Devil's Fruit (21+)

Masih Berdebar Karenamu



Masih Berdebar Karenamu

3Fruit 1041: Masih Berdebar Karenamu     2

Vargana dan Shona paham, apa yang akan terjadi dengan mereka setelah digiring ke markas gerombolan lelaki berjumlah mencapai belasan orang ini. Sementara itu, ada 3 gadis sudah ditelanjangi dan hanya bisa merintih sakit dan meminta disudahi penderitaan mereka.      

"Lihat, Bos! Kami dapat mangsa sangat menakjubkan! Mereka sepertinya berdarah campuran!" Si pemegang pistol itu berkata pada orang yang dipanggil bos. Tidak berlebihan apa yang dikatakan pria itu. Wajah dan juga fisik dua gadis succubus itu memang sangat menyerupai penampilan gadis-gadis luar negeri seperti gadis Rusia dan Eropa.      

Si bos menaikkan resleting celananya usai melampiaskan kebejatan dia pada salah satu gadis. Dia menatap Vargana dan Shona. "Barang kelas tinggi! Ha ha ha! Kemarikan mereka, rasanya aku bisa tegang lagi tak butuh waktu lama hanya melihat mereka!" Ia kembali menurunkan celananya dan mengelus-elus tongkat ajaib miliknya. Seringaiannya sangat cabul saat menatap Vargana dan Shona. Ia tak sabar ingin lekas menikmati tubuh dua gadis itu.      

Betapa jijiknya Vargana ketika melihat si pemimpin gerombolan itu. "Kau pikir kau punya hak apa ingin menyentuhku, hah?" Sorot matanya seolah menghina si bos gerombolan dengan dagu terangkat tanpa gentar.      

"Hei, jalang! Jangan seenaknya bicara begitu dengan bos kami!" Si pemegang pistol menendang pantat Vargana sehingga gadis itu terpaksa bergerak maju dengan tangan masih terikat di punggung.      

"Ssshh ... Oman, jangan kasar begitu pada gadis secantik dia ..." Si bos berlagak menasehati anak buahnya yang bernama Oman. Kemudian, dia menatap Vargana dengan air liur nyaris menetes dari sudut mulutnya. "Sayank, jangan takut, kemarilah dan akan aku berikan kau surga dunia yang tidak pernah kau dapatkan sebelumnya. Aku berjanji ..."      

Kekehan bernada menghina kembali keluar dari mulut tajam Vargana. "Kau pikir kau sanggup memberikan apa tadi? Surga dunia? Pfftt! Bagaimana kalau aku beri kau neraka dunia, mau?" Ia menyeringai menantang.      

"Bos! Dia ini kurang ajar sekali!" Oman segera mengokang pistolnya.     

"Hei, hei, jangan begitu, Oman, aku justru paling suka gadis ganas seperti dia. Birahiku semakin tinggi kalau menghadapi yang begitu. Khe he he ..." Bos itu berjalan pelan menghampiri Vargana. "Ayo, sayank ... kita bisa mulai bersenang-senang."     

"Ohh, sepertinya kau harus melepaskan ikatanku dulu kalau memang ingin aku merasakan kesenangan, ya kan?" balas Vargana.      

Tess!      

Tali yang mengikat tangan Vargana seketika putus hanya dengan sekali sentakan gadis itu sendiri. Lalu dia memamerkan dua tangan yang telah terbebas di depan si bos.      

Si bos tertegun, berikut juga anak buah dia lainnya. "Ba-bagaimana bisa?"     

Kemudian, tanpa menggubris keheranan dari gerombolan itu akan aksi dia barusan, Vargana menoleh ke Shona di belakangnya dan berkata, "Sho, ampe kapan kau masih mo akting?"     

Shona tampilkan senyum lembutnya dan bersama dengan bunyi 'tass' ... tali yang ada di pergelangan tangan dia juga terlepas dengan mudah dalam satu sentakan saja.      

Bos dan anak buahnya tambah terkejut. Mereka tidak mengira tali yang mengikat kuat begitu mudah diputus hanya dengan sekali coba. Padahal setebal apa talinya? Cukup tebal hingga biasa digunakan untuk menarik sapi dan hewan ternak lainnya. Bahkan simpul tali juga dibuat secara rumit dan berlapis, tidak mungkin bisa putus begitu mudah.     

Jikalau tali itu terlepas melorot, mereka bisa memaklumi karena simpul kurang erat dan kuat, tapi ini ... ini benar-benar terputus menjadi dua bagian! Sekuat apa dua gadis itu? Ini yang menjadi pertanyaan di benak mereka.      

"Celaka! Mereka bukan manusia!" Si bos akhirnya sadar juga akan apa kira-kira latar belakang sebenarnya dari Vargana dan Shona.      

