Devil's Fruit (21+)

Agenda Sang Ratu



Agenda Sang Ratu

2Fruit 1053: Agenda Sang Ratu     1

Ivy ternyata bisa mengubah dirinya menjadi segerombolan kupu-kupu untuk bisa mengecoh orang-orang di rumahnya dan dia bisa menyelinap pergi dari mansion tanpa ketahuan. Ini memang kelengahan Andrea dan yang lainnya dalam mengawasi Ivy.      

Andrea kira, dengan array pendeteksi aroma saja cukup untuk membuat Ivy bisa terus ada dalam radarnya. Maklum saja, mereka memiliki fokus pada kasus lainnya yang melibatkan makhluk asap hitam, sehingga terkadang penghuni mansion harus berpatroli dan meninggalkan mansion.      

Dalam situasi begitu, sangat memudahkan Ivy ketika dia menyelinap keluar mansion dan pergi ke sebuah tempat, sebuah rumah kosong yang masih lumayan besar di bagian selatan kota.     

Rumah besar itu dijadikan markas pribadi oleh Ivy.      

Ketika dia datang ke rumah besar itu, muncul lelaki muda usia sekitar 17 tahun yang berdarah campuran oriental dengan Eropa, pemuda itu sepertinya tangan kanan Ivy.      

Pemuda itu akan menjaga rumah kosong itu dan menanti kedatangan Ivy. Dia pulalah yang akan menyebarkan perintah Ivy kepada anggota lainnya.      

Rupanya, dugaan Jovano pada adiknya benar, Ivy lah yang menjadikan banyak manusia menjadi vampir. Namun, Ivy meminta anggota inti dia yang terpilih untuk 'mendidik' para vampir baru agar bisa lebih berbaur dengan manusia biasa tanpa boleh ketahuan masyarakat.      

Ivy ingin membangun sebuah kerajaan vampir dia sendiri karena dia sudah bosan diremehkan dan ditindas seperti ketika dia berumur 5 tahun. Rupanya pengalaman diculik dan disekap sembari disiksa membuat trauma besar di jiwa Ivy, apalagi sampai kehilangan sang ayah idola dia.      

Dari hasil pengamatan dan pemikiran mendalam Ivy, gadis itu akhirnya tahu sendiri bahwa ayahnya, Giorge Schubert sudah tiada. Dia selama bertahun-tahun dijejali omong kosong mengenai sang ayah yang dikatakan sedang berobat di negeri jauh tak terjangkau.      

Pada akhirnya, Ivy bisa berpikir bahwa ia sudah ditipu keluarganya sendiri. Perasaan marah dan bencinya semakin membara pada keluarganya, terutama pada ibunya.      

Oleh karena itu, ketika dia mengetahui keluarganya sedang sibuk menangani makhluk asap hitam, Ivy sengaja memulai rencananya, yaitu membuat kerajaan vampir dia sendiri. Dia bosan diremehkan.      

Kini, dia akan menghabiskan beberapa jam di rumah kosong itu ditemani sang tangan kanan, si pemuda berdarah campuran tadi.      

"Leon, apakah bagian barat sudah mulai dirambah lagi? Kudengar banyak anggota kita yang malah dirasuki makhluk hitam?" Ivy memainkan jemari lentiknya pada layar ponselnya.      

"Sudah, Ratu. Dan kini pasukan mulai merambah ke barat daya." Leon menjawab sambil dia duduk di dekat kaki Ivy. "Ratu ... apakah tidak apa jika anggota kita dikuasai makhluk hitam?" tanyanya sembari mengelus betis Ivy yang berstoking hitam.      

"Hm, sebenarnya aku tidak suka. Tapi sepertinya itu tidak bisa dihindarkan. Kita hanya perlu lebih memperbanyak lagi perekrutan anggota baru dan aku akan mencari cara agar kita bisa menguasai makhluk hitam itu, bukan sebaliknya. Aku tak mau rakyatku justru dijadikan boneka oleh makhluk itu." Ivy berhenti sebentar dari mengetik sesuatu di ponsel.      

Mata Ivy melirik ke arah kakinya. "Apakah divisi merah sudah mengetahui tugas mereka?"     

Usapan Leon pada kaki Ivy berhenti sambil lelaki itu mendongak menatap Ivy dan menjawab, "Divisi merah telah aku beritahu mengenai apa saja tugas mereka dan sebagian dari mereka sedang mencari yang Ratu butuhkan."     

"Hm, bagus." Ivy meneruskan ketikan pada ponselnya tanpa menggubris ulah Leon pada kakinya. Bahkan, ketika tangan itu semakin menjalar ke atas hingga ke paha si gadis vampir, Ivy hanya diam saja.      

Dan ketika tangan Leon sudah nyaris sampai di pangkal paha Ivy, gadis itu berhenti sejenak pada ponselnya untuk bertanya, "Leon, apakah kau kekurangan cinta?"     

