Devil's Fruit (21+)

Eksekusi Terakhir



Eksekusi Terakhir

3Fruit 1102: Eksekusi Terakhir      0

Tangan Ruenn sudah terangkat naik, siap untuk menebas Jovano.      

"Ibu! Jangan! Jangan bunuh dia!" raung Nadin pada Ruenn. "Bukankah Ibu janji hanya akan melukainya tanpa membunuhnya?" Ia memeluk kaki ibunya sambil menangis keras.      

Semua di ruangan itu terhenyak kaget. Nadin memanggil ibu pada Ruenn?      

Seolah tahu apa yang ada di benak orang-orang di depannya, Ruenn terkekeh. "Kalian pasti tidak akan mengira, ya kan? Ya, dia memang anakku. Dia putriku. Apakah kalian tahu siapa ayahnya?" Ruenn melirik ke arah Dante.      

Semua orang terkesiap melihat tindakan Ruenn. Jangan katakan ayah dari Nadin sebenarnya adalah ....      

"Dante?" Andrea kerutkan keningnya ketika dia menanyakan itu. Dia berharap dia salah.      

"Ha ha ha ... sesuai dengan yang kau duga, Andrea!" Ruenn tertawa nyaring. "Memang, dia memang anak dari suamimu dengan aku. Tentunya kau tidak lupa kalau dulu aku pernah melakukan kenikmatan indah bersama suamimu, kan?" Dia sekali lagi melirik genit ke Dante. "Bahkan aku takkan menolak jika hal ini bisa diulang lagi setelah ini ..."     

Betapa inginnya Dante muntah ketika dia mengetahui kenyataan bahwa Nadin adalah anaknya dan juga merupakan kekasih dari putranya. Lebih mual lagi ketika Ruenn berkata tidak menolak jika kemesraan palsu mereka diulang lagi. Huekk! Dante ingin muntah mendengarnya.      

Si mantan Nephilim ingin sekali merobek-robek tubuh Ruenn menjadi jutaan serpihan. Sudah begitu banyak kemalangan bagi Andrea atas ulah Ruenn. Dari kematian Opa dan Oma, dia yang diperdaya Ruenn sehingga mereka melakukan persetubuhan walau sekali, dan diculiknya Jovano saat bayi sehingga Dante harus menukarkan dirinya demi kembalinya Jovano dan berujung dengan terpisahnya Dante dengan Andrea selama bertahun-tahun.     

Kini, Ruenn kembali untuk memberikan kemalangan pada putranya. Bagaimana Dante bisa bertahan dari amarah yang menggelegak.      

Memikirkan perasaan sang putra yang ditipu begitu rupa oleh Nadin atas prakarsa Ruenn, itu sangat menyakitkan hati Dante sendiri.     

Tidak hanya istrinya yang disakiti Ruenn, sekarang putranya juga disakiti.      

"Ibu! Tolong ... jangan bunuh dia. Biarkan saja dia terluka begini! Ibu, aku mohon ..." Nadin mengiba sambil terus memeluk kaki ibunya sambil bercucuran air mata.      

"Gadis tolol!" Ruenn menendang Nadin hingga gadis itu menabrak tembok di belakangnya dan darah hitam pun keluar dari mulut Nadin, menandakan dia memang seorang iblis. "Aku sudah menunggu hari ini tiba! Dulu aku diselamatkan sosok iblis kuat dan dia membuatku pulih setelah aku dibakar Voira keparat! Meski wajahku susah kembali seperti semula, tapi aku bisa menutupinya dengan sihir. Hmph! Sayang sekali aku tidak menemukan keberadaan ratu keparat itu untuk membalas dendam. Dan dari iblis itu pula aku mulai bangkit dan mempelajari kekuatan lebih besar hingga inilah hasilnya! Ha ha ha!"     

Andrea dan yang lainnya diam mendengarkan celoteh Ruenn yang sedang mengungkapkan kejadian yang tidak mereka ketahui.     

"Ibu ... kau sudah berjanji padaku kalau aku patuh menurutimu ... kau takkan membunuh Jovano. Ibu, kau sudah berjanji ..." Nadin masih berusaha mendekati ibunya.     

"Kau hanya melukainya! Sedangkan aku ingin dia mati! Kecuali kau bersedia menusuk jantungnya, maka aku tak perlu turun tangan sendiri. Bagaimana?" Ruenn menyeringai ke putrinya yang masih merangkak mendekatinya.      

Nadin menggelengkan kepala sambil darah masih keluar dari mulutnya. Sepertinya benturan dari hasil tendangan ibunya tadi terlalu kuat sehingga menyebabkan tidak hanya tulang punggung dia retak dan patah, tapi juga ada luka internal pada dirinya.      

