Devil's Fruit (21+)

Are You Strong Enough?



Are You Strong Enough?

2Fruit 1007: Are You Strong Enough?      4

Akhirnya, karena sudah ketahuan oleh ayahnya, Shona pun terpaksa membeberkan seluruh cerita yang sebenarnya terjadi antara dia dan Pangeran Zaghar di alam pribadi Jovano. Dia berharap sang ayah tidak menyalahkan si pangeran Isvax, apalagi Jovano.      

Bagi Shona, itu adalah keputusan yang dia buat sendiri, tanpa paksaan, bahkan tanpa diminta atau dibujuk pihak manapun. Dia yang melakukan ini untuk menolong Pangeran Zaghar. Bahkan Jovano sudah sangat membantu dengan bersedia meminjamkan alam pribadi dia untuk mengobati si pangeran kerajaan Isvax.     

Namun, meski sudah dijelaskan oleh putrinya pun, Pangeran Djanh tidak serta merta melepaskan semua kesalahan pada Shona, walau gadis itu memang salah atas sikap ceroboh serta gegabahnya. Sebagai seorang ayah, meski dia brengsek sekalipun, dia tidak ingin anaknya dibrengseki oleh pihak lain.     

Begitulah keegoisan pria.      

"Papa tidak ingin ini terulang lagi, sayank. Jangan korbankan dirimu atau tubuhmu untuk orang lain." Pangeran Djanh menasehati anaknya. "Lebih baik orang lain mati daripada kau yang mati, sayank," ungkapnya jujur meski di hadapan Pangeran Zaghar. "Lalu, enaknya hukuman apa yang akan aku berikan ke pria ini, yah?" Dia menatap ke Pangeran Zaghar.     

Shona makin waspada dan kembali menjadi tameng hidup bagi sang pangeran. "Papa, jangan apa-apakan dia. Aku sudah sejauh ini berusaha mengobati dia agar dia tidak mati, Pa. Jangan sia-siakan perjuangan dan pengobanan aku, Pa, kumohon."     

"Tapi dia tetap harus mendapat hukuman, kan sayank?" erang Pangeran Djanh, tak percaya sang putri lebih memihak orang lain ketimbang dia sebagai sang ayah.      

"Jangan seenaknya, Djanh!" Sebuah seruan hadir di sana.      

Pangeran Djanh mendesah putus asa. "Kitty sayank, kau datang ..." Dia menyembunyikan kekesalan dia atas kedatangan sang istri.      

Revka berjalan anggun sambil melangkah ke arah putrinya yang berdiri di depan Pangeran Zaghar. "Jangan pernah berpikir untuk berbuat sesuatu yang buruk pada calon menantu kita, Djanh!"      

Shona tertegun mendengar ucapan sang ibu, demikian juga Pangeran Zaghar, meski sang pangeran melonjak gembira karena seakan langsung mendapatkan restu dari salah satu orang tua gadis pujaannya.      

"Ma?" Shona bertanya dengan mata memicing heran. "Begitu mudahnya Mama berkata begitu?" Ia tak percaya.      

"Mau bagaimana lagi? Sudah terjadi, kan?" Revka angkat santai dua bahunya. Saat suaminya hendak mengatakan sesuatu, jari Revka teracung ke depan membuat kode ke sang suami agar diam saja. Lalu Revka berjalan ke Pangeran Zaghar.      

Plakk!     

Sebuah tamparan diberikan oleh Revka ke Pangeran Zaghar. Itu sangat mengejutkan semua yang di sana. Bahkan Pangeran Djanh pun terkekeh girang. That's my kitty, demikian batin Pangeran Djanh.     

"Ma!" Shona menjerit setelah ibunya menampar keras Pangeran Zaghar. Dia lekas menoleh ke belakang untuk memeriksa apakah si pangeran negeri Isvax dalam kondisi buruk.      

"Kenapa, Sho? Hanya sebuah tamparan, dan itu takkan membuat dia sekarat! Yeah, kalaupun dia sekarat atau mati karena tamparanku ... hm, berarti dia tidak layak menjadi suamimu." Revka menjawab santai sambil tatap Pangeran Zaghar dengan dagu terangkat. "Apakah kau sekarat, Pangeran?"     

Meski tamparan itu cukup keras bagi Pangeran Zaghar, namun dia tidak mungkin mengatakannya. "Tidak, tidak membuatku kenapa-kenapa, Nyonya Djanh." Ia kemudian tersenyum ke Shona yang memeriksa pipinya dibarengi raut khawatir. "Tak usah cemas, Sho, ini tidak sakit, kok!"     

