Devil's Fruit (21+)

Patroli Dua Remaja



Patroli Dua Remaja

0Fruit 1066: Patroli Dua Remaja     3

Setiba di kamar mereka berdua, Danang merebahkan Ivy pada ranjang kayu berkasur bulu angsa, sangat empuk dan nyaman. Angsa-angsa itu didapatkan di alam pribadi ini. Sepertinya alam ini dulunya dijadikan layaknya peternakan, namun hewan ternak yang ada di alam ini tidak selazim di Bumi manusia.     

Anak buah baru Ivy sudah mengolah hewan-hewan ternak itu untuk diambil daging mentah serta darahnya agar bisa dikonsumsi mereka. Sedangkan bulu dan kulit mereka dimanfaatkan untuk mempercantik kamar pribadi di rumah kayu Ivy. Salah satunya sebagai bahan pengisi kasur sang ratu.      

"Himechan, kenapa aku sering melihat pelayan kita di sini wajahnya sangat pucat?" Danang secara lugu menceritakan pada 'istrinya', Ivy. "Bahkan aku seperti melihat taring mereka lebih panjang dari taring manusia pada umumnya."     

Ivy terganggu dengan ucapan Danang yang mulai curiga mengenai apa yang terjadi di sini. Dia tahu, dia harus terus menerus memberikan hipnotis ke lelaki tercintanya ini agar Danang tidak bisa mendapatkan pikiran murni dia. Ivy harus secara berkala mengunci memori Danang jika dia ingin lelaki ini bisa terus bersamanya dengan patuh.      

"Umhh ... sayankku ... suamiku tercinta, tatap mataku ..." Ivy memulai ritual yang dia lakukan setiap beberapa hari sekali ini. Jika dia nantinya lebih kuat, dia bisa meningkatkan efek hipnotis dia menjadi lebih lama dari yang sekarang. "Suamiku ... mereka semua sangat normal dan wajar dengan wajah pucat dan taringnya. Asalkan mereka tidak menyakitimu, maka biarkan saja apa adanya mereka."      

Danang merasa ada seutas benang transparan berbentuk seperti cahaya ketika menatap mata Ivy dan utasan itu masuk ke mata dia dan mengendap di otaknya, menguatkan kunci yang diberikan Ivy di dalam sana. "O-ohh ... iya, himechan sayank." Ia mengangguk, mirip korban gendam.      

Mengetahui kendali pikiran dia sudah berhasil, maka Ivy pun tersenyum binal dan berkata, "Apakah kau hendak membuat istrimu ini menunggu?" Ia memposisikan tubuhnya terlihat menggoda sambil menurunkan satu bahu gaunnya menampilkan kulit mulus dia di area itu.      

"Tentu ... tentu tidak, Vy sayank!" Danang bagai mendapatkan pompaan aneh dari dalam dirinya, libidonya seketika menggelegak ketika menatap Ivy. Dia segera saja meraih tubuh 'istrinya' untuk dicumbu dalam lumatan-lumatan penuh hasrat sembari tangannya melucuti apapun yang menghalangi dia untuk menikmati kulit halus Ivy.      

Tak lama kemudian, terdengar sengal erang dari kamar tersebut. "Aanghh ... Danang ... ounnghh ..." Ivy melebarkan pahanya ketika lidah Danang menjelajahi bukit istimewanya yang mulus tanpa ditumbuhi rambut apapun, seraya pinggulnya bergerak tak sabar menunggu hal selanjutnya.      

Erangan manja erotis itu semakin terdengar jelas ketika sang pria menenggelamkan batang jantan dia dalam-dalam ke liang intim Ivy. Kemudian, hanya ada napas terpacu saja mengiringi kegiatan gila mereka.      

Danang tidak sadar, dia sedang menggauli anak di bawah umur, bahkan itu adalah anak dari sahabat masa kecil dia sendiri. Di matanya, Ivy adalah gadis berusia 20 tahun yang tidak ada sangkut pautnya dengan siapapun yang dia kenal. Di matanya, Ivy adalah istri yang dia nikahi, meski dia sudah mencari-cari di memorinya, kapan pernikahan itu terjadi secara tepatnya, tapi tidak juga dia temukan kenangan pernikahan itu.      

-0-0-0-0-     

Di malam ini, patroli dari Tim Blanche dibagi beberapa kelompok seperti biasa. Semuanya saling berpasangan. Ada pasangan yang rukun akur, ada pula pasangan penuh gejolak keributan. Tapi mereka semua akan menepikan gejolak hubungan mereka jika sedang menghadapi lawan.      

Seperti bisa diduga, Vargana dengan calon suaminya, Pangeran Abvru. Shona dengan Pangeran Zaghar. Myren dan Ronh. Kuro dan Shiro. Voindra dan Gavin.      

