Devil's Fruit (21+)

Menguji Golok Hitam



Menguji Golok Hitam

3Fruit 1107: Menguji Golok Hitam     
1

Jovano mulai berkonsentrasi pada batu di depannya. "Kalian jangan terlalu dekat, yah!" Setelah semua orang mengangguk paham, Jovano mulai kerahkan tenaga terkuat dia dan menebaskan goloknya. Dia takkan heran jika nantinya golok ini akan pecah berkeping-keping.      

Lagi pula, sebagai golok pertama yang dihasilkan Jovano, dia sungguh tidak berani berharap tinggi pada kualitas goloknya. Ia sudah mempersiapkan hatinya. Jika golok ini tidak sesuai ekspektasi Zevo, tentunya dia tidak perlu kecewa.     

"HAARGHHH!" Jovano berteriak keras ketika tangannya bergerak menebas dengan golok hitamnya.     

CRAASSSSHHH!      

Semua orang di dekat Jovano segera saja terpana, tertegun ketika melihat batu besar itu secara mengejutkan terbelah menjadi dua. Bahkan potongannya sungguh rapi bagai itu adalah bongkahan mentega saja yang dipotong pisau tajam.      

"J-Jo ... itu ... ITU HEBAT!" Zevo tak bisa lagi menahan suaranya ketika dia melihat sendiri seperti apa kekuatan dari golok tersebut.     

Untuk diketahui, batu dan apapun yang terdapat di Alam Cosmo tidak bisa disamakan dengan apa yang ada di dunia manusia. Segala yang di Cosmo memiliki kali lipat kuatnya dari yang ada di Bumi.      

Ini berarti, batu yang ditebas oleh Jovano memiliki zat pembentuk yang berbeda dengan batu di Bumi manusia. Batu Cosmo beberapa kali lipat lebih padat dan kuat ketimbang yang ada di Bumi.      

Makanya mereka termangu ketika golok pertama Jovano bisa menebas semudah itu batu Cosmo.      

"Wuaahh! Goloknya Jo sangat hebat!" Kuro ikut berseru senang untuk adik angkatnya yang sangat dia banggakan.      

"Jo! Aku juga mau dibuatkan golok! Atau senjata apapun, terserah!" Vargana ikut berteriak antusias. Tentu akan sangat menyenangkan jika bisa memakai senjata buatan saudara sendiri, apalagi jika senjata itu kokoh dan hebat, merupakan suatu kebanggaan baginya.      

"Kak Jo! Aku juga mau dibuatkan senjata!" Voindra dan Gavin bersahutan menyerukan keinginan mereka.      

Jovano menatap rekan-rekan di Tim Blanche-nya dan meringis. Dia sendiri juga sangat terkejut dengan hasil golok hitamnya. Padahal dia sudah bersiap akan kecewa, tapi ternyata golok itu justru menampilkan performa terbaiknya.      

"Apakah itu bukan karena kekuatan Pangeran Muda makanya golok itu jadi sekuat itu?" Pangeran Abvru mengerutkan keningnya. Dia agak terganggu ketika calon istrinya seperti memuja Jovano hanya karena pangeran kecil itu bisa menciptakan senjata.      

Memangnya kenapa kalau bocah itu bisa membuat senjata? Aku bisa membelikanmu senjata paling hebat dan termahal di pelelangan! Pangeran Abvru ingin meneriakkan itu di depan Vargana tapi dia memilih menggunakan kalimat keraguan untuk golok itu.     

"Zev, cobalah!" Jovano menyodorkan golok hitam pekat itu kepada Zevo. "Jika ini akan menjadi milikmu, maka kau harus mengetahui apakah dia memang layak bersamamu." Ia tersenyum. Meski mengetahui niat sesungguhnya ucapan Pangeran Abvru adalah meragukan senjata hasil ciptaannya.      

Zevo menganggukkan kepala dan menerima golok hitam itu. Kini dia mencari batu yang hampir serupa dengan batu yang dibelah Jovano sebelumnya. Sedangkan anggota muda Tim Blanche menanti penuh antusias apa yang akan terjadi jika Zevo yang memakai.      

Setelah berjalan sebentar, mereka menemukan batu yang bahkan lebih besar sedikit diameternya dari yang ditebas Jovano tadi.      

"Bukankah batu ini lebih besar sedikit dari yang tadi?" Kuro memiringkan kepalanya, jangan-jangan hanya dia saja yang merasa demikian.      

"Iya, itu memang lebih besar dari sebelumnya." Gavin menjawab. "Tapi aku yakin golok hitam buatan Kak Jo masih tetap bisa diandalkan pada batu itu meski lebih besar."     

