Devil's Fruit (21+)

Tidak Ada Lagi Pesaing



Tidak Ada Lagi Pesaing

4Fruit 1099: Tidak Ada Lagi Pesaing      1

"Oke, berarti sekarang ini makhluk asap hitam sudah tamat, ya kan?" Andrea membelokkan pembicaraan ke hal lain.      

"Ya, mereka sudah tamat, sekarang gantian kita mengurus vampirnya Ivy." Vargana menyahut dengan nada rendah.      

Semua anggota tim Blanche di sana pun mengangguk. Andrea menghela napas pelan. Ivy, kini mereka harus berhadapan dengan Ivy, dan itu ... sungguh tidak dia inginkan.      

Menghadapi agresi dari anaknya sendiri, orang tua mana yang sanggup menahan kesedihan di hatinya?     

-0-0-0-0-     

Di alamnya, Ivy tengah bersantai dengan Danang berada di sisinya. Mereka ada di kamar pribadi mereka, baru saja melakukan hal intim. Sebagai vampir, Ivy memiliki libido besar. Tidak ada hari tanpa petualangan intim dengan Danang.      

Sebagai seorang penguasa di alam itu dan juga satu-satunya raja di sana, Ivy bebas melakukan apapun. Dia memiliki kendali sepenuhnya atas semua anak buahnya. Mereka semua sudah disegel dalam keterikatan sumpah dari darah Ivy yang menetes saat mereka dijadikan vampir.     

Oleh karena itu, tidak akan ada satupun anak buah Ivy yang akan berani memberontak pada Ivy. Pemberontakan hanya akan mengakibatkan kehancuran bagi si pemberontak itu sendiri. Maka dari itu, Ivy merasa sangat aman dan tahu dirinya adalah penguasa mutlak di tempat itu.      

"Hamba menghadap pada Yang Mulia Ratu." Terdengar suara dari luar kamar.      

Ivy yang sedang bersenda gurau dengan Danang pun menghentikan canda mereka di tempat tidur dan berkata dengan suara berwibawa, "Masuklah."     

Sosok vampir level merah pun datang menghadap ke Ivy usai pintunya secara ajaib terbuka untuk vampir tersebut. Vampir level merah di kerajaan Ivy merupakan vampir yang berasal dari golongan keturunan makhluk supernatural, seperti iblis.      

Di belakang vampir level merah ada 2 vampir level hijau, itu adalah jenis vampir yang diciptakan dari manusia biasa.      

Masing-masing dari vampir itu memiliki kalung dengan bandul sesuai dengan warna level mereka masing-masing. Semua memang seperti keinginan Ivy.      

"Ada apa?" Ivy memutar tubuhnya dan mulai duduk di atas tempat tidur, sedangkan Danang berbaring santai menghadap ke para vampir sambil menopang kepala menggunakan satu tangan.      

"Lapor, Yang Mulai Ratu, pertempuran makhluk hitam dengan para iblis sudah selesai." Vampir level merah itu memberikan laporan pada Ivy.      

"Hm, jadi mereka sudah selesai saling cakar, yah?" Ivy menaikkan dagunya dan berkata lagi, "Lalu, bagaimana hasilnya?"     

"Lapor, Yang Mulia Ratu, makhluk hitam kalah karena datangnya beberapa malaikat."     

"Malaikat?" Ivy langsung menegang dan sikap tubuhnya mendadak serius. Matanya bersinar merah mendengar apa yang baru saja disampaikan bawahannya. "Malaikat, katamu?"     

"Ya, Yang Mulia Ratu!" Vampir itu menegaskan informasinya dan dia kemudian menceritakan kronologi semua kejadian hari ini mengenai peperangan iblis melawan makhluk asap hitam dan akhirnya muncul malaikat mengakhiri semua peperangan.     

"Ha ha! Ternyata pesaing kita langsung dibasmi dengan mudah oleh malaikat!" Ivy tertawa kecil. Dia sangat senang dan puas dengan musnahnya makhluk asap hitam. "Akhirnya, tidak ada lagi rival bagi kita."      

"Yang Mulia Ratu akan jadi penguasa alam!" Vampir level merah itu menjilat pada Ivy yang sedang senang hatinya.      

Senyum lebar terbit di wajah Ivy dan dia berkata, "Kalian, persiapkan diri kalian untuk memperluas perekrutan."     

"Baik, Yang Mulia Ratu!" Ketiga vampir yang berlutut di depan Ivy itu menjawab serempak.      

"Kalau perlu, perluas wilayah kalian sampai keluar dari Jepang. Semakin banyak, semakin luas, maka aku akan semakin gembira dan puas!" seru Ivy dengan wajah riang.      