Duo bocah itu berani menerima patroli berdua tanpa penjagaan yang dewasa. Myren dan Kenzo yakin akan kemampuan dua bocah remaja itu. Terlebih Gavin yang kini sudah di tahun terakhir SMP-nya, tubuh dia mulai berkembang baik dan kokoh. Ini semakin membuat para orang tua percaya bocah lelaki itu bisa menangani lawan.      

Dulu ketika Gavin masih kecil saja dia sudah berani berperang melawan pasukan vampir, apalagi sekarang ketika kekuatannya sudah makin bertambah dan pertumbuhan tubuhnya juga melesat mengagumkan.      

Voindra merasa sangat suka cita saban dia bisa melaksanakan patroli dengan Gavin. Tadinya dia sempat mengubur dalam-dalam rasa cintanya pada lelaki cambion muda ini karena Gavin terlalu buta pada Ivy. Namun, dengan fakta saat ini bahwa Ivy memberikan banyak masalah pada tim mereka, semangat Voindra kembali bangkit untuk menaklukkan Gavin.      

Kedua bocah remaja sudah tiba di sebuah area yang disinyalir banyak terdapat kumpulan makhluk asap hitam golongan rendah. Mereka memang diminta untuk mengurusi level rendah saja agar level tinggi diurus oleh yang lebih dewasa.      

Tidak masalah. Apapun asalkan berduaan dengan Gavin, itu menurut Voindra.      

"Gav, apakah menurutmu tempat ini masih sering dijadikan titik serang mereka ke manusia?" tanya Voindra ketika keduanya berjalan beriringan menyusuri sebuah taman bermain tua yang sudah tidak beroperasi lagi. Kadang, ada banyak manusia yang masih saja mendatangi tempat seperti itu hanya untuk menuntaskan hasrat gila mereka karena tidak sanggup membayar hotel, atau sekedar preman yang membawa mangsa mereka ke sana untuk diperas sesukanya.      

"Sepertinya masih, karena aku seperti mengendus aroma mereka." Gavin memiliki penciuman tajam melebihi rekan timnya yang lain. Ini mungkin sebuah bakat miliknya.      

"Kau benar masih bisa mengenali bau mereka, yah?" Voindra kagum akan kemampuan Gavin yang menurutnya keren. Well, apapun yang ada pada Gavin, semua terlihat keren bagi gadis remaja ini.      

Srekk!     

Gavin menghentikan langkahnya dan satu tangan terjulur ke depan tubuh Voindra, berusaha membuat gadis patner patrolinya untuk berhenti juga seperti dia.      

"Ada apa?" bisik Voindra.      

"Menghindar!" seru Gavin secara mengejutkan sambil dia mendorong Voindra ke samping ketika sebuah bola energi menghantam tempat mereka tadi berdiri.      

Bisa dilihat, sebuah kawah yang cukup besar ada dengan jelas tercetak di tanah bekas tempat mereka tadi. Intensitas serangan bola energi dadakan dari makhluk asap hitam menyebabkan desiran angin panas sebagai akibatnya.      

Ketika angin panas tadi mulai mengepul di udara, itu menimbulkan sensasi terbakar yang cukup menyakitkan dan menusuk di kulit mereka yang terbaring tak jauh dari kawah itu.     

Voindra yang terdorong ke samping cukup jauh oleh Gavin, sangat terkejut mendapatkan serangan dadakan. Belum sempat dia melakukan sesuatu, dia melihat Gavin sudah bertempur melawan manusia yang sudah dirasuki makhluk asap hitam.      

Gavin terbang melesat di udara dengan ekspresi penuh kecaman emosi di wajahnya sebelum dia dengan gusar mengeluarkan tenaga elemen kayu dari tangannya untuk menghalangi semburan uap panas tadi agar tidak sampai ke Voindra yang masih tergeletak bingung di tanah.      

"Kau berani menyerang diam-diam, heh! Makhluk rendahan!" teriak Gavin penuh emosi karena jika dia tidak siaga dengan penciumannya, dia dan Voindra pasti sudah terkena serangan besar tadi. "Rasakan!"     

Gavin mengambil kertas mantra dari cincin ruangnya, melemparkan kertas berwarna merah itu ke tubuh manusia tersebut. Bersamaan dengan tertempelnya kertas setelah dihempaskan oleh Gavin ke dada manusia, seketika itu pula makhluk asap hitam terdorong keluar dan belum sempat makhluk itu bereaksi karena kaget, dia sudah dibakar api ungu yang muncul secara ajaib.      

Hanya ada lolongan kesakitan dari makhluk itu dan meninggalkan manusia yang pingsan di tempat.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.