Devil's Fruit (21+)

Kondisi Munculnya Jiwa Pedang



Kondisi Munculnya Jiwa Pedang

2Fruit 1098: Kondisi Munculnya Jiwa Pedang      3

Shelly keluar dari dalam mansion sambil membawa teh sakura dibantu Kiran, Myren dan juga Kyuna. Shelly dikeluarkan dari alam Cosmo ketika mereka kembali ke mansion sore tadi. Zivena masih harus tetap di Cosmo.      

"Siapa lagi yang memiliki luka?" tanya Andrea sambil pandangannya tertuju kepada anggota timnya di situ. "Gazum, Paman Heilong, apakah kalian baik-baik saja?" Ia menoleh ke duo hewan gaek itu.      

"Kami baik-baik saja, Tuan Putri." Raja Naga Iblis Heilong mewakili Gazum dan dirinya untuk menjawab pertanyaan Andrea.      

"Oke, jangan sungkan minta obat padaku kalo kalian luka, yak!" Andrea sambil mengelus kepala Dante yang ada di pahanya. "Ro, gimana kondisimu?"Andrea tidak lupa bertanya juga kepada jiwa pedang milik suaminya.      

"Saya baik-baik saja, Nyonya, terima kasih atas perhatian Nyonya." Rogard menjawab penuh rasa hormat.      

Pangeran Abvru secara lekat memandangi Rogard dan dia sudah pernah diberitahu oleh calon istrinya bahwa Rogard adalah jiwa pedang milik Dante. Dia sedikit iri, kenapa pedangnya tidak mengeluarkan jiwa kuat seperti Rogard?     

"Kenapa Rogard bisa keluar dari wujud pedangnya dan berubah menjadi bentuk humanoid?" Pangeran Abvru tak bisa menyelesaikan rasa penasaran di hati dia dan kini mungkin adalah waktu tepat untuk menanyakan ini.      

Andrea terkikik dan seakan mengerti apa rasa penasaran yang bercokol di hati sang pangeran incubus. "Ada dua sebab dan kondisi, kukira, yang bisa menyebabkan sebuah pedang melahirkan jiwanya dan bahkan bisa keluar menjadi wujud makhluk hidup, sesuai kemauan mereka."     

"Apa itu, Tuan Putri?" Pangeran Abvru makin ingin tahu. Matanya menyala akan rasa penasaran.      

"Satu," ucap Andrea sambil angkat telunjuknya. "karena dia begitu kuat."      

Pangeran Abvru mengulang ucapan Andrea dalam hatinya. Karena sang pedang begitu kuat. "Apakah ini mengenai tenaga?"     

"Yap!" Andrea mengangguk. "Ketika aura kekuatan mereka sangat kuat dan energi mereka begitu besar, maka mereka secara perlahan menciptakan jiwa mereka sendiri. Kemungkinan ... mereka mulai memiliki kemampuan menyerap tenaga alam dan menjadikan itu energi khusus mereka."     

"Ohh, jadi begitu ... berarti bisa dikatakan, itu terjadi pada pedang berusia sangat tua, ya kan?" Sang pangeran mulai paham.      

"Yap yap!" Andrea mengangguk. "Biasanya terjadi pada pedang kuno."     

"Lalu ... yang kedua?" Pangeran Abvru tidak melupakan bahwa sang Cambion mengatakan ada 2 kondisi yang menyebabkan sebuah pedang memiliki jiwa dan bahkan keluar dari wujud aslinya menjadi wujud lain.     

"Yang kedua ..." Andrea menaikkan jari tengah untuk menyertai telunjuknya dan berkata, "karena si pedang itu memiliki keinginan sangat besar untuk melindungi tuannya setelah dia mampu menghisap hawa energi alam. Meskipun belum begitu kuat dan kuno, tapi dia juga bisa keluar dari wujud aslinya asalkan dia sudah memiliki sekelumit jiwa."      

Tidak hanya mata Pangeran Abvru saja yang terbelalak mendengar penjelasan dari Andrea, namun semua yang ada di situ. Tapi yang paling lebar tentu saja mata Pangeran Abvru. "Keinginan ... melindungi tuannya?"     

Si Cambion mengangguk dan tersenyum sambil dia berkata, "Yap! Dan itu adalah keinginan kuat dan besar, jangan lupain itu." Ia lalu terkikik geli melihat ekspresi semua orang di dekatnya. "Dan Ro ... dia kategori kedua."     

Semua anggota timnya di kebun sakura terkesima akan penjelasan Andrea dan secara otomatis mereka menoleh ke arah Rogard. Rasa takjub dan juga hormat secara langsung tertuju padanya.      

