Devil's Fruit (21+)

Urusan Mendadak



Urusan Mendadak

4Fruit 1077: Urusan Mendadak     
3

"Kita harus segera mencari solusi untuk menghadapi tipe dedengkot si makhluk asap hitam." Vargana berbicara penuh antusias pada pertemuan tim Blanche malam itu di mansion keluarga dia.      

"Benar, kekuatan mereka begitu mengerikan, dan sepertinya tidak bisa dihadapi secara sembarangan." Karena Pangeran Abvru sudah merasakan sendiri bagaimana rasanya bertempur dengan salah satu dari makhluk asap hitam level dedengkot, tentu saja dia mampu menceritakan pada rekan tim lainnya.      

Pangeran Zaghar yang menjadi kakaknya jadi lebih khawatir sekarang terhadap keselamatan sang adik. "Abvru, jika memang kalian bertemu dengan tipe dedengkot makhluk asap hitam, kurasa sebaiknya kau tidak perlu lagi nekat melawan mereka dan tunggu kami datang sebagai bala bantuan."     

Shona mendengar itu pun mengangguk setuju, dia sayang pada Vargana dan tahu bahwa sahabatnya itu pasti akan berpatroli bersama dengan Pangeran Abvru, sama seperti dia yang selalu berpatroli ditemani calon suaminya, Pangeran Zaghar. "Aku setuju dengan usul calon suamiku."     

"Kau dengar, Va ... Shona begitu tau cara respek dan sayang pada calon suaminya hingga dituangkan dalam sebuah panggilan." Pangeran Abvru melirik ke tunangannya sekaligus condongkan wajah ke Vargana.      

Plakk!      

Segera saja sebuah kepalan punggung tangan mengayun tanpa ragu, membuat kepala Pangeran Abvru langsung terdorong ke belakang cukup keras. Vargana tidak khawatir suaminya akan terluka karena itu hanyalah pukulan biasa saja.      

"Hu huuu ... Va, kau ini kenapa kejam sekali jadi perempuan?" Pangeran Abvru berlagak penuh akan derita sambil mengelus wajahnya yang terpukul punggung tangan Vargana.      

"Kenapa?" Vargana hanya melirik sekilas dengan mata mengerling kesal. "Apakah kau bisa mati hanya dengan pukulanku semacam itu? Tsk! Lemah!"      

"Ehh, aku tidak lemah, Va!" Dikatakan lemah oleh calon istrinya, mana mungkin seorang pangeran incubus penuh harga diri seperti Pangeran Abvru ini rela?     

"Sudah, sudah, Abvru, stop membandingkan calon istrimu dengan perempuan lain, apalagi milik kakakmu." Pangeran Zaghar segera saja memberikan teguran pada adiknya yang memiliki karakter terlalu lugas dan terang-terangan.      

Shona menahan tawanya dan hanya menampilkan senyuman manisnya mendengar ucapan calon suaminya. "Ehem! Oke, jadi ... malam ini kita akan bahas cara-cara menghadapi tipe dedengkot. Oh ya, Va ... mana papa dan mamamu?"     

"Hmm ... mereka sedang memiliki urusan yang sangat mendesak." Vargana mengerling penuh arti pada Shona. "Kau paham, kan? Urusan yang ... sangat men-de-sak!" Ia sambil mengangkat dua jari di kedua tangannya untuk membentuk gestur tanda kutip.      

Sekali lagi, Shona tersenyum karena dia akhirnya paham maksud dari sahabatnya. "Ya sudah, kalau begitu, kita bisa panggil Paman Kenz."     

Kemudian, Kenzo pun hadir di mansion milik Myren bersama dengan Gavin juga. Setelah mendengarkan penjelasan Vargana dan Pangeran Abvru mengenai kekuatan makhluk asap tipe dedengkot, si panglima incubus jadi terdiam sejenak.      

"Mereka sepertinya sangat kuat sampai kalian saja kewalahan." Kenzo mengerutkan kening ketika dia sudah bicara. "Bahkan jenderal dan suaminya juga lumayan kewalahan, kan?"     

"Iya, Paman. Sepertinya tipe satu ini sangat tidak mudah dihadapi." Vargana mengeluh. Teringat betapa dia nyaris celaka jika tidak segera mendapatkan pertolongan dari orang tuanya. Ia bergidik membayangkan kejadian itu lagi.      

"Perlukah kita sampaikan ini pada Aunty Andrea?" tanya Gavin sembari menatap ayahnya.      

Kenzo menggeleng dan berkata, "Jangan. Jangan beri tuan putri dengan beban pikiran apapun dulu karena siapa tahu saat ini dia sedang berkonsentrasi penuh. Kita bisa-bisa malah mengganggu fokusnya."     

"Mengganggu apa, yah?" Suara Andrea terdengar seiring dengan kemunculan dia bersama Jovano, Kuro, dan Dante di hadapan mereka.      

