Devil's Fruit (21+)

Masuk ke Alam Pribadi Jovano



Masuk ke Alam Pribadi Jovano

0Fruit 1049: Masuk ke Alam Pribadi Jovano     1

"Aku paham maunya Jo," tutur Andrea setelah kegagalan kelimanya. "Dia ingin sebuah mantra yang memiliki kekuatan bisa mendorong keluar si makhluk asap dan juga langsung memusnahkan makhluk itu dengan api ungu." Dia bicara pada Rogard.      

"Berarti, maksud Tuan Putri adalah ... mantra untuk mengeluarkan si makhluk dan sekaligus punya api ungu di dalamnya?" Rogard mulai paham.      

"Yup! Itu!" Andrea mengangguk. "Makanya, selain mantra pendorong keluar dari keluarganya Naru, juga harus ada mantraku yang memasukkan api ungu ke kertas mantra itu. Jadi ... waktu si makhluk kancut itu keluar, dia langsung terbakar."     

"Sepertinya akan jadi trial and error yang banyak, Putri." Rogard memahami kesulitan yang ada. Menggabungkan mantra array adalah sesuatu yang sulit meski itu mungkin, tapi menggabungkan mantra array dengan mantra dari manusia, itu jelas sangat sulit dan tidak ada jaminan sukses.     

"Ohh! Kayaknya aku bisa coba cara itu!" Andrea mengeluarkan kertas mantra dia sendiri yang pernah dia beli sewaktu di alam milik Pangeran Djanh. "Fyuuhh! Untung aja ini kagak aku habiskan semuanya waktu itu. Kapan-kapan aku musti nitip beli ke Djanh-cuwk itu kertas beginian lagi." Andrea memandang kertas array berwarna merah di tangannya. Kertas itu masih kosong, butuh ditulisi mantra.     

Kemudian, Andrea mulai memusatkan konsentrasi dia dan mengalirkan tenaga jiwa dia untuk disalurkan ke sebuah benda seperti kuas. Dari kuas kecil itu, muncullah cairan magis berwarna emas, itu adalah energi jiwa yang diberikan Andrea tadi dan ketika beresonansi dengan kuas itu, maka berubah menjadi cairan emas yang bisa digunakan untuk menulisi kertas mantra array.      

Tidak semua iblis dan keturunannya mampu melakukan seperti yang dilakukan Andrea. Butuh proses belajar dan jatuh bangun untuk memunculkan tenaga jiwa, dan kemudian butuh pembelajaran lagi untuk meresonansi tenaga jiwa itu ke batang kuas dan menghasilkan cairan jiwa dari sana.      

Ada sebuah alat magis berbentuk seperti tongkat kayu kecil mirip sumpit namun agak tebal sedikit, yang bisa lebih cepat dan mudah untuk membuat cairan jiwa artifisial di pasar Underworld atau kadang dijual juga dalam pelelangan. Harganya luar biasa mahal tapi cairan jiwa yang dihasilkan alat itu tidak murni alias buatan.      

Setidaknya, alat itu bisa membuat mantra lebih cepat tanpa seseorang perlu belajar mendalami ilmu array atau mantra dari rune lainnya. Meski begitu, efek dari mantra itu masih kalah dahsyat ketimbang mantra yang dihasilkan dari seseorang yang benar-benar menggunakan cairan jiwa murni dari dirinya sendiri dan ketepatan penulisan rune dan aksara mantranya juga berpengaruh.      

Ini seperti orang makan semur jengkol sebagai pengganti dari ati ampela. Ups!      

Bagaikan pil darah buatan untuk membuat vampir tenang dari rasa lapar dia akan darah murni meski itu tidak terasa mengenyangkan dan memuaskan.      

Seperti itu kira-kira.      

Dan Andrea yang lebih tertantang untuk mempelajari ilmu array dan penulisan mantra, dia tidak keberatan harus melalui proses trial and error untuk menggapai keberhasilan sejati.      

Yang mencengangkan dari diri Andrea adalah ... ketika orang lain mempelajari ilmu seperti itu bisa membutuhkan waktu hingga ratusan tahun bahkan ribuan tahun ... Andrea cukup menguasainya dalam kurun waktu tak ada dari setahun.      

Jenius memang susah dilawan, apalagi jenius yang mau belajar dan berusaha.      

Kini, Andrea terus berkonsentrasi penuh pada kertas dan kuasnya, mengguratkan rune dia digabungkan dengan huruf kanji yang dia contek dari mantra milik keluarga Naru. Begitu teliti dan hati-hati agar dapat berhasil. Yang terpenting, tidak membuat dia cemong karena meledak.      

