Devil's Fruit (21+)

Mengenang Vargana



Mengenang Vargana

2Fruit 998: Mengenang Vargana     
1

Vargana tiada. Entah apakah ada yang salah, tapi dia tidak bisa bertahan lagi. Bahkan wajah syok Pangeran Abvru tampak nyata, sebuah ekspresi yang langka dari si pangeran. Tangan gadis di sebelahnya itu terkulai dan matanya menutup dengan tubuh yang tidak lagi bergerak.     

Vargana tiada ... di saat tubuhnya sudah berhasil dipulihkan. Bukankah itu ironis?      

-0-0-0-0-     

Pemakaman Vargana berlangsung penuh duka luar biasa dari Andrea dan timnya. Bahkan para serdadu yang pernah bersama-sama berlatih di Alam Schnee juga sangat sedih, tidak percaya gadis belia hebat yang mewarisi keberanian ayah dan ibunya itu sudah tiada.      

Myren menolak untuk melihat saat tubuh Vargana diturunkan ke tanah. Ia memilih untuk mengurung diri di kamar dan menangis ditemani Voindra yang tidak tega melihat sang kakak dikubur. Sedangkan anak bungsu Myren, Vicario, tampak tak paham apa yang terjadi.      

Ronh memimpin upacara pemakaman anaknya sembari menahan tangis sekuat tenaga. Pemakaman dilaksanakan di belakang istana Berlian, berdampingan dengan makam Opa, Oma, dan Nivria.      

Kuro dan Kyuna terus menangis sedih. Andrea terus menunduk, merasa dirinya tidak berguna. Druana dan Shona juga saling menunduk dalam-dalam sambil berpegangan tangan, menganggap mereka begitu gagal.      

Para anggota Tim Blanche di pemakaman itu masih mengingat jelas mengenai Vargana. Gadis itu sangat menonjol kekuatannya, seperti Myren diwaktu muda, demikian sering dicetuskan oleh beberapa serdadu, bahkan diiyakan oleh ayahnya sendiri.      

Vargana yang sewaktu kecil berpenampilan tomboi dan sangat menyukai dan mengidolakan tokoh Lara Croft, bahkan itu dijadikan role model baginya dalam berlatih dan bertarung. Kadang Myren cemburu pada Lara Croft karena justru bukan dia yang menjadi role model putri sulungnya.      

Kemudian, menjelang masuk tahun pertama SMA, Vargana berubah lebih feminim dan lebih bisa genit dalam beberapa waktu.      

Dia kuat, dia tabah, dia manis, sangat cantik dan menawan. Sebuah perpaduan sempurna untuk menjadi femme fatale. Bakat dalam pertempurannya juga tidak kalah dengan lelaki dan bahkan Jovano bisa kewalahan jika adu fisik dengan Vargana.      

Bocah itu ... masih berumur 16 tahun, akan menjadi 17 tahun seminggu lagi, tapi nasibnya mengenaskan begini. Dia yang sejak kecil tak mau kalah dari Jovano dan nekat ikut menempa diri di Alam Schnee agar bisa lebih kuat dan bisa bersaing dengan sepupunya itu, dia kini sudah tiada.     

Remaja cantik dan kuat itu sudah tiada.      

King Zardakh juga sedih. Vargana dia akui sebagai wanita tangguh mirip ibunya dan memiliki potensi besar untuk menggantikan sang ibu nantinya. Namun, takdir gadis itu berkata lain.      

Saat tubuh Vargana diletakkan pada sebuah kain hitam di lubang pusaranya, Andrea tidak kuat lagi dan dia melesat pergi dari sana sambil menangis. Kuro dan Kyuna juga ikut. Sabrina tetap di sana bersama Noir dan Gazum.      

"Nona Vargana ... anakku sudah siap menjadi beast Nona, tapi kenapa Nona malah berada di sana?" Sabrina berkata lirih sambil matanya mulai basah. Dia ingat bahwa Vargana pernah meminta ijin padanya untuk memberikan satu anaknya agar menjadi beast kontrak gadis itu.      

Sabrina tentu saja tidak keberatan. Namun, saat anaknya sudah besar dan siap, kenapa justru sang calon pemiliknya terkubur di tanah? Ini terlalu menyedihkan untuk Sabrina. Dia mengusapkan kepalanya pada leher suaminya, Noir, dengan raut sedih.      

Setelah tubuh Vargana direbahkan di lubangnya, maka tanah pun ditimpakan pada tubuh kaku tersebut.      

Jovano menggigit bibirnya, dua alisnya berkerut dalam menahan tangis. Gavin, Shiro dan Zevo juga tertunduk sedih saat tanah mulai ditimbunkan pada tubuh Vargana. Revka memeluk Pangeran Djanh sambil benamkan wajah di dada sang suami. Dia juga sedih, dan berharap anak-anaknya tidak ada yang bernasib seburuk itu, atau dia bisa jadi gila.      