Ruenn benar-benar keterlaluan meski pada anaknya sendiri. Dia sudah buta dan tertutupi oleh napsu balas dendamnya. Dia bisa saja mendatangi Jovano tanpa menggunakan Nadin, tapi dia memilih cara yang sekiranya akan lebih menyakitkan bagi Andrea dan Jovano. Oleh karena itu, Nadin menjadi kandidat paling cocok untuk memuaskan dendam Ruenn.     

Tangan Ruenn terangkat naik ke arah Jovano, hendak menusuk jantung Jovano. Lelaki muda itu sudah pasrah karena dia tidak berdaya tanpa tangannya dan dia juga terlalu lemas karena luka pada perutnya. "Inikah akhir dari hidupku?" gumam lirih Jovano sambil dia memejamkan mata.      

Andrea dan Dante sudah berusaha maju tapi mereka seperti terhalang energi pekat. Kenzo pun tidak bisa menerjang energi di depan Ruenn.      

"TIDAAAKKK! JANGAAANNN!" Andrea berteriak keras-keras ketika dia melihat nyawa putranya berada di ujung tanduk. Dia tidak bisa melakukan apapun, demikian pula Dante yang meraung murka tanpa bisa mendekat ke arah Ruenn dan Jovano.      

Mereka bertiga tidak bisa menembus selubung aneh yang membatasi mereka dan Jovano. Haruskah mereka menyaksikan Jovano dieksekusi begitu saja di depan mata mereka?     

Ruenn tertawa gila menyaksikan ketiganya tidak berdaya di depannya tidak bisa menembus selubung yang dia ciptakan. "Ha ha ha! Saksikan kematian anakmu!" Cakar iblisnya turun dengan kejam ke jantung Jovano.      

CRASS!!!     

Tanpa disangka siapapun, Nadin melesat maju menggunakan tenaga terakhir dia untuk menjadi perisai bagi Jovano.      

"Nad!!!" teriak Jovano ketika dia tahu dirinya dipeluk Nadin dan gadis itu yang menerima cakar iblis ibunya sendiri hingga menembus ke jantungnya, dan Nadin masih sempat memberikan energi dorongan pada ibunya agar cakar itu tidak diperpanjang menembus dirinya dan bisa membahayakan Jovano.      

Ruenn terkejut bukan main, tidak menyangka anaknya akan maju dan melindungi Jovano, menerima cakar maut dia.      

Wuusshh!     

Dari dalam Cosmo, meluncur keluar Zivena yang segera saja terbang dan mengulurkan tangannya sehingga selubung aneh itu pun mulai pudar dan hilang.      

Dante lekas bertindak, dia memenggal kepala Ruenn secepat kilat menggunakan pisau petirnya. Lalu Andrea segera hancurkan kepala Ruenn yang menggelinding jatuh dari tubuhnya menggunakan api hitam.      

Semuanya dilakukan begitu cepat bagaikan kilat untuk mengeksekusi Ruenn. Kenzo lekas saja membawa tubuh Ruenn keluar ruangan untuk segera dibakar menggunakan api iblisnya, menyisakan debu saja dari sisa pembakaran itu. Dengan ini, Ruenn sudah benar-benar tamat. Tidak akan ada yang bisa menyelamatkan dia lagi jika kepala dan tubuhnya sudah menjadi debu dan hilang oleh angin.     

"Jo!" Andrea lekas singkirkan Nadin dari atas tubuh putranya. "Shosho, tolong kemari!" Andrea memanggil Shona menggunakan anting komunikasi.      

Dalam waktu sekejap, Shona muncul dan terbelalak mendapati kondisi Jovano. "Astaga!" Kekacauan macam apa yang terjadi tadi? Tapi dia tidak ingin banyak bertanya dan langsung menyemburkan tenaga healer dia ke perut Jovano.      

Andrea memasukkan pil level dewa dan pil level sempurna terbaik ke mulut putranya. "Tangan Jo ... gimana tangan Jo?"     

Zivena menyahut, "Masih bisa disambungkan karena belum terlalu lama. Lekas, Mam! Tempelkan tangan Kak Jo! Aku akan coba bantu!" Gadis kecil itu segera berjongkok di dekat kakaknya.     

Andrea segera lakukan apa yang Zivena pinta. Dia tempelkan lagi dua potongan tangan sang putra sulung ke bekas tebasan Ruenn di tangan Jovano. Kemudian, Zivena menggunakan kekuatan unik dia. Seketika, ada cahaya putih susu menyelubungi kedua tangan Jovano.      

Tak sampai sepuluh menit, kedua tangan itu pun tersambung. Namun, Zivena langsung pingsan. Sepertinya dia terlalu banyak mengeluarkan kekuatannya. Andrea segera pindahkan Zivena ke Cosmo untuk dirawat Kyuna.      

Mendapati tangannya sudah kembali tersambung, Jovano melirik ke arah Nadin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.