Devil's Fruit (21+)

Noriko Berhasil Diobati



Noriko Berhasil Diobati

1Fruit 1086: Noriko Berhasil Diobati     
1

Setelah Noriko lebih tenang dan bisa duduk biasa berhadapan dengan Andrea, sang Cambion mengeluarkan secarik kertas mantra warna merah, kemudian kertas itu dia tempelkan secara horisontal (melintang) di dahi Noriko.      

Seberkas sinar merah keluar dari kertas mantra itu dan seakan meresap ke kulit Noriko hanya meninggalkan rune-nya saja.      

"Apa itu?" tanya Naru.     

"Untuk membuat tenang bibimu." Andrea menjawab dan kemudian dia mengeluarkan kertas mantra merah lainnya dan menempelkan melintang di mulut Noriko.     

"Eh?" Anggota keluarga Naru bingung.      

"Bibi Andrea, yang itu untuk apa?" Naru bertanya lagi penuh rasa ingin tahu.      

"Ini?" Andrea menunjuk ke mulut Noriko yang sudah tertutup seluruhnya dengan kertas mantra. "Ini agar dia bisa menjaga napsu darahnya." Andrea mengerling jenaka ke Naru. "Noriko-chan, kau tak apa kan aku suruh diet sedikit? He he ..."     

Setelah itu, Andrea bangkit berdiri dan dia menjulurkan tangannya ke depan.      

Klang!     

Gembok di kerangkeng itu pun terlepas dan pintu kerangkeng terbuka oleh Andrea.      

"Eh! Jangan!"     

"Kenapa itu dibuka?"     

"Jangan sampai Noriko lepas!"     

Andrea terkekeh santai. "Tenang saja kalian." Lalu dia menoleh ke belakang, ada Noriko yang sudah tenang menatap ke Andrea dengan mulut tertutup kertas mantra. "Noriko-chan ... ayuk!" Tangannya diulurkan ke Noriko.     

Perempuan itu pun mulai berdiri di bawah tatapan melotot penuh berdebar-debar anggota keluarga Naru. Kepala keluarga bahkan sudah bersiap dengan para shikigami andaikan Noriko langsung berubah beringas atau melesat kabur ketika dia mencapai pintu kerangkeng.      

Tepp!     

Tangan Noriko menggapai tangan sang Cambion, dan kemudian keduanya berjalan bersisian keluar dari kerangkeng besi tersebut dengan Andrea tersenyum lebar menyerahkan Noriko kepada kepala keluarga.      

Sang patriark agak gugup dan juga takut di dalam hatinya ketika dia gemetar menerima tangan Noriko dari Andrea.      

"Kakek patriark, Noriko-chan sudah jadi anak manis, kok! Tak usah khawatir." Andrea menenangkan hati si kepala keluarga.      

Mata sang patriark menatap ke Andrea seakan ingin ketegasan dari si Cambion mengenai ucapannya.      

"Sungguh, dia sudah tidak berbahaya untuk siapapun." Andrea seperti mengetahui yang ada di pikiran patriark itu. Yah, memang sebenarnya dia sedang membaca pikiran kepala keluarga Naru, sih, memakai salah satu kekuatannya, Razum, yang sudah berevolusi lebih mendalam.     

Ability Andrea yang berkaitan dengan pengendalian pikiran adalah Razum. Dan ketika kekuatan itu berevolusi lebih mendalam, Razum-nya sekarang mampu membaca pikiran manusia. Hanya manusia biasa saja yang kali ini bisa dideteksi oleh Razum.     

Razum jenis evolusi baru tidak bisa bereaksi pada makhluk supernatural dan manusia setengah supernatural. Sedangkan Razum jenis awal sebagai pengendali pikiran bisa berefek pada semua makhluk asalkan kekuatannya di bawah Andrea.     

Semua anggota keluarga Naru yang berada di ruangan itu menahan napas ketika Noriko berdiri di depan kepala keluarga mereka. Apakah Noriko akan beringas dan melakukan tindakan berbahaya seperti misalnya mencakar atau mungkin menerjang si patriark?     

Dan napas mereka dihembuskan ketika melihat tangan Noriko bisa digenggam dengan aman oleh tangan patriark mereka.     

Sang kepala keluarga itu sendiri menelan ludah dan berharap Noriko benar-benar tenang seperti yang dikatakan oleh Andrea tadi. "No-Noriko?" panggil kakek patriark sambil menatap lekat ke cucunya.      