Proses penulisan mantra ini bisa beresiko peledakan saat penulisan jika salah gurat atau salah garis. Tekanan kuas juga harus benar. Ini sungguh mirip dengan seni kaligrafi Cina, dimana bentuk dan ketajaman tinta akan memberikan nuansa berbeda.      

Rogard di samping Andrea dan juga beberapa tetua dan bibi Naru terus menatap Andrea dan kertas mantra itu tanpa kedip. Mereka mengakui Andrea sangat cepat paham meski harus menuliskan kanji yang disesuaikan dengan mantra-mantra onmyodo. Itu bukan kanji biasa.      

Setelah selesai, Andrea mengusap peluh di keningnya. Dia bersyukur kertasnya tidak meledak seperti yang sudah-sudah sebelumnya. "Semoga aja yang ini berhasil." Lalu dia mencari Jovano dengan anting komunikasinya.      

Tak lama, Jovano muncul di ruangan itu. "Ya, Mom? Sudah selesai?"     

"Yup! Mama udah bikin 5 mantra. Semoga aja sukses. Ehh, kamu masih punya simpanan makhluk kancut?" tanya Andrea tanpa malu-malu meski ada banyak anggota keluarga Naru di dekatnya. Ya jelas lah ... dia bicara pada Jovano kan pakai bahasa Indonesia untuk kata-kata ajaib tadi.      

"Umm ... sebentar, aku lihat dulu." Jovano memejamkan mata dan kemudian mata itu terbuka lagi. "Masih ada 12 lagi di alamku, Mom."     

"Oke, itu lebih dari cukup. Ada yang vampir?" tanya Andrea lagi. "Mama gak mau uji coba ke manusia, mendingan ke vampir aja."     

"Untung aja aku belum sempat bunuh mereka. Iya, ada 4 vampir diantara mereka, Mom. Mau eksekusi sekarang?" Jovano menghela napas lega karena belum membunuh para tawanan di alam pribadi dia.      

"Oke, ayok!" Andrea mengangguk. Rogard bersiap ikut ke alam pribadi Jovano. Tapi, Andrea terhenti dan melihat ke keluarga Naru untuk bertanya, "Apa ada di antara kalian yang ingin ikut menyaksikan?"     

"Akan ke mana kalian?" tanya mereka.      

"Ke alam pribadi anakku." Andrea menjawab.      

Raut wajah keluarga Naru terlihat bingung dan ragu-ragu. "Alam rahasia?"     

"Ya, alam seperti ini tapi itu sebuah alam milik pribadi. Kebetulan Jo punya dan di sana dijadikan tempat dia untuk menawan para manusia yang tertangkap usai dirasuki makhluk asap."     

"Apakah aman?" tanya salah satu dari mereka.      

"Aman. Mereka dikurung di dalam sangkar api ungu. Jadi tidak akan bisa lolos kecuali ingin mati." Andrea menjawab. "Ya, kan Jo?" Dia menoleh ke putranya untuk memastikan. Jovano mengangguk.      

"Tidak, aku tak mau ikut, aku takut ada kesalahan." Satu persatu dari mereka menggeleng karena masih belum paham seperti apa keadaan di alam pribadi Jovano.      

"Aku ikut!" Naru berteriak tegas dan maju ke depan setelah dia tadinya ada di barisan belakang.      

"Naru!" Ibunya terkesiap anaknya malah mengajukan diri untuk ikut. Ada raut cemas di wajah Beliau.     

"Naru-chan, ini bukan sekedar tamasya, yah ..." Bibinya menasehati. Bagaimanapun juga, mereka masih asing akan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan dan perangkat milik iblis.      

"Naru-kun, lebih baik di sini saja dan menunggu hasilnya." Kepala keluarganya turut berkomentar.      

"Kalau tidak ada dari pihak kita ikut masuk ke alamnya Jo, bagaimana kita tahu dengan pasti apakah metode dari Jo dan ibunya berhasil? Siapa tahu mereka membohongi kita dan kabur." Ucapan Naru memang sengaja begitu agar menimbulkan pancingan kuat ke keluarganya agar bersedia masuk.      

Kepala keluarga seketika tegang roman wajahnya dan akhirnya dia pun maju dan menyatakan kesediaan dia ikut masuk ke alam pribadi Jovano. "Aku ikut. Andaikan aku tidak selamat di dalam sana, tolong biarkan Rhinosuke yang jadi penggantiku."      

"Ayah! Jangan begitu!" Pria paruh baya maju memegangi tubuh kepala keluarga. "Aku juga akan ikut untuk menjaga ayah!"     

Beberapa menit berikutnya, terlihat penampilan dari wajah-wajah keluarga Naru begitu takjub dan kagum dengan isi alam pribadi Jovano, termasuk Naru. Akhirnya sebagian besar dari mereka ikut masuk semua ke alam itu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.