Bagaimana dengan Pangeran Abvru? Dia sejak tadi hanya berada di atas dahan pohon tak jauh dari pemakaman itu. Padahal kakaknya sudah menyuruh untuk turun, ikut upacara pemakaman, namun dia menolak. Akhirnya, Pangeran Zaghar pun yang menghadiri upacara berkabung tersebut.     

Pangeran Abvru tidak kuat dan dia pun terbang ke arah lain, tempat kosong, di mana dia bisa meluapkan sesak di hatinya, menghancurkan pepohonan, bukit kecil, atau apapun yang ada di dekatnya tanpa melukai siapapun.     

Ini salahnya! Ini salahnya! Pangeran Abvru terus saja mengulang kalimat itu di benaknya sambil dia melampiaskan amarah pada sekitarnya. Sembari dia meledakkan pohon, dia menangis keras-keras tanpa diketahui siapapun.      

Penyesalan selalu di ujung, bukan?     

Sesudah tanah selesai menimbun tubuh Vargana, mereka mulai memberi penghormatan terakhir pada Vargana sebelum kembali ke tempat masing-masing. Yang paling akhir adalah Ronh dan Tim Blanche. Itupun yang mampu bertahan di sana.      

Kematian Vargana membuat lubang tak kentara di hati Myren dan orang-orang yang menyayangi gadis itu. Ibunya masih saja menangis di kamar bersama Voindra. Andrea masih menangis di kamarnya ditemani Dante.     

"Aku gak guna, Dan ... aku gak guna ... hu huuuu ..." Andrea terus menangis sambil wajahnya basah kuyup akan air mata. Sang suami rengkuh tubuhnya dan memeluk. "Aku gak guna walopun aku udah bikin pil setinggi apapun levelnya, hu hu huuuu ... Vavaaa ... huuu ..."     

"Sudah, sayank ... sudah, jangan terus berpikir begitu." Tuan Nephilim mencoba menghibur istrinya. "Semua usaha kalian tidak ada yang percuma, tidak ada yang tidak berguna. Semuanya tentu saja berguna. Setidaknya, Vargana meninggal dengan jasad utuh. Dia terlihat cantik dan kuat."      

Andrea masih terisak.      

Sedangkan Shelly, ketika dia diberitahu mengenai Vargana oleh suaminya, dia pingsan dan menangis keras ketika siuman. Semua yang mengenal Vargana pasti akan menangis duka mendalam.      

Malam itu, Pangeran Abvru selesai melampiaskan kesedihan dia. Tubuhnya lelah bukan main setelah seharian menghancurkan ini dan itu. Dengan langkah terseok-seok, dia berjalan menuju makam Vargana yang masih hangat.     

Di sana sudah sepi dan gelap, namun hal seperti itu tentu tidak menimbulkan takut padanya karena dia adalah iblis. Dia berlutut lesu di depan pusara Vargana. "Kenapa kau harus pergi? Kenapa? Kenapa tidak aku saja?" Ia mulai lirih meratap. "Harusnya aku biarkan kau memukulku saja, Va. Atau mungkin lebih baik kau buat aku jadi daging cincang."     

Tubuh Pangeran Abvru mulai merosot dan rebah di tanah pusara Vargana. "Kenapa kau harus meninggalkan aku, Va? Kau tau ... aku terlalu pengecut untuk mengakui bahwa aku suka padamu. Aku menyukai saat kau menggodaku. Aku suka ketika kau meledekku. Tapi ... Aku bukannya mengakui itu, justru bersikap sok marah, sok kesal, dan bahkan berdalih menghukummu hanya karena dorongan ingin menciummu saja."      

Sambil menghirup ingusnya, Pangeran Abvru mulai berbicara apa yang ada di hatinya. "Va, pertama kali kita bertemu, yaitu saat di medan perang, ketika kau malah bengong saat aku suruh berdiri, aku tergelitik akan sosokmu. Srrtt! Tapi aku berlagak dingin dan apatis padamu. Lalu, ketika bertemu di taman belakang tak jauh dari sini, di situ aku mulai tertarik padamu dan sengaja berlama-lama bertengkar denganmu--ssrrtt--agar aku bisa lebih lama denganmu. Aku jadi tergelitik dan terus ingin dekat denganmu. Srrrtt! Tapi sayangnya aku terlalu bodoh dan menutupi dengan sikap bertolak belakang."      

Lalu, Pangeran Abvru mulai menangis lirih sambil memeluk pusara Vargana. "Bisakah kau kembali, Va? Agar aku bisa meminta maaf dan mengakui perasaanku dengan lebih patut. Srrtt! Kumohon, Va ... atau aku bisa terus mengutuk diriku sepanjang hidupku, Va ... ssrrtt!"     

Tiba-tiba, Pangeran Abvru merasakan tanah yang dia peluk bergerak-gerak. Dia terperanjat, duduk tegak untuk melihat lebih jelas ada apa. Seketika, matanya terbelalak saat muncul jari dan akhirnya tangan dari dalam tanah itu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.