"Ratuku, aku tidak kekurangan cinta ... tapi saat ini aku sungguh kekurangan cinta, terutama dari Ratuku ini. Ratu, berilah aku cintamu." Tubuh Leon mulai merayap naik, mendekat ke wajah Ivy.      

Ivy hanya menatap tingkah tangan kanannya. Leon adalah vampir kepercayaan dia. Sebenarnya, Leon merupakan keturunan iblis namun kekuatannya lemah. Ketika Ivy bertemu dengan Leon, dia hanya iseng mencoba menggigit Leon.      

Tanpa diduga oleh Ivy, gigitan dia pada makhluk setengah iblis seperti Leon bisa sukses membuat Leon lebih kuat dari sebelumnya, dan pemuda itu memutuskan untuk mengabdi pada Ivy yang dipanggil ratu.      

Awalnya, anggota Ivy memanggil dengan sebutan Puteri karena Ivy senang dipanggil hime, tapi dia akhirnya ingin dipanggil ratu ketimbang puteri. Alasannya sederhana saja, ratu lebih punya kuasa ketimbang puteri.      

Berawal dari uji coba pada Leon, akhirnya Ivy mencari makhluk-makhluk setengah iblis lainnya untuk dia rekrut menjadi anggotanya, dan mereka tergabung dalam divisi merah. Sedangkan para manusia biasa yang direkrut, mereka digolongkan ke divisi hijau.      

Di divisi hijau, Ivy sengaja merekrut para manusia yang berbakat dalam berbagai bidang. Sedangkan manusian yang masuk ke divisi terakhir, yaitu divisi kuning, hanyalah manusia biasa tanpa talenta spesial apapun (bagi Ivy) dan dianggap sebagai pasukan garda depan saja nantinya.      

Ivy mengetahui, Leon menyukai dia. Dan dia sebagai gadis yang suka dipuja, tentu tidak keberatan mengenai itu. Hanya, dia memberikan batasan pada Leon.      

Lelaki muda itu mendekat ke wajah Ivy untuk mencium bibir Ivy, dan sang gadis membalas ciuman itu sehingga mereka pun segera tenggelam dalam cumbuan panas, namun ketika Leon hendak berbuat lebih dari itu, Ivy akan dengan tegas mendorong Leon.      

Meski tubuh Ivy terlihat lebih kecil dibandingkan Leon, namun karena Ivy vampir berdarah murni, dia lebih kuat ketimbang Leon, apalagi lelaki itu tercipta dari gigitannya, tak mungkin bisa melampaui Ivy dalam hal kekuatan.      

"Leon, ketahui batas dan statusmu." Ivy secara datar dan dingin memperingatkan si pemuda yang barusan dia dorong hingga menghantam tembok di belakangnya.      

"Maafkan aku, Ratu!" Leon berlutut tersungkur di hadapan Ivy, mengiba ampunan dari Ivy. "Aku salah, aku terlalu mengharapkan cinta Ratuku hingga lupa diri. Maafkan aku, Ratuku!"     

"Hm, tak apa. Sana, bangun dan siapkan hidangan untuk saudara-saudaramu." Ivy melambaikan tangan secara santai setelah dia mengusap bibir yang baru dia pakai untuk bercumbu dengan Leon.      

Leon paham makna mempersiapkan hidangan untuk para 'saudara'. "Baik, Ratu. Sesuai dengan titah Ratuku." Ia kemudian bangkit dan berjalan mundur ke belakang, menghilang dari ruangan tersebut.      

Sementara Leon pergi, Ivy kembali asik dengan ponselnya lagi, menatap layar di sana sambil senyumnya terus merekah. Jemarinya secara terampil menekan huruf-huruf yang tertera pada layar sentuh tanpa meleset satu kalipun sehingga tidak perlu ada typo maupun menghapus.      

Senyum itu terus dan terus hadir sembari Ivy terus mengetik. Sesekali dia akan diam menunggu balasan pesan dari seberang dan kemudian dia akan kembali mengetik. Setelah akhirnya beberapa saat, ketikan itu berhenti karena Ivy tidak lagi memperoleh jawaban.      

Ia menghela napas dan menyimpan kembali ponselnya. "Sepertinya dia sudah tidur." Ivy bicara sendiri, menggumam lirih dan kemudian bangkit.      

"Ratuku hendak pergi?" tanya Leon ketika bertemu Ivy di luar ruangan tadi.      

"Ya, aku pergi dulu." Ivy kemudian berubah kembali jadi rombongan kupu-kupu dan keluar dari rumah itu, ke sebuah tempat di luar Tokyo.      

Ketika rombongan kupu-kupu itu tiba di sebuah kota, segera sekumpulan kupu-kupu masuk ke sebuah rumah penginapan, masuk ke sebuah kamar melalui jendela yang terbuka sedikit dan ia kembali menjelma ke wujud Ivy dan gadis itu tersenyum ketika memandang sosok di dalam kamar. "Om Danang ..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.