Devil's Fruit (21+)

Kau Pikir Kami Senang Diberi Pesaing?



Kau Pikir Kami Senang Diberi Pesaing?

1Fruit 1089: Kau Pikir Kami Senang Diberi Pesaing?     
1

Jovano mendatangi ibunya yang baru saja tiba di mansion malam itu. "Mom, kata temanku, Mom bagi-bagi omamori di Adora, yah?"      

"Ohh, ya. Temanmu banyak yang masuk ke Adora?" tanya sang nyonya Cambion.      

Putra sulungnya mengangguk. "Ya, banyak yang masuk Adora. Tadinya mereka beralasan agar bisa dekat-dekat dengan Ivy, Vargana, atau Voindra. Tapi, akhirnya mereka jadi suka dan fokus pada pelatihan masing-masing."     

Kepala Andrea manggut-manggut. "Baguslah kalau memang mereka pada akhirnya menemukan tujuan yang jelas dan bermanfaat di Adora. Gimana pun, kalo tujuan cuma untuk gebetan doang, itu gak akan langgeng, Jo. Percuma."     

"Iya, Mom." Jovano setuju dengan pendapat ibunya.      

"Bagaimana dengan yayangmu, Jo?" tanya sang ibu tanpa sungkan sama sekali.      

Justru Jovano yang mulai canggung ketika pertanyaan itu bergema di telinganya. "Um, yah ... um, begitulah, Mom." Ia jadi segan meski hanya sekedar menatap mata sang ibu.      

"Begitulah gimana? Yang jelas, dong!" desak Andrea sambil berdiri bersandar di pilar anak tangga dan melipat dua tangan di depan dada.      

Jovano tahu ibunya sedang ingin mengetahui perkembangan terkini hubungan dia dengan Nadin. Yah, wajar memang jika seorang ibu hendak mengetahui ini dan itu mengenai kisah asmara sang anak. Tapi dia jadi canggung sendiri. "Anu, Mom ... dia aku ... aku tidurkan."     

"Tidurkan?" Mata Andrea memicing.      

"Ya. Aku tidurkan di apartemen kami dan aku beri array di sana untuk menjaga dia dari segala bahaya dari luar." Jovano menggaruk belakang kepalanya.      

"Hm, kayaknya kamu cinta banget ama tuh cewek, yah Jo." Sang Cambion menimbang-nimbang dari perbuatan putranya pada si kekasih, dan mencapai asumsi Jovano sangat menyayangi kekasihnya.      

"Um, he he, iya Mom." Malu-malu, Jovano mengakuinya.      

Andrea kembali manggut-manggut dan berkata, "Yah, semoga aja dia cewek baik, kagak bikin kecewa kamu." Sambil melirik tajam ke putranya, Andrea melepaskan kaitan lengannya sendiri dan hendak melangkah. "Sebentar lagi kita patroli. Ayo, siapkan diri kita."     

"Oke, Mom." Jovano mengangguk.      

Kaki jenjang Andrea melangkah ke lantai atas, akan mandi dan bersiap untuk patroli malam sembari menunggu suaminya pulang dari kantor. Sedangkan Jovano masih ingin duduk di ruang tengah memainkan ponsel yang dia keluarkan dari cincin ruangnya.      

Sembari melangkah tapak demi tapak anak tangga, Andrea sambil berharap bisa bertemu putrinya, Ivy, dan membujuk lagi agar Ivy bersedia pulang. Sebagai seorang ibu, sampai kapanpun dia akan memperjuangkan anaknya.      

-0-0-0-0-     

"Aunty, perkembangan makhluk asap sekarang mulai merosot turun." Vargana berkata kepada bibinya, Puteri Cambion Andrea, ketika mereka melakukan pertemuan di mansion milik Andrea.      

"Itu semua berkat kertas mantra Mama." Kuro menatap ibu angkatnya penuh rasa bangga.      

"Apalagi jimat itu sudah didistribusikan ke seluruh dunia melalui prajurit iblis kita." Gavin menambahkan.      

"Bahkan, sekarang para makhluk asap mulai bersembunyi meski di malam hari. Mereka benar-benar ketakutan pada gerakan kita semua." Voindra mengatakan sambil menatap riang semua orang di taman belakang mansion bibinya.      

"He he ..." Andrea sebagai pihak yang mendapatkan pujian dari sana dan sini hanya terkekeh sambil usap hidungnya. Tentu saja dia bangga dan senang karena usaha serta jerih payah dia tidak sia-sia.      

