Devil's Fruit (21+)

Sudah Musnah



Sudah Musnah

0Fruit 1071: Sudah Musnah     
2

Pada keesokan harinya setelah Andrea lebih bisa menenangkan hatinya, ia bersama Dante pergi kembali ke rumah yang dijadikan markas oleh Ivy dan kelompoknya. Namun, betapa terkejutnya mereka berdua menyaksikan rumah besar itu benar-benar rata dengan tanah.      

Bahkan ada beberapa warga yang masih berdiri mengerumuni bekas area rumah itu.      

"Heran, rumah ini hanya dalam sekejap malam sudah seperti ini! Aku tidak menyangka!"     

"Rupanya, bunyi gemuruh tadi malam itu karena runtuhnya rumah besar ini! Ya ampun, aku sampai bisa mendengarnya, padahal rumahku di ujung jauh sana!"     

"Sungguh aneh kenapa rumah sebesar ini dan masih belum lama ditinggal pemiliknya bisa roboh bahkan rata dengan tanah! Tidak ada tersisa satu barang pun yang terlihat utuh!"      

"Seakan ada alat sangat besar dan kuat menimpa rumah ini dari langit!"     

"Yah, namanya takdir, itu adalah misteri dan rahasia dari langit."     

Warga masih berkerumun meski semalam mereka sudah mengetahui kondisi rumah ini, namun karena ini adalah siang hari, tentunya lebih jelas menyaksikan setiap detil dari bangunan tersebut yang kini sungguh rata dengan tanah.      

Andrea dan Dante saling berpandangan. Mereka saat ini masih dalam wujud transparan dan setelah bersembunyi ke sebuah sudut, wujud nyata pun muncul dari keduanya. Sepasang suami istri berjalan bersisian menuju bekas rumah tersebut.      

"Kira-kira jam berapa runtuhnya rumah ini?" tanya Andrea pada salah satu warga yang sedang berkerumun di sana.      

"Sepertinya lewat dari tengah malam, pokoknya aku baru saja lelap tidur, dan tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh sangat keras dan ternyata rumah ini." Warga itu menjawab pertanyaan Andrea.      

"Bahkan aku yang sudah meminum pil tidurku saja sampai terbangun kaget mendengar suara itu karena saking kerasnya." Warga lain ikut menimpali.      

"Ya, aku pikir ada gempa bumi sampai aku ketakutan dan berlarian keluar rumah dengan anak-anakku." Warga lain lagi berkata sambil mengusap dadanya. Tampak jelas dia masih syok akan peristiwa aneh namun luar biasa itu.      

"Apakah tidak ada yang melihat secara nyata ketika rumah ini runtuh ke tanah? Berapa lantai rumah ini? Dua, ya kan?" Andrea masih ingat bahwa itu adalah rumah besar berlantai dua.      

"Sepertinya tidak ada." Warga yang tadi saling berpandangan dengan tetangganya untuk memastikan bahwa ucapannya tidaklah keliru.      

"Bukankah tadi Yusuke-kun berkata dia melihat detik-detik rumah itu runtuh?" Warga lain menyangkal.      

"Dia hanya melihat samar dari jendela kamar dia, dan rumahnya jauh dari rumah itu, huh!" Orang tadi mengerling kesal pada sang tetangga yang memberi sangkalan mengenai kalimatnya.      

"Hm, berarti sekitar lewat tengah malam, yah." Tuan Nephilim manggut-manggut.      

"Ya, dan Yusuke bilang, itu terjadi cepat, tidak seperti bangunan besar lain yang rubuh. Rumah itu ... kata dia, tiba-tiba saja seperti orang jatuh terduduk di tanah. Prokk! Langsung sama ratanya dengan tanah." Warga yang tadi memberikan keterangan menjawab Dante.      

Andrea dan Dante pun menyingkir dari sana. Sang cambion sangat kesal karena putrinya menghilangkan jejak dengan begitu cerdas. Apakah Ivy menuruni kecerdasan dari dirinya? Arrghh, baru kali ini dia menyesali anaknya mengikuti jejak kecerdasan dia.     

Nyonya Cambion sangat tidak mengira putrinya akan mengambil langkah demikian hanya agar tidak lagi bisa dilacak oleh dirinya. "Ivy ... apakah kau begitu benci aku? Apa kau beneran gak mau ketemu aku lagi?" Kesedihan kembali meraja di benak Andrea.      

Tuan Nephilim segera saja meraih istrinya ke pelukan. "Apakah kau sama sekali tidak mengendus aura atau bau apapun dari Ivy?"     

Kepala Andrea menggeleng. Wajahnya menampilkan kesedihan. Ketenangan yang sudah dia kumpulkan sejak tadi pagi, jadi buyar lagi. Ia pun lekas berubah jadi transparan dan melesat ke angkasa. Dante lekas mengejar agar tidak kehilangan jejak istrinya.      

