Devil's Fruit (21+)

Memilih Jenis Senjata yang Diinginkan



Memilih Jenis Senjata yang Diinginkan

2Fruit 1108: Memilih Jenis Senjata yang Diinginkan     
0

Ketika Shona menyarankan Pangeran Zaghar untuk mencoba kekuatan golok hitam itu, Zevo mengangguk dan menyodorkan golok hitam di tangannya ke calon adik iparnya. "Cobalah."     

Dan Pangeran Zaghar memilih batu yang dua kali besarnya dari yang dihancurkan Zevo untuk menguji golok tersebut.      

"Apakah itu tidak terlalu kejam pada si golok?" Kuro mengerang penuh keluhan, seakan dia iba pada golok yang makin diujikan pada benda yang lebih besar dan lebih besar.      

"Ha ha ha ... tidak apa-apa, Kak Kuro." Jovano malah yang menanggapi dengan santai. Dari awal dia tidak terlalu menaruh harapan tinggi pada golok itu, jadi tak perlu sakit hati andaikan golok itu hanya memiliki keterbatasan di batu yang ditebas Zevo saja.      

"Oke, aku mulai, yah!" Pangeran Zaghar segera mempersiapkan diri. Dua kakinya dibentangkan sejajar dengan bahunya, mengumpulkan tenaga murni yang ingin dia pusatkan pada tangan kanannya. Sementara itu, para muda Tim Blanche sudah menyebar beberapa meter dari sana.      

"Hrrggkkhh!" Pangeran Zaghar langsung saja tebaskan golok hitam itu pada batu sangat besar di depannya.      

JDHUAARRR!     

Sekali lagi mulut para muda Tim Blanche harus melongo terbuka ketika melihat apa yang terjadi dengan batu uji tadi. Kali ini, tidak hanya terbelah, tidak pula terpotong menjadi beberapa bagian, namun malah hancur berkeping dan sebagian besar berubah menjadi serpihan debu.      

Batu besar itu bagai baru saja diledakkan.      

"INI GILA!" Kuro tak bisa menahan seruannya dan melesat ke arah Pangeran Zaghar. Matanya sekali lagi menatap memuja pada golok hitam itu. "Jo! Aku juga mau dibuatkan senjata!"     

"Aku juga, Kak Jo!"     

"Aku, Kak Jo!"     

"Jo, jangan lupakan aku!"      

Voindra, Gavin dan Vargana berlomba menyeru ke Jovano penuh semangat agar Jovano bersedia membuatkan mereka senjata hebat. Dengan ini, kepercayaan mereka akan ilmu pembuatan senjata Jovano meningkat.      

Pangeran Zaghar menyerahkan golok hitam itu kembali pada calon kakak iparnya sambil berkata, "Golok ini sepertinya memang mengikuti kekuatan pemegangnya, dia berarti fleksibel. Sungguh menarik. Senjata yang menarik. Selamat, Adik Jo. Kau memang memiliki kemampuan di bidang ini."      

Jovano membalas senyum dari Pangeran Zaghar. "Kak Za terlalu memandang tinggi aku. He he ... aku masih harus banyak belajar mengenai itu." Ia mengusap hidungnya, seperti ibunya jika sedang malu atau berada pada kondisi hati tertentu.      

"Jadi, kau hendak menjualnya padaku seharga berapa, Jo?" tanya Zevo pada sahabatnya.      

Jovano terkekeh dan menjawab Zevo, "Seharga waktu di dunia ini."     

Kening Zevo berkerut sejenak ketika mendengar ucapan Jovano, berusaha memahami. Kemudian dia pun tertawa lepas sambil menepuk lengan sahabatnya. Dia paham makna perkataan Jovano, bahwa Jovano ingin Zevo membayar harga golok itu dengan persahabatan mereka sepanjang jaman. "Kau yang terbaik, Jo!"      

"Jadi ... kapan senjataku bisa dibuat?" Vargana maju lebih dulu, khawatir diserobot yang lainnya. "Tenang saja, Jo! Aku akan membayarmu dengan kesetiaan mutlak aku padamu, sepupuku sayank." Ia mengedipkan mata secara genit ke Jovano.      

Wajah Jovano seakan penuh akan putus asa tak berdaya ketika dia menyahut Vargana, "Va, tolong jangan menggodaku atau aku bisa ditebas calon suamimu yang cemburu." Ia melirik ke Pangeran Abvru.      

Sang pangeran yang dilirik pun terperanjat, tidak mengira Jovano akan mengucapkan apa yang berkecamuk di dadanya secara terbuka begitu.      

"Dia? Cemburu?" Vargana menusuk pinggang calon suaminya menggunakan sikunya. "Cemburu padamu? Ya ampun ..." Dia memutar bola matanya seolah sedang mendengar sebuah omong kosong tak penting.      

"A-aku tidak cemburu!" kilah Pangeran Abvru.      