Mendengar teriakan bos mereka, anak buahnya segera bergegas hendak pergi.      

"Ingin kabur? Tidak bisa!" teriak Vargana sambil dia memunculkan kekuatan elemen angin dia sehingga banyak dari gerombolan itu langsung terperangkap di gulungan angin milik putri sulung Myren.      

Shona juga tidak ingin ketinggalan dalam aksi ini. Dia memusatkan pikiran untuk memunculkan elemen air keluar dari mulutnya dan tangannya segera membentuk gerakan yang akhirnya memerangkap sisa gerombolan beserta si bosnya di dalam penjara air berbentuk tali yang langsung mengikat tubuh mereka semua.     

Setelah itu, Shona mengeluarkan sebuah alam pribadi. "Masukkan sini aja, yah!" Ia memakai tenaga pikiran dia untuk memasukkan semua gerombolan ke dalam alam pribadi dia, mereka masih dengan keadaan terikat, baik itu oleh elemen air maupun elemen angin Vargana.      

"Wuuwhh! Bahkan kau sekarang punya alam pribadi kayak Jo! Beneran bikin iri, ya ampun para anak sultan ini ... huft!" Vargana tidak menutupi kekesalan dia karena lagi-lagi Shona diperlengkapi dengan banyak alat dari orang tuanya.      

"Jangan mengomel iri begitu." Shona mencubit gemas pipi sahabatnya. "Yuk! Sekarang kita panggil Jo biar dia bisa hilangkan memori buruk ini dari ingatan tiga gadis itu." Dia menunjuk ke 3 gadis yang tergeletak lunglai dan menangis terus.     

"Iya, sih! Selain untuk menghapus memori jelek malam ini, mereka juga harus melupakan tentang kita yang punya elemen alam begini." Vargana mengangguk dan menggunakan anting komunikasi dia untuk memanggil Jovano.      

"Halo, ladies ..." sapa Jovano begitu dia muncul di tempat itu. "Ada yang bisa dibantai?"     

"Halah!" Vargana meninju pelan lengan sepupunya. Dia kemudian menceritakan ke Jovano mengenai kondisi di sana dan Jovano mengangguk paham.      

Dalam hitungan detik, Jovano memasuki alam memori para gadis itu dan menghapus kejadian buruk yang baru mereka alami. Bahkan, dia berhasil menarik keluar semua cairan spesial dari para lelaki jahat tadi dari liang para gadis agar tidak terjadi pembuahan. Kasihan kalau mereka sampai hamil bukan dari lelaki yang mereka inginkan.      

Setelah itu, Jovano menidurkan mereka dan mengirim mereka ke beberapa tempat aman seperti depan sakit atau depan kantor polisi tanpa sepengetahuan siapapun, hanya langsung diketemukan saja oleh orang lain dan ditolong untuk diobati luka-lukanya.      

"Nah, beres semua." Jovano menepuk tangannya setelah selesai melakukan semua tugas. "Ada lagi?" Ia menatap Vargana dan Shona bergantian.      

"Tuh, di alam pribadinya Shona ada gerombolan yang udah aku dan dia tangkap." Vargana melaporkan ke Jovano. "Sho, transfer mereka ke Jo, gih!"      

Menelan ludah secara diam-diam, Shona mengangguk dan mendekat ke Jovano. Ini adalah pria yang pernah dia cintai secara senyap tanpa ada yang tahu. Dan dia sedang berusaha move on dari perasaan ini.      

Yang membuat Shona mulai merona dan malu, transfer itu membutuhkan sentuhan tangan kedua pihak. Ini penyebab wajah Shona bersemu. Vargana diam-diam menyadari itu. Dia menahan senyumnya dan membiarkan dua orang di dekatnya itu melakukan tugasnya.      

Dengan hati penuh debar kencang, Shona menerima uluran dua tangan Jovano dan mereka pun mulai saling menggenggam di depan tubuh masing-masing dan Shona memejamkan mata untuk berkonsentrasi memindahkan para pelaku di alam pribadi dia ke alam milik Jovano.      

"Oke, selesai!" Jovano berkata dengan santai seolah dia tidak merasakan apapun setelah menggenggam tangan Shona. Memangnya dia harus merasa apa? Toh dia sejak dulu tidak memiliki perasaan khusus pada adik sahabatnya itu. Berbeda kondisinya dengan Shona.      

"Hei, hei! Kalian ternyata di sini!" Dari ruang yang terdistorsi, muncullah dua pangeran incubus. Untung saja Jovano dan Shona sudah selesai berpegangan, sehingga tidak perlu ada yang cemburu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.