Devil's Fruit (21+)

Serangan Mendadak



Serangan Mendadak

0Fruit 1017: Serangan Mendadak     4

Ketika Shona dan Vargana sedang menikmati girls night mereka di Tropiza Teen tanpa Kuro, mereka sedang membicarakan mengenai kedatangan dua pangeran kembar yang menjadi calon suami masing-masing gadis itu, dan tidak disangka-sangka, lelaki yang sedang mereka bicarakan, datang.     

Ya, datang. Ke Tropiza Teen.      

"Sayankku!" seru Pangeran Zaghar sambil melambai diiringi senyum bahagia dia kepada Shona begitu matanya telah menemukan sang permata hati.      

"Calon istriku!" Pangeran Abvru juga tak mau kalah.     

Sepertinya kedua pangeran itu sengaja berteriak demikian sebagai kode pada para lelaki muda di Tropiza agar bergegas mundur saja jika mereka ingin menaruh minat pada Vargana dan Shona.      

Ohh ya ampun, ingin sekali Vargana dan Shona menghilang dari sana. Ini sungguh memalukan. Untuk apa bersikap demikian di tempat umum? Apakah dua pangeran itu tidak pernah mengetahui apa itu kata 'norak'?     

Sayangnya, dua gadis cantik itu tidak tau makna terselubung dari sikap 'norak' duo pangeran. Ahh, mungkin jikalau tau pun akan tetap melongo dan kemudian geram.      

"Kalian apa-apaan, sih?" Lihat, Vargana sudah mulai menunjukkan kegeraman dia dan melengos ketika Pangeran Abvru tersenyum padanya setelah duo pangeran kembar menghampiri meja mereka.      

"Sho ..." sapa Pangeran Zaghar pada Shona yang yang terlihat kalem duduk di kursinya. "Aku duduk di sini, yah!" Ia menghenyakkan pantat pada kursi berbentuk burger di samping Shona.      

"Iya, silahkan." Shona menanggapi dengan senyum tipis dia dan wajah tenangnya. Sungguh menentramkan mata yang memandang.      

Pangeran Abvru pun hendak duduk di samping Vargana ketika gadis itu mendelik sambil mendesis keras padanya.      

"Hei! Siapa yang membolehkan kamu duduk di situ?" desis keras Vargana secara kejam.      

"Siapa, yah? Calon suamimu, tentu saja." Dan sang pangeran berambut perak itu langsung saja hempaskan pantatnya di kursi yang bentuknya sama dengan yang diduduki sang kakak.      

Vargana memutar bola matanya.      

Obrolan mereka berempat jadi terasa canggung, apalagi Vargana beberapa kali bersikap sengit pada Pangeran Abvru, sedangkan Shona tenang seperti biasanya.      

Setelah hampir satu jam berlalu, Vargana pun mengajak Shona pergi. "Sho, ke Kitari, yuk! Katanya sudah ada syal yang kita incar kemarin itu," ajaknya ke sang sahabat.      

"Hn, oke." Shona mengangguk dan kedua gadis itu pun mulai berdiri.      

"Ehh, ehh, kenapa kalian malah pergi?" tanya Pangeran Abvru sambil dia ikut berdiri juga.      

"Tolong, yah! Jangan ikuti kami." Vargana bicara sambil mulai raih pergelangan tangan Shona. "Kami kepingin jalan-jalan sendiri tanpa kalian, boleh? Kalo enggak boleh, mendingan aku dan Sho balik ke rumah aja daripada diganggu ama kalian."     

"Hei, kalian ini kan-"      

"Dik, sudah, sudah," cegah Pangeran Zaghar ketika melihat adiknya mulai meradang pada sikap Vargana. "Biarkan mereka pergi jalan-jalan."     

"Tapi kita kan harus menjaga mereka, Kak." Pangeran Abvru menatap kakaknya dengan pandangan memohon.      

"Kami bisa jaga diri kami sendiri, yah! Kami tidak lemah." Vargana jadi kesal mendengar ucapan calon suaminya, terdengar seakan-akan dia dan Shona adalah wanita lemah yang selalu butuh perlindungan kaum lelaki.      

Akhirnya, Vargana dan Shona menang, kedua gadis itu bisa bebas pergi tanpa kuntitan dari kedua pangeran.      

"Fyuuhh! Akhirnya bisa lepas juga dari mereka!" Vargana hembuskan napas senang ketika dia yakin dirinya dan Shona benar-benar tidak diikuti dua pangeran kembar setelah mereka berjalan ke arah timur dari Tropiza.      

"Ini kita hendak ke Kitari sungguhan, Va?" tanya Shona.      

"Iya, dong! Syal yang kita incar katanya sudah ada! Temanku sudah ada yang beli dan pamer di sekolah. Kan menyebalkan!" celoteh Vargana sambil terus berjalan beriringan dengan Shona.      