"Andrea! Sayank, kau harus kendalikan emosimu." Dante sangat paham bahwa saat ini sang istri sedang berada nyaris di puncak amarahnya. Jika itu terjadi, maka akan bahaya akibatnya, karena Andrea bisa berubah menjadi sosok iblis dan bisa melakukan hal-hal tak terkendali lainnya.      

"Dia membenciku! Dia sangat membenciku!" teriak Andrea keras-keras sembari terus terbang. Untung saja mereka terbang cukup tinggi di angkasa atau akan terdengar manusia biasa jika terlalu rendah dari tanah.      

Dante memacu dirinya dan lekas memeluk sang istri. Andrea menangis keras di dada suaminya. "Ayo kita pulang dulu saja, oke. Ayo ..." Dia merangkul erat istrinya agar Andrea tidak bisa kabur dari belitan pelukan dia.      

Di malamnya, Jovano dan yang lainnya dikumpulkan di mansion Andrea seperti biasa. Dante menceritakan mengenai dia dan Andrea yang mengunjungi markas Ivy kemarin dan berbuah kepahitan. Namun, Dante tidak menyebutkan secara detil apa saja yang dikatakan oleh Ivy. Dia tidak ingin anggota yang lain membenci Ivy atau merutuk gadis vampir remaja itu. Dia hanya mengatakan Ivy bersikeras tak mau pulang dan markas mereka sudah dirubuhkan rata dengan tanah ketika esoknya mereka kembali ke sana.     

Jovano dan yang lain terpekur mendengar cerita dari tuan Nephilim. Sedangkan Andrea, dari tadi tidak bersuara dan hanya diam tundukkan kepalanya. Kuro dan Vargana segera memeluk sang cambion, berempati padanya.      

Tiba-tiba, ruang di dekat mereka robek dan keluarlah Pangeran Djanh dan Revka dari lubang robekan tadi. "Apakah kami mengganggu?" tanya si pangeran incubus.      

"Sama sekali tidak, Pangeran." Myren menyahut. "Kami justru senang karena kau bersedia hadir di acara seperti ini. Sungguh sesuatu yang langka dari Anda."     

"Fu fu fu ... aku jadi merona jika sedang disindir begini." Tanpa tahu malu, Pangeran Djanh malah membalikkan sindiran Myren menjadi sebuah kalimat menyebalkan.     

"Sungguh kalau begitu aku harus menyaksikan keindahan dari rona wajah pangeran ini!" Myren masih ingin meneruskan sindirannya, dia cukup kesal karena Pangeran Djanh jarang mau hadir di pertemuan seperti ini. Si pangeran itu beralasan sibuk dan sibuk dengan istrinya, entah sibuk apa.      

Sibuk beranak pinak?     

"Ha ha ha ..." Pangeran Djanh tertawa dulu dan hendak mengucapkan sesuatu ketika siku istrinya menyodok tepi rusuknya.      

"Jangan omong kosong terus!" Revka melotot ke suaminya. "Kau harus ingat apa misimu ke sini!"     

"He he ... iya, kitty honey ..." Pangeran Djanh mengerling genit ke Revka. "Ehem! Jadi begini, aku ke sini ada beberapa tujuan." Ia memandang mata para anggota tim Blanche di sana, termasuk dua anaknya tertua juga ada di sana.      

"Katakan, Pangeran." Ronh mewakili yang lain.      

"Satu, aku hendak memberikan formula pada Tuan Putri Andrea agar dia bisa membuat kertas mantra sendiri, jadi aku tak perlu bolak-balik harus ke Feroz untuk membelinya. Bukannya aku pelit, tapi itu merepotkan, cukup merepotkan bagiku yang sibuk ini." Usai mengatakan itu, Pangeran Djanh memunculkan sebuah kertas kuno di atas pangkuan Andrea. "Kuharap kau punya bahan-bahannya."      

Revka memutar matanya mendengar ucapan sang suami sebelumnya. Bolak-balik alam Feroz? Mana mungkin suaminya melakukan itu? Dia cukup berteriak atau menyuruh siapapun bawahan dia untuk pergi ke sana dan mendapatkan untuknya, bahkan tidak perlu membayar asalkan membawa stempel resmi dari si pangeran itu saja! Apanya yang membeli?!     

Tsk! Revka mendecak pelan. Kadang iblis terlalu senang serta bangga akan kebohongannya sendiri. Mana mungkin Andrea percaya begitu saja pada bualan alasan Pangeran Djanh?     

"Terima kasih, Djanh! Terima kasih banget! Kamu benar-benar terhebat dan maafkan aku sudah merepotkanmu sebelum ini."      

Mendengar seruan Andrea sambil matanya berbinar-binar, mau tak mau Revka melotot kaget. Padahal baru saja dia memuji Andrea. "Cih! Dasar cambion tolol!" rutuknya pelan.     

"Ehh, ada apa, Mpok Kitty?" Andrea beralih ke Revka.     

"Tak ada apa-apa, sana kau buat itu kertas mantra karena mantra buatanmu yang kemarin katanya sangat manjur dan efektif basmi para kancut itu!" Revka mendengus seraya buang pandangan dari Andrea.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.