Devil's Fruit (21+)

Pikir-Pikir Dulu



Pikir-Pikir Dulu

4Fruit 1000: Pikir-Pikir Dulu      3

Kepala Pangeran Abvru menggeleng. "Mandilah di sana. Akan aku jaga." Pria itu langsung membopong lagi tubuh Vargana dan menceburkan diri mereka berdua di telaga.     

"Hei!" Vargana sampai melotot lebar saking kagetnya, tak menyangka pria itu bisa begitu memaksa. Telaga itu airnya setinggi dada Vargana. Tubuh dan pakaian kotornya langsung basah. Begitu pula sang pangeran, tapi air hanya sampai di bagian diafragma sang pria karena tingginya.     

"Bersihkan dirimu. Atau perlu aku yang melakukannya?" Pangeran Abvru menatap Vargana yang ada di depannya.      

"I-ini gimana, sih? Aku sama sekali tak paham." Vargana menatap Pangeran Abvru dengan wajah kebingungan. "Kalau memang kamu nyuruh aku mandi, lah kenapa kau ikutan nyemplung di sini, sih?"     

"Yah, karena aku juga butuh mandi. Lihat, baju dan tubuhku juga kotor." Pangeran Abvru merentangkan dua tangannya lebar-lebar ke samping seolah sedang memperlihatkan tubuh dan pakaiannya yang sungguh kotor, tak ada hoax.      

Vargana memutar bola matanya melihat kelakuan Pangeran Abvru dan berkata, "Yah kau kan bisa mandi di sebelah sana, Kek, kalau memang kau butuh mandi. Syuhh! Syuuhh!" Tangan Vargana digerakkan seakan sedang mengusir ayam.     

Namun, karena Pangeran Abvru sudah berikrar pada dirinya sendiri untuk tidak tersinggung pada apapun perkataan Vargana karena permintaan dia sudah terkabul, yaitu gadis itu kembali hidup, maka dia tak menggubris dan malahan mengubah elemen kristal ciptaan dia menjadi semacam mangkok yang digunakan sebagai gayung dan dia menciduk air telaga untuk diguyurkan ke atas kepala Vargana.     

"Oi! Oii!" Vargana tak siap akan guyuran itu dan berlagak kesal, tapi air terus saja berdatangan dari Pangeran Abvru. "Sudah, cukup! Cukup! Mffhh!" Ia sampai menutupi wajahnya sebelum mati kehabisan napas akibat terus diguyur air.     

Setelah Vargana basah kuyub oleh air guyuran Pangeran Abvru, pria itu pun menghentikan aksinya dan menatap Vargana. Kain yang dipakai oleh gadis itu begitu tipis, berwarna putih, sehingga langsung saja mencetak seluruh lekuk tubuh si gadis secara jelas.      

"Lihat apa? Sana mandi jauh-jauh!" Vargana menyilangkan dua lengan di depan dadanya.      

"Tidak mau." Pangeran Abvru makin menempelkan tubuhnya dan memeluk Vargana. "Aku tak mau lagi jauh darimu."     

"Ehh! Ehh? Ini apaan, sih?" Vargana berusaha memberontak dari pelukan sang pangeran, tapi usaha dia malah menghasilkan lumatan pada bibirnya. Sepertinya Pangeran Abvru memiliki fetish pada bibir Vargana yang seksi. "Mrrfhh ... Vru! Mmmrsshh!" Ia ingin melepaskan diri dari dekapan si pangeran incubus pemaksa ini. "Abvru! Mccshhh ... Abv-ermmchh ..."     

Tangan sang pangeran malah bergerak menyingkirkan tali gaun Vargana di bahu gadis itu sehingga gaun pun melorot dan memperlihatkan kulit basah dada Vargana. Sementara itu, ciuman Pangeran Abvru telah sampai di leher si gadis.      

"Haanghh ... stop ... stop-mmnnhh ..." Vargana terus berusaha melepaskan tangan sang pangeran yang bergerak liar pada sekujur tubuhnya.      

"Aku menyukaimu, Va! Berhenti menolakku. Aku menyukaimu, mmcchh ... hrrccphh!" Bibir sang pangeran incubus telah berkelana hingga perpotongan leher Vargana.      

"Tunggu! Tunggu dulu, eiii! Gak bisa gitu aja, kan?" Vargana menepis tangan liar Pangeran Abvru pada dadanya.      

Akhirnya, sang pangeran pun menghentikan aksinya dan melepaskan tangan dan bibirnya dari Vargana, memandang gadis itu dengan napas memburu.      

Sedangkan Vargana malah kesulitan mencari kemana gaun dia tadi? Sudah hanyut kah? Dia pun silangkan lengan untuk menutupi dada dia yang mulai tumbuh besar. "Pangeran, kau tidak bisa seenaknya bilang suka pada seorang gadis lalu mencumbu dan melucuti pakaiannya untuk kau gerayangi. Bukan begitu caranya." Dia cemberut sambil mengucapkan itu.     

"Hmhh, lalu aku harus bagaimana agar kau terima?" Tatapan tajam Pangeran Abvru tertuju pada gadis yang kini dia idamkan itu. Dia sudah bertekad akan memiliki Vargana, apapun yang terjadi.      