"Kira-kira ada warna biru, tidak ya?" tanya Shona seakan itu pertanyaan untuk dirinya sendiri.      

Mereka berjalan jauh dan tidak sadar sudah memasuki area sepi.     

Wuushh~     

Langkah kaki mereka terhenti dan bersiaga, namun wajah Vargana berubah kesal. "Kok kalian lagi, sih!"     

Shona yang sudah bersiaga juga dengan kuda-kuda serta kepalan tinjunya, mulai tegakkan tubuhnya dalam sikap biasa. "Kalian kenapa mengikuti kami?" tanyanya menggunakan nada normal meski yang mengucapkan sebenarnya sebal.     

"Nih! Kami sudah mendapatkan surat ijin dari orang tua kalian dan boleh mengawal serta melindungi kalian di manapun di luar rumah." Pangeran Abvru menampilkan gulungan baru yang dari tulisannya saja sudah bisa dibaca apa isinya.      

Vargana mengerang. Bagaimana bisa kedua orang tua dia malah main iya saja dengan keinginan dua pangeran norak ini?!     

Sedangkan Shona menanggapinya dengan lebih tenang terkendali. "Ya sudah, karena memang sudah disepakati oleh orang tua kami, mau bagaimana lagi?"     

Baru saja Shona menyatakan kesediaan dia diikuti para pangeran incubus itu, tiba-tiba saja dari dekat mereka, muncul kepulan asap hitam yang masuk ke tubuh pejalan kaki di situ.      

Orang yang dimasuki asap hitam tadi dalam waktu instan berubah menjadi agresif dan garang. Mata mereka menjadi hitam sepenuhnya, mendadak memiliki kekuatan besar untuk melesat menyerang kelompok Vargana.      

"Awas, Va!" Pangeran Abvru lekas meraih tubuh calon istrinya sehingga tubuh Vargana langsung masuk ke pelukannya.      

Pangeran Zaghar segera mengaktifkan perisai sihir dia ketika Shona hendak diserang menggunakan gas hitam yang disemburkan dari mulut orang yang disusupi tadi.      

Shona lekas munculkan cambuk air dan menyerang orang itu untuk dilumpuhkan menggunakan belitannya. Setelah sukses, Pangeran Zaghar bergerak maju hendak membunuh. Shona lekas berteriak, "Jangan! Mereka manusia!"     

Serangan Pangeran Zaghar terhenti di udara, dia menoleh ke calon istrinya. Ini menjadikan makhluk lainnya yang menyusup pada tubuh manusia lain segera bertindak dan menembakkan peluru hitam ke Pangeran Zaghar.      

Zummph!     

Peluru itu segera diperangkap oleh kristal milik Pangeran Abvru. "Takkan aku biarkan kalian seenaknya melukai kakakku!" serunya.      

Vargana yang sudah melepaskan diri dari dekapan Pangeran Abvru, segera berteriak, "Jangan lukai mereka! Mereka hanya disusupi! Tangkap saja untuk dibebaskan dari asap hitam tadi!"     

 Dua pangeran itu saling berpandangan heran. Kenapa tidak boleh dimusnahkan? Hanya karena tubuh inangnya manusia? Betapa konyol sekali, menurut mereka. Tapi karena tidak mau ribut atau membuat kesal calon istri masing-masing, maka keduanya patuh.      

Zumph!     

Dalam waktu singkat, kristal-kristal putih susu milik Pangeran Abvru pun mulai memenjarakan masing-masing dari manusia yang disusupi makhluk asap hitam. Seluruhnya berjumlah 9 orang. Kesemua kristal berisi tangkapan itu pun dimasukkan ke alat jiwa mereka, sebuah benda yang bisa menyimpan makhluk hidup.      

Setelah menangkap 9 tadi, Vargana dan Shona berdampingan dan berpegangan tangan.     

"Kok aneh, yah! Kenapa ada seperti itu?" Shona kerutkan keningnya karena heran. Dia belum pernah melihat yang seperti itu.     

"Apakah itu ... jangan-jangan itu yang diceritakan Aunty Andrea." Vargana pun teringat cerita Andrea mengenai makhluk asap hitam yang bisa memasuki manusia dan mengubah manusia menjadi monster ganas.     

"Iya, kah?" tanya Shona dan dua pangeran secara serempak.      

Vargana mengangguk sebagai jawaban awal dan kemudian berkata, "Ayo kita ke tempat Aunty Andrea aja! Semoga Aunty udah di sana." Dan dia pun mengaktifkan anting komunikasi untuk menghubungi nyonya Cambion. "Sip! Aunty dah di rumah dia. Yok!"     

Mereka berempat pun segera terbang melesat menghilang dengan segera dari tempat tersebut.      

Ketika Vargana dan yang lainnya sudah lenyap, muncullah sebuah bayangan hitam dari sudut jalan, merayap di sepanjang trotoar dan kemudian menghilang begitu saja.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.