Yang lainnya pun mengangguk setuju penuh keyakinan. Hanya Pangeran Abvru saja yang berharap golok itu pecah berkeping-keping dan nantinya dia bisa tampil di depan Vargana sambil menawarkan ke tunangannya senjata yang dia beli di pelelangan.      

Pelelangan di dunia Underworld biasanya terjadi setiap berapa ratus sekali kecuali ada sumber daya melimpah yang ditemukan, maka bisa dilaksanakan lebih cepat dari jadwal biasanya. Dan harga di pelalangan itu sungguh gila-gilaan. Hanya kaum bangsawan saja yang bisa mengikutinya, apalagi saking pretise-nya, hanya bangsawan iblis yang memiliki tanda anggota dari pelelangan yang akan dibolehkan masuk ke acara.      

Nah, Pangeran Abvru berniat akan mencari pelelangan yang ada di Underworld untuk membeli senjata bagi Vargana. Mutu benda yang ada di pelelangan Underworld tidak bisa diremehkan.      

Jika acara pelelangan tidak ada, maka para bangsawan iblis bisa mendapatkan benda spesial di market khusus bagi ras iblis. Harganya memang lebih rendah dari yang ada di pelelangan, tapi resiko dirampok orang lain usai membelinya begitu tinggi.     

Kini, Zevo sudah bersiap-siap di depan batu besar itu. Bahkan tinggi batu itu melebihi tinggi tubuhnya. Tapi Zevo percaya dia bisa membelah batu tersebut. Hanya Jovano dan Pangeran Abvru saja yang pesimis.      

Putra sulung Pangeran Djanh itu menarik napas dalam-dalam sambil mengumpulkan energi murni tubuhnya. Ini artinya dia tidak menggunakan energi sihir ataupun energi elemen. Benar-benar kekuatan asli tubuhnya.      

"HAARRGHHH!" Zevo berteriak seperti halnya Jovano tadi.      

Tim Blanche sudah menjauh beberapa meter darinya, menanti penuh harap.      

KROAARKHH!     

Dalam sekali tebasan kuat dari Zevo, batu besar itu bukan hanya terbelah tapi juga berhamburan menjadi beberapa potong seakan sedang dihantam oleh godam milik dewa.      

"WOAAHH!" Para muda Tim Blanche di sana berseru takjub bersamaan melihat apa yang mereka saksikan di depan mata. Segera saja remaja-remaja itu melesat mendekat kembali ke Zevo.      

"Gila! Tidak terbelah, malah menjadi keping-keping!" Gavin berseru penuh semangat memandang kagum pada golok hitam di tangan Zevo.     

"Kekuatan murnimu ternyata lebih mengerikan ketimbang aku, bro! Ha ha ha!" Jovano menepuk lengan sahabatnya. Ia mengaku kalah pada Zevo.      

"Luar biasa! Aku sampai melongo lebar!" Kuro tak henti-hentinya menatap golok hitam itu ujung ke ujung. Lalu berakhir di lengan kokoh Zevo. "Apakah ini karena otot mengagumkan di lenganmu, Zev?" Tangannya secara otomatis maju untuk mengelus lengan berotot Zevo.      

Zevo meringis karena tindakan impulsif Kuro. Pipinya bersemu merah muda samar ketika Kuro melakukan itu padanya.      

"Kak Jo! Golokmu sungguh hebat!" Voindra mengacungkan ibu jari kepada Jovano.      

Vargana dan Shona mengangguk berbarengan. Pangeran Abvru melirik ke kakaknya dan heran kenapa sang kakak tidak memiliki aura cemburu melihat Shona seolah takjub dengan Jovano. Apakah hanya dirinya saja yang merasa cemburu?     

"Sepertinya golok ini menyesuaikan kekuatan pemegangnya." Shona memberikan analisis dia dan banyak yang setuju akan itu.      

"Ini artinya golok ini masih bisa berkembang berkali lipat." Pangeran Zaghar kini ikut berkomentar setelah dari tadi dia diam."     

"Kau ingin mencobanya?" Shona menoleh ke calon suaminya.     

Senyum lembut Shona menjadikan sang tunangan merasa meleleh dan ingin segera membawa kabur Shona ke tempat tersembunyi. "Memangnya boleh?" Pangeran Zaghar malah bertanya balik.      

Shona pun beralih menoleh ke kakaknya, menyiratkan meminta ijin pada Zevo untuk meminjamkan golok tersebut pada calon suaminya.      

Zevo mengangguk dan menyodorkan golok hitam di tangannya ke calon adik iparnya. "Cobalah."     

Dan Pangeran Zaghar memilih batu yang dua kali besarnya dari yang dihancurkan Zevo untuk menguji golok tersebut.      

"Apakah itu tidak terlalu kejam pada si golok?" Kuro mengerang penuh keluhan, seakan dia iba pada golok yang makin diujikan pada benda yang lebih besar dan besar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.