"Siap laksanakan, Yang Mulia Ratu!" Lalu tiga vampir itu pun mundur dari kamar itu dan pintu tertutup lagi secara ajaib.      

"Ha ha ha ... sungguh menyenangkan ..." Ivy merasa suka cita di hatinya. Ia menoleh ke Danang di belakangnya dan berkata dengan tatapan genit, "Suamiku sayank, apakah kau ikut senang jika istrimu ini senang?"     

Danang mulai bergerak bangkit dan meraih tubuh Ivy untuk memberikan jawaban. "Tentu saja senang, mana mungkin aku tidak suka cita apabila istriku merasa bahagia?"     

"Ouuhh ... suamiku memang yang terbaik ..." Ivy pun mendorong tubuh Danang ke kasur dan dia lekas menindihnya. "Aku ingin membagikan sebesar apa rasa suka citaku padamu, suamiku ..." Lalu dia meniadakan pakaian mereka berdua.      

Ivy merunduk pada Danang, dan tak lama, lenguhan berat muncul dari mulut Danang. Kepalanya mendongak dan dagunya terangkat tinggi ketika mulut Ivy menguasai batang pusakanya.      

"Aaarghh ... istriku ... Ivy ... Vy ... aarrnghh ..." Danang tak bisa menahan suaranya ketika dia merasakan sebuah sensasi nikmat yang diberikan mulut Ivy pada erogenus utamanya. Pinggulnya bergoyang pelan mengikuti alunan hisapan Ivy di sana.      

Dua tangan mencengkeram kepala sang ratu vampir, menggerakkannya sembari menambahkan kata nikmat dalam benaknya saat dia dikuasai birahi yang ditimbulkan tindakan Ivy.      

Tidak membiarkan Danang menyemburkan miliknya, Ivy menarik kepalanya dan kemudian dia mulai menduduki batang itu. "Aaarghh! Danang! Danang! Arghh! Argh!" Ivy telah menenggelamkan pusaka tegak Danang dalam-dalam pada celah intimnya, langsung mengguncang dan menggoyangkan pinggul secara piawai.      

"Arghh, Ivy! Ivy, astaga ... ini enak, urrfhh ..." Danang tidak bisa menahan kejujurannya atas apa yang dia rasakan ketika miliknya seperti diputar dan dipijat sembari dipeluk erat-erat oleh otot celah intim Ivy.      

Dua tangan Danang meraih kedua bongkah dada montok Ivy sambil sang ratu terus bergerak agresif di atas tubuh sang pria.     

Sebenarnya Ivy ingin sekali mengubah Danang menjadi vampir ... tapi dia terus dihantui oleh ketakutan akan hilangnya kendali pikiran dia pada otak Danang jika pria itu berhasil menjadi vampir.      

Ivy tidak yakin Danang akan terus bersedia menjadi pasangannya jika tidak lagi dalam kendali pikiran Ivy. Padahal, jikalau Danang menjadi vampir, maka mereka bisa lebih sering menikmati keintiman ... bahkan bukan mustahil sehari semalam tanpa jeda karena kekuatan vampir mereka.     

Tapi ... Ivy masih terlalu cemas akan bagaimana nanti Danang bereaksi jika hipnotisnya lenyap.      

Di mata Danang, istrinya yang luar biasa menawan itu sesosok wanita seksi berusia 20 tahun lebih, karena memang itu yang ditanamkan di otak Danang oleh Ivy sendiri.      

Sebagai lelaki normal yang sehat, mana mungkin Danang bisa menolak sosok wanita 20 tahunan yang seksi dan cantik? Lain perkara apabila dia melihat bahwa Ivy hanyalah seorang remaja sekitar 14 - 15 tahun, pasti Danang tidak akan menyentuh Ivy seberapa pun gadis itu menarik di matanya.     

Apalagi jika Danang sadar bahwa gadis itu adalah anak dari teman masa kecilnya. Inilah kenapa Ivy menanamkan hipnotis di otak Danang. Karena dia sudah tahu lelaki itu tidak akan menerimanya jika dia tampil apa adanya.      

Setelah pencapaian puncak asmara selama satu jam lebih, akhirnya Ivy dan Danang sama-sama rebah di tempat tidur dengan raut puas di masing-masing wajah mereka.      

"Aku mencintaimu, Danang ..."     

"Aku juga mencintaimu, Ivy ..."     

"Danang, berjanjilah kamu takkan meninggalkan aku atau melupakan cinta kita ini."     

"Tentu saja."     

-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.