Devil's Fruit (21+)

Dengan Jujur dan Tulus



Dengan Jujur dan Tulus

3Frut 1002: Dengan Jujur dan Tulus     
2

Ketika Vargana menerima baju putih tipis itu, sudah tidak ada air di sana. Tubuhnya juga sudah tidak basah lagi setelah selesai dipeluk Pangeran Abvru. Apakah pria itu benar-benar bisa mengeringkan sesuatu dengan sihirnya? Vargana iri mengenai itu.      

Sebagai keturunan dari sosok Centaur, Vargana tidak terlalu bisa menggunakan sihir seperti ayahnya. Demikian juga terjadi pada ibunya, Myren, yang juga lebih mengandalkan kekuatan fisik ketimbang sihirnya.      

Meski elemen magis Vargana hanya bisa menciptakan angin, namun itu sangat dibanggakan Vargana. Meski kekuatan magis dia tidak sebesar kekuatan fisik, tapi dengan memiliki energi elemen, dia merasa lebih percaya diri.      

Berbeda dengan Voindra yang kebalikan dari Vargana. Adiknya itu lebih kuat magisnya ketimbang fisik. Itulah kenapa dulunya Voindra kerap mendapat kesulitan saat berlatih di alam Schnee, terutama latihan yang hanya boleh mengandalkan fisik semata.     

"Antarkan aku ke orang tuaku, please ..." Vargana mengucap secara manis ke Pangeran Abvru. Harus begitu agar lelaki pemaksa itu bisa lebih luluh dan jatuh iba padanya.     

Tampaknya strategi psikologis Vargana menuai hasil. Pangeran Abvru mengangguk setuju dan dia meniadakan kristal dan menggamit pinggang Vargana saat terbang dengan gadis itu ke arah Istana Berlian, tempat di mana tim Andrea dan Pangeran Zaghar tinggal.     

Saat Pangeran Abvru menurunkan Vargana di ambang jendela kamar orang tuanya sesuai dengan yang diinginkan Vargana, Myren membelalak terkejut dan menyeru, "Varga!"     

Ronh yang berada di sana ikut terkejut dan menoleh ke jendela. Di sana ada sosok Vargana. Apakah itu hantu anaknya? Apakah mungkin hantu muncul di Underworld? Ronh ikut berlari ke jendela membuntuti istrinya.      

"Varga! Apakah itu kau, sayank?" Myren membuka jendela dan melihat putri sulungnya melayang di depan jendela. Pangeran Abvru sudah bersembunyi.     

Vargana tersenyum manis dengan sikap tenang. Ia melayang mendekat ke ibunya dan meraih pipi basah sang ibu. "Kenapa Mama menangis?"     

Myren menangkup tangan Vargana di pipinya sambil terisak lagi, ini bagaikan mimpi saja karena didatangi arwah anaknya. Yah, dia menyangka itu adalah arwah Vargana yang menemuinya. Dia sampai tidak sadar bahwa dia bisa menyentuh tangan Vargana.     

Kalau memang itu arwah, mana bisa disentuh, kan?     

"Bagaimana mungkin Mama ini tidak menangis, sih Va? Hiks! Kau pergi meninggalkan kami begitu saja, mana bisa Mama tidak menangis?" Myren memejamkan mata sambil terus memegangi tangan putri sulungnya di pipi dia yang basah.      

"Tapi sekarang kan aku datang ke Mama ... jangan nangis, dong ..." ucap Vargana sambil membelai pipi ibunya menggunakan tangan lainnya.      

Myren pun membuka matanya dan menatap sang anak. Mata dia kerjap-kerjapkan ke Vargana yang terus menampilkan senyum kalem.      

Sedangkan Ronh mengerutkan kening, curiga. "Nak, apakah kau ... kau hidup, kan?"     

"Ehh?!" Myren langsung menoleh ke suaminya. "Varga ... hidup?"     

"Honey ... apa kau tidak sadar bahwa kau bisa menyentuh tangan dia?" Ronh melipat dua tangan di depan dada dengan pandangan masih curiga pada sang putri sulung.      

Myren segera kembali menatap tangan putrinya dan beralih ke wajah Vargana yang masih tersenyum seperti menahan sesuatu. "Va, Varga ... kamu ... kamu ..." Dia sampai tak sanggup menanyakan itu karena khawatir hanya diberi harapan palsu saja.      

"Aaarghh ... Papa gak asik, ahh!" Seketika Vargana merajuk sambil julurkan lidah ke ayahnya. "Padahal aku masih kepingin lebih lama bikin Mama baper." Ia kerucutkan bibirnya.      