Vargana mengelap bibirnya dengan lidah terlebih dahulu. Dia dalam kondisi basah dari atas sampai bawah begitu terlihat sangat cantik dan menggairahkan. "Tentu saja kau harus dapat ijin dan persetujuan dariku dulu, ya kan? Kau bilang suka, tapi bagaimana dengan aku? Apa aku juga suka kamu? Atau tidak?"     

"Hrrghh ..." Pangeran Abvru mengerang frustrasi mendengar jawaban Vargana. "Yah kalau begitu, terima saja aku."     

Vargana mendelik. "Tidak bisa gitu aja, dong jamet!"      

"Jamet? Siapa lagi itu?" Pangeran Abvru kerutkan keningnya.      

Gadis itu malah angkat bahunya karena dia hanya mendengar itu dari bibinya, Andrea, jika si bibi sedang kesal dengan lelaki. "Pokoknya aku gak mau dipaksa. Yah, cewek manapun juga pasti gak pengin dipaksa."      

"Baiklah, aku akan lakukan perlahan ..." Pangeran Abvru sudah di dekat Vargana dan mengusap lembut dada bertumbuh Vargana dengan air untuk meluruhkan semua tanah hitam di sana.      

"Jangan gini ju-mmghh ..." Vargana segera bekap mulut dengan satu tangannya sendiri karena dia tak mengira akan meloloskan sebuah erangan pelan.      

Mendengar erangan meloncat begitu saja dari bibir Vargana, Pangeran Abvru merasa meletup-letup senang dan tidak ingin menghentikan itu. "Jangan menolakku, kumohon ..." bisiknya di belakang telinga Vargana.      

Vargana yang memunggungi Pangeran Abvru pun menoleh singkat dan mendapati sang pangeran incubus mengecupi bahu telanjang dia. "Kamu ini pemaksa banget, yah ..." lirihnya sambil menoleh ke samping.      

"Jika itu kau, aku harus memaksa."     

"Jadi, kalau ke gadis lain, gak perlu maksa, yah?"     

"Va, jangan main kata-kata denganku. Kau sudah tau arti ucapanku, bahwa aku hanya ingin kau."     

"Ogah percaya omongan lelaki, ahh! Kata teman-temanku, ucapan lelaki itu lebih bahaya daripada racun ular-nnghh ... Vru!" Ia melirik Pangeran Abvru ketika jemari sang pangeran memilin pucuk dadanya.      

"Aku tak suka main-main dengan ucapanku." Pangeran Abvru semakin berani dan mengelus dan meremas di dada si gadis. Ia kemudian menolehkan wajah Vargana ke arahnya agar bisa menyatukan bibir mereka kembali dalam cumbuan lembut.     

Sembari demikian, tangan itu masih beraksi di dada Vargana dan satunya lagi mengusap-usap perut Vargana. Lantas, cumbuan dihentikan dari pihak Pangeran Abvru.     

"Apakah masih sakit di sini?" tanya Pangeran Abvru saat tangannya mengusap di perut Vargana, tempat yang menjadi kehebohan banyak orang.      

Vargana yang masih terhanyut akan sentuhan Pangeran Abvru pun menggeleng. "Udah enggak. Mungkin karena banyaknya yang nolong." Dia menunduk sambil menatap ke perut yang sudah tidak lagi berlubang, sudah menyatu semua jaringan dan kulit dengan baik. Organ penting di dalam pun telah berfungsi baik.     

"Hm, baguslah kalau begitu, aku bagai tersambar petir hitam ketika melihat kau terluka."     

"Iya kah?"      

"Aku tidak pernah main-main dengan omonganku, Va, aku bukan jenis orang macam itu."     

Vargana menahan senyumnya dan hanya mengulum bibirnya hampir memburaikan kekehan kecil.      

"Va ..."     

"Hm?"     

Kini mereka sudah lebih tenang dalam bersikap, tidak seperti sebelumnya.      

"Terima aku, yah!" Pangeran Abvru memutar badan Vargana menghadap padanya, lalu menangkup pipi si gadis menggunakan dua tangan dengan dahinya menempel ke dahi Vargana. "Kumohon, terima aku. Aku menyukaimu."     

"Omonganmu itu terlalu umum dan biasa kudengar, Vru." Vargana terkekeh kecil sambil pejamkan mata.      

"Umum? Biasa kau dengar?" tanya Pangeran Abvru dan jauhkan wajah dari Vargana untuk menatap si gadis yang kini membuka matanya.     

"Hi hi ... iya, biasa aku dengar dari para lelaki di Jepang, teman-teman priaku, teman Jovano, teman Gavin ..."     

"Akan aku bunuh mereka semua!"     

"Hei, hei ... tak boleh begitu! Kalau kau berani menyentuh mereka, kau bakalan berhadapan dengan Jo dan Gavin, dan juga aku."     

"Va ..." Raut wajah Pangeran Abvru terlihat putus asa ketika menatap gadis di hadapannya.      

"Lah habisnya ... yang kamu omongin itu rasa suka, kan? Itu kan biasa aja. Tidak spesial." Vargana berlagak cuek.     

"Aku cinta kamu, Va, oke?! Itu lebih tinggi dari suka, ya kan? Bagaimana? Terima, yah!"     

"Umm ... aku pikir-pikir dulu, yah!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.