Devil's Fruit (21+)

Jangan Ganggu Anak Buahku!



Jangan Ganggu Anak Buahku!

3Fruit 1081: Jangan Ganggu Anak Buahku!     
2

Bzoomph!     

Dharr!     

Dari arah samping, tiba-tiba muncul terjangan tembakan api hitam neraka pada si makhluk asap hitam tipe dedengkot dan langsung saja mengubah si makhluk itu menjadi debu hitam dan lenyap di udara.      

"Jo!" Vargana berteriak sangat senang. Dia merasa sangat lega ketika melihat kedatangan sepupunya di saat dia sudah hampir putus asa.     

Jovano muncul sambil terbang cepat ke arah Shona yang terkapar terluka. "Kamu nggak apa-apa, Sho?" tanya Jovano ke Shona yang masih memunculkan darah di sudut mulutnya.      

Shona menatap Jovano, hatinya berdesir, dan ia menjawab, "Tidak, aku tidak apa-apa, aku bisa sembuhkan diriku setelah ini."      

Membantu Shona bangkit, Jovano memberikan sebutir pil pada gadis itu. Lalu setelah Vargana menopang Shona, Jovano ganti pergi ke duo pangeran kembar dan menyodorkan pil-pil yang sama pada mereka.      

Tanpa merasa ragu sedikitpun, mereka menelan pil-pil itu. Di antara 4 orang di grup itu, hanya Vargana yang tidak terluka parah. Maka dari itu, Jovano tidak perlu memberi pil obat pada sepupunya.      

"Ayo kita ke mansion dulu." Jovano membuat keputusan. Dengan kondisi tiga orang yang memiliki luka begitu, tentu akan sangat berbahaya jika meneruskan patroli. Apalagi beberapa hari ini, level dedengkot sudah memunculkan dirinya beberapa kali di hadapan Tim Blanche, seakan mereka sedang unjuk gigi.      

Namun, baru saja mereka hendak beranjak dari sana, apa yang dikhawatirkan Jovano terjadi. Muncul 4 makhluk asap hitam level dedengkot dari ruang hampa yang robek.      

Tak ingin menimpakan resiko berbahaya untuk anggota grup itu, Jovano terpaksa memasukkan empat orang itu ke dalam alam pribadinya. Dia berharap mereka tidak akan diganggu oleh para makhluk asap hitam jenis vampir yang masih dipenjara di alam tersebut karena hendak dijadikan kelinci percobaan untuk Andrea saban selesai membuat kertas mantra.      

Jovano yakin, jika hanya level rendahan seperti yang dia penjara di alamnya, tidak akan menyusahkan keempat rekannya. Selain para vampir itu dipenjara pada sebuah tempat khusus, rekan-rekannya pasti juga memiliki kertas mantra untuk menaklukkan para tawanan di sana.      

Setelah memasukkan semua rekan timnya ke alam pribadi, akan membuat Jovano lebih tenang jika memang dia harus bertempur, karena jika ada anggota yang terluka, dia akan susah berkonsentrasi dalam bertarung.      

"Sepertinya kalian tidak ada kapoknya untuk muncul lagi dan lagi." Jovano ingin berbincang sejenak dengan para makhluk dedengkot itu.      

"Kenapa? Apakah kami tak boleh tampil di muka bumi? Kami ini punya hak yang sama dengan makhluk lainnya untuk berada di sini, kan?" Makhluk asap tipe dedengkot yang sepertinya ketua dari gerombolan itu berbicara menjawab Jovano.     

"Benarkah?" Jovano memiringkan kepalanya. "Hm, kenapa yang aku dengar dari tetuaku ... kalian ini semacam ... makhluk buangan yang harusnya hanya ada di sebuah alam khusus, ya kan?"     

"Hah! Itu hanya akal-akalan dari para angels saja yang sirik pada kami!" Si dedengkot lainnya menyahut dengan nada kesal. "Kami ini terlalu kuat dan angel tolol itu hanya ingin membatasi kekuatan kami saja!"     

"Sepertinya kalian tidak memiliki raja." Jovano mengetuk-ketuk dagunya. "Kalian hanya bergerak masing-masing tidak terkoordinasi, ya kan?"     

"Siapa bilang?!" Salah satu dari mereka berujar dengan berapi-api. "Raja kami sudah ada di sini!"     

"Heh! Diam!" Si ketua membentak rekannya.      