Sang ayah malah terkekeh mengetahui dugaan dia benar. Sedangkan Myren setelah dia menelaah dengan baik pembicaraan anak dan suaminya, kini dia mulai paham. "Dasar anak nakal!" Myren segera melesat keluar jendela dan mencubit pinggang dan pipi sang putri.      

"Aha ha ha! Stop, Ma! Stop! Ha ha, geli! Ampuunnn! Ha ha ha ..." Vargana berusaha berkelit dari serangan cubitan sang ibu.      

Namun, menit berikutnya, Myren mendekap sang putri sambil menangis lagi. "Kamu ingin bikin Mama jantungan, hah? Hiks! Putriku ... putriku hidup lagi ... hu huuuu ... astaga, aku merasa sangat bodoh tapi juga bahagia ... huuu huuu ..."     

Vargana hentikan tingkah konyol dia dan memeluk sang ibu sambil senyumnya merekah. Dia tidak menyangka sang ibu bisa menangis seperti anak kecil begitu hanya karena dirinya.      

"Hiks! Jangan lagi bikin Mama nangis, Va. Jangan bikin Mama ingin mati ..." Myren masih menuntaskan tangisnya.      

Karena suara Myren yang cukup berisik di luar, maka beberapa penghuni Istana Berlian pun bermunculan ingin tau ada apa dan kenapa Myren meraung begitu.      

Mata mereka semua terbelalak ketika menyaksikan sosok Vargana.      

"Kak Varga!" Voindra lekas menerjang kakaknya di udara. Kedua gadis itu pun melayang turun ke tanah.     

Andrea, Shelly, Kuro, Kyuna, dan Shona segera berhambur ke Vargana pula. Mereka semua memeluk Vargana dan saling menangis karena lega.      

Vargana merasa sangat dicintai. Yah, selain dicintai oleh keluarga dan rekan timnya, dia tidak boleh lupa bahwa ada pria yang juga mencintai dia.      

"Kok bisa hidup lagi?" tanya Kuro usai melepaskan pelukannya.     

"Isshh, Kuro ..." Kyuna mencubit si hybrid hitam. "Harusnya kan senang Varga hidup lagi."     

"Ehh, bukan maksudku aku tak suka Varga hidup lagi, Kak Kyu, hanya ingin tau bagaimana proses dia bisa hidup lagi." Kuro menjelaskan agar tidak ada salah paham akan kalimat dia sebelumnya.      

"Yah, mungkin memang karena pertolongan dari Shona, Kak Druana dan juga pil hebat Aunty Andrea. Perpaduan itu yang bikin aku bisa meloloskan diri dari Hades di neraka, he he he ..." Vargana terkekeh.      

"Apapun itu, yang penting kau hidup lagi, Vava ..." Andrea mengelus rambut sang keponakan dan mengecup pipinya saking sayang pada Vargana.      

"Ehh, tapi ada satu lagi sih formula yang bikin aku bisa bangkit dari kubur." Vargana mengerling nakal.     

"Apa, tuh?" Mereka di sana saling bertanya hampir bersamaan.      

"Air mata seorang lelaki pemaksa, hi hi hi ..." jawab Vargana sambil melirik nakal ke sebuah sudut tersembunyi.     

"Heh? Air mata lelaki pemaksa?" ulang Jovano dengan nada tanya keheranan. "Lelaki mana?"     

"Tuh!" Vargana menunjuk ke sebuah tempat.     

Pangeran Abvru pun keluar dari persembunyian dia dengan wajah malu-malu, setengah tertunduk.      

"Adik?!" Pangeran Zaghar yang ikut berada di sana pun mengernyit heran. Dia tidak menyangka di sana hadir pula sang adik yang sejak tadi dia cari di sekitar istana tersebut dan menyerah karena mengira adiknya sedang meneruskan berduka di tempat lain.     

"Dia nangis bombay di kuburanku, he he ... makanya aku bisa sukses keluar." Vargana mengulum senyumnya sambil melirik ke Pangeran Abvru.     

"Kalian ..." Ronh menunjuk ke arah putri sulungnya dan Pangeran Abvru, bergantian. Tatapannya mulai mencurigai sesuatu.      

Segera saja Pangeran Abvru berlutut di tanah di hadapan Ronh yang berdiri berdampingan dengan Myren. "Saya, Pangeran Abvru dari Kerajaan Isvax, dengan jujur dan tulus melamar putri Anda sekalian, ingin saya jadikan istri."     

"HEH?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.