"Aunty!" Vargana senang akan kemunculan bibinya dan segera saja memeluk manja ke Andrea.      

"Vava, mana ortu kamu? Kok cuma mereka yang gak ada di sini?" tanya Andrea.      

"Mereka sedang si-buk dengan urusan men-de-sak, Aunty." Vargana tersenyum penuh arti sambil mengerling jenaka.      

Andrea memutar matanya, langsung mengerti apa yang hendak dikatakan Vargana. "Dasar mereka itu. Masih sempat-sempatnya begituan di pertemuan penting gini."     

"Hei, hei, apa kau sedang bergosip tentang aku dan suamiku, Ndre?" Tiba-tiba, muncul pula suara Myren sebelum sosoknya di dekat Andrea. Begitu wujudnya muncul, satu lengannya melingkari leher Andrea dengan maksud hendak mencekik meski hanya bercanda.      

Andrea segera berikan tusukan jari ke pinggang kakaknya agar belitan erat lengan Myren bisa terlepas dari lehernya. "Ha ha ha! Salah siapa masih aja wikwik-an waktu lagi genting begini," ledeknya sambil julurkan lidah.      

"Huh! Kamu kan gak tau apa yang bikin aku terpaksa begituan ama Ronh!" Myren mendengus dan merasa kesal lagi ketika teringat pelecehan seksual yang dia terima dari makhluk asap hitam tipe dedengkot yang dia lawan.      

"Emang apaan, Kak? Kamu diapain, Kak? Sini, cerita ma adekmu yang cetar ini, biar aku sobek-sobek tuh kancut." Andrea memperagakan gerakan merobek-robek. Tapi Myren malah mendecih saja sambil memutar mata kesal. Dia malas membicarakan mengenai itu.      

"Oke, jadi kekuatan makhluk asap hitam tipe baru ini sangat membuat kewalahan kita meski kita ini iblis dan seharusnya kita jauh lebih kuat dari mereka, kan?" Dante sudah mendengar kisah mengenai tipe dedengkot setelah diceritakan ulang oleh Vargana.      

"Kalau dari apa yang dilakukan Kak Myren, sepertinya api hitam bisa bikin mereka takut, deh!" Andrea mengusap-usap dagunya sambil kening berkerut karena berpikir. "Di antara kita, siapa yang udah bisa hasilkan api hitam? Selain Jo dan aku."     

"Hei! Kau sudah bisa munculkan api hitam, Ndre?" tanya Myren sambil tatap kagum adiknya.      

"Ha ha ha ... yah, beginilah adanya, Kak!" Andrea naikkan dagunya penuh rasa bangga. "Hm, kayaknya cuma baru aku, Jo dan Kak Myren yang udah bisa keluarin api hitam. Kayaknya aku musti bikin mantra baru yang ada elemen api hitamnya, deh!"     

"Berarti kamu harus masuk lagi ke Cosmo, Ndre?" Myren jadi iba pada adiknya yang terus bekerja keras menghasilkan mantra.      

"Yah, gimana lagi, Kak? Yang paham cara bikin mantra secara alkemia cuma aku, ya kan?" Andrea mendesah.      

"Bagaimana cara munculkan api hitam?" tanya Shiro. Dia mendadak ingin sekali bisa mempelajari ilmu mantra yang berbasis dari array.     

"Aku nggak ngerti gimana itu api hitam bisa muncul. Kalo di aku, sih ... aku bisa keluarin tuh api hitam waktu aku udah saking putus asanya waktu itu bikin mantra. Aku udah gagal puluhan kali, kena ledakan puluhan kali sampai nyaris meledak juga. Waktu itu aku emosi banget dan ... pokoknya antara ngerasain emosi tinggi ama putus asa sampai di titik terendah." Andrea menjelaskan apa yang mendasari kondisi dia bisa memunculkan api hitam ras iblis.     

"Hewan iblis seperti aku tentunya akan bisa memunculkan api hitam juga, iya kan?" tanya Shiro penuh harap.      

"Mama gak tau, Shiro." Andrea menggeleng. "Tapi kayaknya sih bisa."     

"Tentu saja bisa!" Seketika, muncul sosok hitam yang kemudian terwujud sebagai Raja Naga Iblis Heilong.      

"Paman!"      

"Paman Heilong!"     

"Ayah!"     

Raja Naga Iblis Heilong mengangguk sebagai balasan sapaan mereka. "Kukatakan sekali lagi, hewan iblis bisa pula mengeluarkan api hitam seperti halnya para iblis. Karena ... yah, nama iblis yang disematkan pada kami ini kan tidak bisa sia-sia saja, ya kan?" Ia menaikkan dagu penuh rasa bangga.     

"Lalu ... apakah Paman Heilong bisa memunculkan api hitam?" tanya Vargana pada Raja Naga Iblis di dekatnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.