapi aku akui kau seorang pemuda yang sungguh pemberani. Meski kau tahu aku menggiringmu ke sini, tapi kau masih meladeniku, tidak kabur."     

"Kenapa harus kabur? Siapa tahu aku bisa membunuhmu, maka itu adalah sebuah perayaan untuk timku jika kau mati." Jovano tetap tenang di tempatnya sembari melemparkan senyum santai.      

"Khu hu uhuu ...," kekeh demon tua yang masih tak bisa terlihat wajahnya itu ketika mendengar betapa tenangnya suara Jovano. "Kau harus kuberi penghargaan atas tingginya rasa percaya dirimu itu, bocah. Kau yakin bisa membunuhku? Jangan sampai itu berbalik, bocah."     

"Aku tahu kau sangat kuat dan mungkin lebih kuat dariku, tapi entah kenapa, aku punya keyakinan kau takkan begitu saja membunuhku. Kalau memang kau ingin membunuhku, kau sudah melakukannya semenjak tadi, ya kan pak tua?" Jovano tersenyum makin lebar.      

Tawa demon tua itu makin membahana di tempat sepi tersebut. "Luar biasa! Sungguh luar biasa cucu dari Zardakh ini! Ha ha ha! Pantas saja dia terus saja secara pongah menyombongkan cucunya ke setiap jengkal tempat sampai membuat kupingku iritasi!"     

"Khe he he ... maafkan kelakuan opaku itu. Yah, tapi aku rasa itu adalah tingkah manis darinya. Bukankah semua kakek dan nenek selalu bangga pada cucunya yang berbakat, apalagi seperti aku ini, ya kan?" Jovano menaikkan dagunya dengan gerakan santai.      

"Ha ha ha! Baiklah, baiklah, silahkan saja kau berbangga diri dengan kemampuan kecilmu itu, bocah!" seru demon tua.      

Saat Jovano hendak menjawab ucapan demon tua itu, si demon tua secara tiba-tiba bergerak secepat kilat ke Jovano dan tangannya menyapu bagai tiupan angin, seolah-olah sosok itu berubah menjadi rajawali raksasa berwarna hitam memenuhi langit menutupi Jovano, hendak menyambar pemuda itu.     

Jovano langsung mengetahui bahaya datang dan dia hanya bisa merasakan adanya gerakan yang teramat sangat tangguh sedang menekan dirinya hingga dia sulit bernapas meski sudah mundur menjauh dari terjangan sosok demon tua itu.     

Dalam sekejap, Jovano dibuat panik meski pemuda itu berusaha menutupi apa yang dia rasakan saat ini. Ia tidak menyangka, ketika demon tua itu menunjukkan kekuatannya yang entah berapa persen, Jovano dibuat kesulitan bernapas hanya dari angin kibasan lengannya saja.      

Demon tua masih terus mengayunkan telapak tangannya hendak menggapai Jovano, memburu pemuda yang terus berkelit menghindarinya, dan perlahan-lahan mengumpulkan energi yang membentuk bola hitam berselubung kabut dengan warna serupa.     

Jovano yakin itu adalah kumpulan api hitam yang sebentar lagi akan dilepaskan kepadanya. Walaupun dia sebenarnya bisa saja menghindari serangan itu, namun yang menjadi permasalah utama saat ini adalah ... dia susah bergerak!     

Secara mengejutkan, Jovano sadar dia dibuat susah bergerak, entah oleh energi apa, yang pasti sejak demon tua itu tadi mengibaskan tangannya bagai sayap rajawali raksasa dan Jovano terkena hempasan anginnya, dia secara bertahap menjadi seperti kaku dan badannya terasa sangat berat.     

"Ha ha ha! Rupanya kau cukup kuat juga, bocah! Kau masih bisa bergerak setelah kena seranganku?!" Demon tua tertawa keras melihat Jovano ternyata masih bisa bertahan dan menghindari serangan darinya meski pasti pemuda itu sudah melakukan upaya mati-matian.     

"Tentu saja aku ini kuat. Apakah kau sudah lupa siapa kakek dan orang tuaku, hm?" Jovano tetap bersikap tenang seolah tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Dia tidak boleh membiarkan demon tua itu mengetahui dirinya mengalami semacam paralisasi anggota tubuh.      

"Khe he he ... kau bocah tengik, masih sok bertingkah kuat, heh?!" Demon tua terus saja melesat ke Jovano dengan tangan bercakar hitam tajam panjang ingin meraih tubuh Jovano.      

Jovano belum ingin menyerah, dan tentu saja tak boleh menyerah. Dia susah payah menggerakkan tangan kanannya yang sudah seberat batu. "Errrghhh!" Sinar terang terpancar dari telapak tangan kanannya, mengakibatkan demon tua terpaksa surut dan mundur sejenak untuk menghindar.      

Setelah berhasil mendorong mundur demon tua, Jovano mulai tersengal-sengal. Kedua tangannya telah sekeras batu yang paling keras dia tahu. Begitu susah diangkat. Jangankan diangkat, untuk menggerakkan satu jari saja membutuhkan upaya yang luar biasa.      

Apakah aku harus berakhir di sini? Jovano berbisik dalam hatinya. Aku masih terlalu muda untuk mati, ya kan? Kenapa harus menyerah? Tentu aku harus melawan. Kalaupun aku memang ditakdirkan mati di sini di tangan pak tua itu, aku lebih baik mati terhormat. Dia tak boleh menjadi pihak yang membunuhku!     

Maka dari itu, berlandaskan tekad melebihi kerasnya baja, Jovano berteriak meraung sambil mengangkat tangannya yang terasa membatu. "Aaaaarrrrghhhh!" Peluh meleleh di sekujur tubuh, terutama di wajahnya.      

Demon tua itu terkekeh dan menyeringai, mengetahui Jovano sudah dibatas limitnya dan sebentar lagi akan tak berdaya dalam kuasanya. Setelah dia bisa meraih tubuh Jovano, maka dia bisa melakukan ....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.