Noriko memandang ke orang tua itu dengan pandangan datar namun tidak mengeluarkan aura berbahaya. Semua orang di situ kembali menahan napas ingin tahu apa yang akan terjadi setelah ini.      

Seperti mereka ketahui, semenjak Noriko menjadi vampir, dia seolah tidak lagi mengenali orang di sekitarnya, bahkan lupa pada jati diri dia sendiri. Dia hanya terus berperilaku bagaikan hewan yang merasa terancam dan terus saja menggeram dan sesekali akan membenturkan tubuhnya ke besi kerangkeng.     

"Noriko, kau baik-baik saja sekarang, yah!" Kakek patriark tersenyum teduh sembari menepuk-nepuk lembut punggung tangan Noriko yang masih ada di genggaman tangannya. "Kami akan selalu menjaga dan melindungi kamu, Noriko." Ia mengangguk-anggukkan kepalanya.      

Andrea berjalan maju ke Noriko dan tangannya perlahan melepas kertas mantra di mulut Noriko, namun tidak sampai terlepas semuanya.      

"Ka ... Ka-kek?" Terdengar suara lirih dari bibir Noriko yang bergerak pelan.     

"No-Noriko!" Sang patriark begitu terharu karena cucunya sudah bisa mengenali dirinya. Ia menangis sambil mengelus lembut pipi Noriko. Anggota keluarga lainnya juga ikut menangis, terutama ibunya Noriko.      

Tapi Andrea bergegas menutup lagi kertas mantra itu ke mulut Noriko sebelum ibunda wanita lajang itu bergerak memeluk putrinya.      

Suasana haru langsung saja menyelimuti ruangan itu. Mereka bergantian memeluk Noriko.      

.     

.     

"Nyonya, kenapa mulut anakku harus ditempeli kertas mantramu?" tanya ibunya Noriko setelah semua orang kembali ke aula pendopo dan duduk di sana.      

Andrea mengusap hidungnya sebelum memberikan jawaban, "Itu semacam segel untuk dia. Aku sengaja membuat kertas mantra khusus untuk dia dan kuberi segel dari semacam array agar dia bisa mengendalikan napsu vampirnya, agar tidak haus darah."     

Jovano belalakkan matanya sambil menoleh ke ibunya dan berkata, "Jadi, Mom, selain kau membuat banyak kertas mantra untuk membasmi makhluk asap, kau juga masih sempat membuatkan mantra untuk Noriko-san?" Ia tak mengira ibunya akan melakukan itu.      

Kepala sang Cambion mengangguk dibarengi senyuman ke anak sulungnya. "Yah! Mama memang sengaja menyempatkan waktu untuk membuat itu. Mama sebenarnya sudah menyelesaikan kertas mantra untuk Noriko-chan bersamaan dengan penyelesaian kertas mantra merah yang terakhir itu. Tapi karena ada kejadian mendadak mengenai kemunculan tipe dedengkot, maka Mama buru-buru masuk lagi ke Cosmo untuk bikin jimat versi baru, dan gak sempat ke sini jenguk Noriko."     

"Ahh, ternyata begitu." Jovano manggut-manggut paham. Pantas saja ibunya begitu keluar dari Cosmo, dia segera mengajak Jovano datang ke kuil keluarga Naru. Ternyata karena memiliki misi sendiri pada Noriko.      

"Nyonya, aku ucapkan jutaan terima kasih kepada Anda yang telah bersusah payah membuatkan jimat untuk Noriko." Kepala keluarga itu sampai melakukan dogeza kepada Andrea dari tempatnya duduk.      

Dogeza adalah semacam sikap dari sebuah elemen etika masyarakat Jepang untuk beberapa tujuan. Sikap itu dilakukan dengan cara bersujud, menempelkan dahi ke tanah atau lantai dan dua telapak tangan menempel juga ke tanah atau lantai. Itu bisa dilakukan untuk menghormati seseorang yang sangat tinggi statusnya, atau untuk meminta maaf secara mendalam, dan juga bisa sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada seseorang.      

Di sini, patriark keluarga Naru melakukan dogeza untuk berterima kasih sekaligus meminta maaf. Berterima kasih karena menolong Noriko, dan meminta maaf karena sudah merepotkan Andrea.      

"Ohh! Kakek patriark! Jangan begitu!" Andrea juga ikut melakukan dogeza di hadapan patriark keluarga Naru. "Aku hanya melakukan ini karena kasihan dengan Noriko, dan juga ... karena Naru teman putraku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.