"See! Dia masih hidup dan bahkan masih bisa merayumu, Sho. Berhentilah khawatir, young lady!" Revka silangkan dua lengan di depan dada montoknya. Sang suami pun melayang mendekat kepadanya dan mengecup pipi Revka. "Aku sudah memberi hukuman padanya, Djanh, maka kau tak perlu lagi melakukan apapun padanya. Restui saja dia."     

"Ahh, my kitty sungguh nakal. Kau mencuri kesempatan dariku ..." Pangeran Djanh mengerang sambil memeluk istrinya.      

"Jangan merengek atau aku tampar seperti si pangeran kecil itu." Revka menatap tajam ke Pangeran Djanh.     

Sang suami terkekeh sembari berkata, "Kan aku sudah sangat biasa mendapatkan tamparanmu, kitty sayank. Waktu kau kesal, kau menamparku. Waktu di atas ranjang, dan kau merasa nikmat, kau juga menamparku. Waktu kau cemburu, kau tentu saja menamparku juga. Waktu kau horny, kau-"     

"Cukup, Djanh!" hardik Revka yang malah direspon kekehan tawa suaminya. "Yah, maka dari itu aku berkata begitu padanya." Lalu dia beralih ke Pangeran Zaghar. "Nah, Pangeran, kau sudah dengar sendiri. Kalau kau lemah dan tidak sekuat papanya Sho, maka kau tidak layak jadi suami anakku."     

"Ma ... memangnya siapa sih yang ingin jadi istri dia?" erang Shona lirih sambil tundukkan kepalanya.      

Jemari berkuku panjang hasil manicure kelas atas Revka menaikkan dagu putrinya. "Kau sungguh tidak ingin jadi istrinya?"     

Shona menatap putus asa ke ibunya. "Maa ..."     

"Hm, kalau kau tak mau jadi istrinya, maka lebih baik aku bunuh dia. Ohh, atau cukup papamu saja yang melakukan pekerjaan kotor itu, dia pasti bersedia." Revka secara ringan mengatakannya.      

"Dengan senang hati, kitty sayank." Pangeran Djanh terkekeh. Istrinya memang kadang gila dan tak terduga begitu. Penuh kejutan, itulah yang disukai olehnya akan sang istri.      

"Jangan! Jangan apa-apakan dia! Aku mau! Aku mau jadi istrinya!" jerit Shona sembari terus menjadi tameng Pangeran Zaghar, melingkarkan dua lengannya ke belakang untuk melindungi pria Isvax tersebut.      

"Hei, Pangeran ... apakah kau tidak merasa keberatan terus saja berlindung dari putriku?" tanya Revka agak menyindir.      

"Ma-maafkan aku, Nyonya." Pangeran Zaghar baru tersadar akan itu, dan dia pun berdiri di samping Shona, memeluk pinggang gadis itu dari samping. "Jangan terus melindungi aku, Sho sayank."     

Revka memutar bola matanya mendengar ucapan Pangeran Zaghar. Sementara itu, Shona makin merah padam tak bisa berkata-kata.      

"Sebenarnya ini sedang ada apa, sih?" TIba-tiba saja dari arah lain, muncullah Andrea dan timnya. "Aku dengar kayak ada ribut-ribut di sini, hastagah! Ada apa, Mpok? Yang sabar, Mpok! Yang sareh, yah!"      

Revka melotot ke Andrea. "Bukan urusanmu, Cambion burik!"      

Andrea terkikik lalu memandang ke Shona yang dipeluk Pangeran Zaghar. "Jadi ... ini sebenarnya ada apa, yah? Cerita, dong!"      

"Begini, Tuan Putri ..." Pangeran Zaghar memulai kalimatnya ke Andrea. "aku hanya sedang melamar Shona menjadi calon istriku."     

"Heehh?!" Andrea dan timnya sama-sama kaget, namun tidak bagi Jovano karena dia sudah tau ini sebelumnya.      

"Kok bisa, sih?" Andrea bingung. "Sejak kapan kalian pacaran?"     

"Kok Sho bisa dengan pangeran itu, sih?" Kuro memiringkan kepala dengan raut sangat heran. "bukannya Shosho menyukai Jo, yah?!"     

Seketika, semua orang di situ menoleh ke Kuro. Shona hanya bisa memijit pangkal hidungnya, tidak mengira itu akan diungkap oleh Kuro yang ceplas-ceplos.     

"Ihh, Kak Kuro napa buka rahasia, sih?" bisik keras Vargana semakin membuat yang lain melongo.     

Shona rasanya ingin amblas menghilang ke tanah saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.