"Bahkan kakakmu saja tidak cemburu pada Jovano terlepas apapun yang terjadi di masa lalu, tapi kau ... memangnya Jovano pernah berbuat apa sampai kau cemburu padanya? Ya ampun, aku bisa mati kesal jika jadi istrimu nanti." Ia menggeleng-gelengkan kepala seakan sedang menyesali sesuatu.      

"V-Va! Aku tidak cemburu! Aku tidak cemburu!" Pangeran Abvru terus berkilah menyangkal perasaannya.     

"Sudah, sudah, cukup ... ha ha ha ..." Pangeran Zaghar yang diseret dalam topik oleh Vargana hanya bisa tertawa renyah sambil menepuk-nepuk bahu adiknya agar tenang. "Memiliki sedikit cemburu juga baik untuk hati."      

"Lihat! Kakakku saja berkata demikian!" Pangeran Abvru merasa senang dibela kakaknya.      

"Hah! Berarti kau benar-benar merasa cemburu pada Jovano?" Vargana menyeringai menang. Wajah Pangeran Abvru seketika makin merah. Tim Blanche lainnya terkekeh geli melihat duo ajaib itu jika saling berdebat. Sudah bertunangan tapi masih saja kerap ribut.      

"Untuk kalian yang ingin aku buatkan senjata, harap bersabar yah!" Jovano memandang rekan-rekan timnya bergantian. Kuro, Gavin, Voindra, dan juga Vargana. "Juga, jangan terlalu tinggi berharap pada senjata buatanku. Siapa tau golok hitam di tangan Zevo itu hanyalah kebetulan yang bagus saja."     

"Tak apa, Jo! Bahkan jika kualitas senjataku darimu nanti lebih rendah dari golok hitam itu, aku tak perduli." Kuro naikkan dagunya ketika menyahut. "Yang penting aku memiliki kebanggaan karena memiliki senjata buatanmu."     

Gavin dan Voindra sama-sama mengangguk, setuju akan pendapat Kuro.      

"Kalau aku sih percaya 100 persen pada kemampuan Jo." Vargana malah dengan keyakinan penuh percaya akan kemampuan penempaan senjata Jovano. "Aku tunggu hasil untuk senjataku, yah Jo! Buatlah secantik mungkin seperti diriku." Ia bergaya genit mengusap dagu menggunakan punggung tangannya.      

"Ha ha, terima kasih kalau kalian percaya padaku." Jovano tak bisa menahan rasa bangga sekaligus haru mendengar mereka yang yakin pada dirinya. "Oh ya, memangnya jenis senjata seperti apa saja yang kalian inginkan?" Ia harus menanyakan ini agar senjata untuk rekan-rekannya menjadi senjata yang memang diinginkan mereka.      

"Untukku, aku ingin punya cambuk seperti mama yang khas dengan cambuk." Vargana memutuskan demikian.      

"Kalau aku ... aku ingin pedang ganda." Kuro berkata dengan anggukan kepala.      

"Pedang ganda?" ulang Jovano memakai nada tanya. "Bukannya Kak Kuro sudah punya pedang ganda jelmaan siluman? Ya, kan?" Dia teringat akan cerita dari ibunya mengenai beberapa siluman yang berubah menjadi senjata untuk Kuro, Shiro, Dante dan Raja Heilong.      

"Iya, sih. Tapi aku merasa mereka sepertinya payah untuk bertempur. Kurang kuat dan perkasa." Kuro seperti sedang mengeluhkan senjatanya.      

"Gimana kalo aku perbarui atau ... perkuat saja pedang ganda Kak Kuro. Mau?" Jovano memikirkan solusi itu.      

"Bisa?" Kuro berbinar penuh harap.     

Jovano mengangguk. "Akan aku upayakan. Nah, untuk Gavin, kau ingin apa, Gav?" Ia beralih ke Gavin.      

"Aku ingin ... apa yah? Pedang besar? Tombak?" Gavin masih bingung.      

"Bagaimana kalau kapak?" usul Jovano.     

"Ahh, boleh! Tampak gagah!" Gavin setuju.      

"Kak Jo, aku ingin tombak yang cantik, yah!" Voindra sudah memutuskan. Jovano mengangguk.      

"J-Jo ... kalau kau masih ada waktu luang, bisa buatkan aku busur yang bagus?" Shona malu-malu ikut menginginkan dibuatkan senjata.      

"Ohh, tentu saja aku akan membuatkannya. Asalkan kalian sabar menunggu, maka tidak ada masalah." Jovano tersenyum santai menanggapi semuanya.      

Sementara itu, Pangeran Zaghar tampak biasa, ini sungguh mengherankan bagi adiknya. Sang kakak tidak dilanda cemburu sama sekali bahkan ketika calon istrinya yang pernah menyukai Jovano juga ingin dibuatkan senjata?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.