"Kau bisa begitu yakin mengenai itu, Ndre?" tanya Myren tak menyangka.      

"Sebenarnya, jiwa Ro pertama kalinya muncul dan terbentuk ... kalo aku gak salah tebak, nih ... waktu dia masih mendampingi Frega. Tuannya sebelum Dante. Waktu ma Frega, sepertinya Ro membentuk jiwa pedang dia, tapi dia gak punya kekuatan cukup untuk keluar dengan wujud lain." Andrea melirik Rogard.      

Lelaki jiwa pedang itu terdiam menunduk dan tidak berkata apapun seolah menyetujui ucapan dari istri majikannya.      

"Ndre, kok kamu bisa yakin?" Myren bertanya-tanya keheranan.      

"Karena aku masih terhubung dengan serpihan jiwa Frega." Andrea tersenyum sembari menjawab sang kakak.      

"Woaahh ..." Anggota tim di situ terkesima akan ucapan Andrea kecuali yang berasal dari alam Cosmo dan King Zardakh saja. Mereka sudah paham akan kisah itu, makanya tidak terkejut. Sedangkan untuk King Zardakh, meski hatinya terkejut, dia sok santai menanggapinya.      

"Waktu ama Frega, Ro memang gak berdaya meski dia sudah mulai membentuk jiwa, dan Frega juga kagak tau tentang itu. Dan yang bikin Ro ampe bisa keluar dari wujud pedangnya tuh kalo gak salah waktu aku dan Dante terjebak dikepung beast beruang kutub raksasa ama burung hering di alam winter di Feroz-nya si Djanh. Ya, kan?" Ia melirik ke Rogard.      

"Nyonya benar. Tidak disangka Nyonya masih ingat semua peristiwa di alam milik Pangeran Djanh." Rogard juga masih teringat tatkala dirinya digunakan sebagai alat pembuka buah kelapa dan juga sebagai pemanggang daging buruan. Sungguh memori ternista dalam hidupnya yang membuat dia akan menghela napas.     

"Hi hi hi ... tentu aja aku masih ingat." Andrea mengusap cepat hidungnya, berlagak penuh bangga. Sang suami di pangkuan hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah istrinya.     

"Jadi ... begitu." Pangeran Abvru termenung, tenggelam dalam perenungannya sendiri. Ia memikirkan pedang gharada dia, apakah pedang itu sudah membentuk jiwa pedangnya? Atau ... pernahkah si pedang begitu mengkhawatirkan dirinya saat mereka bertarung bersama?     

Plukk!     

Vargana menepuk sekali bahu calon suaminya dan berkata, "Udah, udah, gak usah sedih, terima aja takdir kalo pedangmu gak ada rasa peduli ma kamu, kakek mesum."     

Pangeran Abvru melirik calon istrinya dengan geraham terkatup kuat-kuat. Ucapan sang tunangan terlalu menohok tepat di hatinya, di titik yang sedang dia pertanyakan.      

"Jangan khawatir, calon menantu ..." Myren berkomentar. "...mungkin pedangmu saat ini sudah punya jiwa dan masih percaya padamu bahwa kau bisa menangani semuanya tanpa dia harus keluar."     

"Kak ..." Wajah Andrea menggelap. "...itu maksudnya lakik aku kagak bisa menangani pertempurannya makanya Ro musti keluar, gitu?"     

Myren seketika grogi dan tertawa canggung sambil menjawab adiknya, "Aha! Hah! Hah! Anu, Ndre ... gak maksud gitu, kok! Ini aku cuma lagi menghibur pacar anakku aja biar gak down, siapa tau dia stres kalo mikirin pedangnya gak keluar-keluar wujud lainnya."     

Huookk!     

Jawaban Myren justru bagai panah besar yang menembus ke ulu hati Pangeran Abvru. Menyakitkan! Hatinya menangis darah atas ucapan calon ibu mertuanya, tapi karena dia sangat menyukai anaknya, maka Pangeran Abvru pun bertahan.     

"Sudah, sudah, jangan terus membicarakan suamiku," celetuk Kyuna menengahi mereka. "Lihat, wajah suamiku jadi merah karena malu."     

"Tidak." Rogard dengan datarnya menjawab lugas. Kyuna menatap tak berdaya ke arah suaminya yang terkadang tak punya kepekaan sama sekali. Jiwa Rogard sepertinya butuh EQ selain IQ.     

"Oke, berarti sekarang ini makhluk asap hitam sudah tamat, ya kan?" Andrea membelokkan pembicaraan ke hal lain.      

"Ya, mereka sudah tamat, sekarang gantian kita mengurus vampirnya Ivy." Vargana menyahut dengan nada rendah.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.