Jovano tertawa dalam hati. Pancingannya berhasil meski langsung ketahuan oleh si ketua gerombolan itu. Sayang sekali tidak bisa mengorek lebih banyak. "Jadi ... kalian ternyata memiliki raja dan kalian bergerak terkoordinasi, yah? Hm ... kuharap kalian tidak takut dengan apa yang aku miliki."     

Belum sempat gerombolan itu bereaksi akan ucapan Jovano, mata mereka terbelalak lebar ketika melihat Jovano memunculkan api hitam neraka dari telapak kiri tangannya.      

"Sial!"     

"Lari!"     

"MAMA!"     

Namun, sayang sekali, Jovano tidak memberi ampun pada mereka.      

Dhuar! Dhuar! Dhuarr!     

Dua makhluk asap tipe dedengkot langsung jadi abu, sedangkan dua lainnya sudah berhasil kabur dengan kecepatan yang sangat gila.      

"Sial! Dua dari mereka kabur!" Jovano merutuki apa yang terjadi. Lalu dia pun mendesah sambil mulai terbang melesat ke mansion keluarganya.      

Di mansion, Jovano pun mengeluarkan empat rekan timnya.      

Terlihat, Shona sudah jauh lebih baik kondisinya setelah menelan pil dan mengobati dirinya sendiri. Lalu dia beralih mengobati calon suaminya dan kemudian ke calon adik iparnya.      

Usai mengobati duo pangeran kembar, Shona menelan buah energi roh dan juga inti kristal sebagai pengganti energi yang dia keluarkan tadi. Ia juga membagikan buah itu kepada rekan grupnya.     

"Gak usah, Sho, aku udah punya, kok!" Vargana mengeluarkan buah energi roh miliknya sendiri. Dia punya banyak persediaan buah tersebut di cincin ruangnya.      

Duo pangeran kembar menerima buah energi roh dan inti kristal dari Shona. Gadis itu memiliki banyak sekali persediaan. Kekayaan kerajaannya tidak main-main.      

"Aku dengar dari mereka yang tadi menghadangku, bahwa mereka ada raja yang memimpin mereka dan bahkan dikatakan raja mereka sudah berada di sini, di bumi ini." Jovano membagikan informasi yang dia dapatkan.      

"Hm, rajanya sudah ada di bumi ini, yah?" Kenzo berpikir keras. "Kalau begitu, apakah raja yang dimaksud itu makhluk bayangan hitam yang pernah beberapa kali bertemu dengan Putri Vargana dan Pangeran Abvru?" tebaknya.      

"Bisa jadi memang itu dia raja mereka." Jovano menimpali. "Baiklah. Aku akan pergi ke grup Aunty Myren, siapa tau mereka butuh bantuan." Menyadari hanya dirinya yang memiliki api hitam neraka membuat Jovano merasa bertanggung jawab untuk melindungi rekan timnya.      

"Hati-hati, Jo." Vargana mengingatkan sepupunya.      

"Oke." Jovano acungkan ibu jarinya sebelum menghilang.      

Di tempat lain, grup yang diketuai Myren sedang menyusuri jalanan di kota. Malam semakin larut saat itu dan area yang mereka datangi tidak begitu ramai.      

Secara tidak terduga, grup mereka malah bertemu dengan para vampir yang sedang merekrut anggota dengan cara menggigit manusia.      

"Hei!" hardik Myren pada gerombolan vampir di ujung lorong gang buntu yang sepi.      

Segera, para vampir itu pun terkejut dan hentikan aksi mereka. Di leher beberapa manusia sudah ada bekas gigitan mereka.      

"Jangan harap kalian bisa lolos, yah!" teriak Voindra sambil dia menerjang maju ke para vampir itu. Karena sudah berpengalaman dalam bertempur melawan vampir saat dia masih kecil, Voindra sama sekali tidak menemui kesulitan membasmi para vampir di sana.      

Gavin dan Zevo ikut maju membantu. Sedangkan Myren dan Ronh hanya diam mengawasi. Hanya dalam beberapa menit saja, belasan vampir tadi sudah berhasil dibasmi.      

Kini, tinggal mengamankan para manusia yang menjadi mangsa vampir tadi. Myren hendak memasukkan manusia-manusia malang itu ke alam pribadinya sebelum nanti akan dia serahkan ke Jovano untuk dipenjara di alam sang keponakan.     

Bzzzhh!     

Belum sempat Myren melaksanakan niatnya, para manusia yang tergigit itu tiba-tiba menghilang terhisap ke sebuah bola kristal warna hitam. Dari dalam bola kristal itu, terdengar suara Ivy. "Jangan ganggu anak buahku!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.