"Dikatakan, kemunculan makhluk tipe dedengkot sudah jauh berkurang daripada sebelum ini. Mantra api hitam sungguh luar biasa efeknya bagi mereka, membuat mereka harus berpikir ulang jika ingin mengacau di sini." Pangeran Zaghar ikut berkomentar.      

"Tapi, jangan lengah yah kalian semua." Andrea mengingatkan. "Meski gerakan kita bisa menekan mereka, aku masih merasa kok kayaknya ini ketenangan sebelum badai."     

"Ohh, apakah nantinya akan muncul dalang atau pemimpin mereka?" Pangeran Abvru jadi teringat dengan sosok bayangan gelap yang pernah bertarung melawan dia dan Vargana, dan dia sangat tidak berdaya saat itu, padahal dia adalah bangsawan iblis yang tentu kekuatan tidak bisa diremehkan.      

"Bisa jadi." Jovano menyambung. "Pemimpin mereka ini sosok yang sangat kuat, dan mungkin kekuatannya berkali lipat melebihi tipe dedengkot. Entah apakah dia bisa dihadapi dengan api hitam atau tidak." Wajahnya menunjukkan ketidakyakinan.      

"Misalkan dia kebal pada api hitam pun, dia belum tentu bisa kebal pada api neraka kamu, Jo." Myren memberikan pendapatnya dan semua yang di sana mengangguk.      

"Semoga saja demikian, karena kalau dia juga tidak takut dengan api hitam nerakaku, entah harus pakai jurus apalagi untuk melawan dia." Jovano tundukkan kepala penuh akan renungan mengenai yang dia bicarakan.      

"Ingat, kita tidak boleh lengah meski kemunculan mereka jauh berkurang. Selalu siaga dan sigap dalam situasi apapun." Ronh mengingatkan apa yang tadi diucapkan adik iparnya.      

"Tipe dedengkot ini tidak merasuki manusia, ya kan?" tanya Kenzo untuk memastikan.      

"Ya, mereka sepertinya sudah sangat percaya diri dengan wujud mereka yang setengah padat, bermaterial." Shiro menyahut. "Mungkin itu untuk membedakan siapa mereka dan level mereka di antara yang biasa lainnya."     

"Keangkuhan petinggi, yah!" Dante menoleh ke putra hybridnya.     

"Benar, Pa." Shiro mengangguk.      

"Oke, ayo kita mulai lagi patroli. Ingat, jangan hanya berdua, minimal 4 orang dalam satu grup." Myren mengkomando.      

Setelah Myren berkata demikian, para anggota tim Blanche pun mulai berpencar sesuai dengan grup mereka masing-masing.      

-0-0-0-0-     

Selama beberapa minggu ini, dunia menjadi lebih tentram tanpa keributan dari makhluk asap hitam. Seluruh pasukan iblis di bumi manusia bersama-sama membasmi makhluk rendahan itu menggunakan jimat dari Andrea.      

Sebagai satu-satunya alkemis yang bisa diandalkan, Andrea lah yang terus memproduksi jimat tersebut untuk segera dibagikan ke serdadu iblis milik Myren dan Pangeran Djanh di seluruh penjuru dunia.      

Ketika ada makhluk asap hitam yang terpergok oleh salah satu serdadu iblis, dia menjerit ketika melihat di tangan iblis itu ada jimat yang dia takuti. "Kenapa kalian selalu memburu kami? Kalian ini kan iblis, mengapa kalian tidak membiarkan kami membuat kekacauan di sini?"     

Serdadu iblis itu terkekeh dan menjawab, "Hei, kami ini iblis, maka apapun yang kami ingin lakukan, yah kami lakukan, tak perduli kita satu aliran atau tidak."     

"Lagipula, tanganku gatal ingin membunuh seseorang, dan kau adalah sasaran yang baik!" Iblis lainnya ikut berkomentar ketika mereka bertemu segerombolan makhluk asap hitam yang terpojok.      

"Kalian ini! Bukankah kita sama-sama ingin menyusahkan manusia di sini? Kenapa malah kalian membantai kami jika tujuan kita sama?" Makhluk asap lainnya berkata dengan wajah memelas menggunakan wajah manusia inangnya.      

"Heh! Kau pikir kami iblis senang diberi pesaing?! Berani sekali kau hendak merebut mangsa kami! Kalian layak mati kalau begitu, groaahhh!" Dan serdadu iblis itu mulai lemparkan jimat-jimat yang ada di tangannya ke gerombolan makhluk asap yang hanya bisa mengutuk dan belalakkan mata sebelum mereka berubah jadi serpihan debu tanpa jiwa.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.