Devil's Fruit (21+)

Ingin Mencicipi Wine? Biarkan Aku Menindasmu



Ingin Mencicipi Wine? Biarkan Aku Menindasmu

1Fruit 1110: Ingin Mencicipi Wine? Biarkan Aku Menindasmu      
1

Malam itu, semua anggota Tim Blanche berkumpul di depan pondok hunian untuk makan malam bersama. Tak hanya para keturunan iblis, bahkan beast seperti Sabrina dan keluarganya pun ikut dalam kemeriahan makan malam.      

Jovano ikut di acara itu dikarenakan Zevo menyeretnya keluar dari Pondok Senjata. "Apa kau mau tua di sini, Jo?" Demikian tadi sahabatnya memaksa Jovano keluar untuk berbaur.     

Sejak mereka berlibur di Cosmo, jarang bagi Jovano ikut makan malam. Cuma, malam ini karena mereka sedang mengadakan acara barbekyu, oleh karena itu Zevo gigih menarik keluar sahabatnya dari pondok tempat Jovano berkutat membuat senjata.      

"Jo! Sini! Ayo bantu kita panggang nih daging!" teriak ibunya, Andrea, ketika melihat putranya datang ditarik Zevo.      

Pemuda itu tersenyum canggung ketika mendekat ke rekan-rekannya. "Aku gak bisa lama-lama di sini, loh yah! Musti balik ke pondokku." Yang dia maksud pondoknya adalah Pondok Senjata.      

"Halah, Jo! Jangan terlalu serius mengerjakan senjata kami!" teriak Kuro sambil kibaskan tangannya di depan adik angkatnya. "Kami tidak buru-buru, kok!"     

"Iya, Jo! Santai aja! Nikmati aja malam ini senang-senang bareng kami!" Vargana menarik tangan Jovano dan mendudukkan pemuda itu di antara pria lainnya yang sedang duduk mengelilingi api unggun.      

Acara barbekyu di alam Cosmo jangan dibayangkan seperti yang biasa dilakukan manusia di Bumi. Jika manusia Bumi membutuhkan peralatan memanggang, di Cosmo ini, mereka hanya membuat api unggun dan cukup mengeluarkan kekuatan elemen api mereka untuk memanggang daging yang telah dibumbui oleh para wanita.      

Mereka semua saling mengobrol, berbincang seru dengan berbagai topik obrolan. Para bocah entah itu iblis, siluman maupun beast saling berkejaran dan bermain di sekitar, sedangkan para anak muda bercanda riuh dan orang dewasa mengobrol topik mereka sendiri.      

"Ini harus ada anggur!" seru Pangeran Abvru secara lantang dan disambut riuh oleh yang lainnya.      

"Oke, bentar, aku ambil dulu dari gudang Schubert." Andrea berdiri dan bersiap. Dante mengikuti. Yang dimaksud olehnya adalah gudang persediaan untuk restoran Schubert mereka.      

Dalam sekejap, Andrea dan Dante sudah menghilang dari hadapan semua orang, tentu saja kembali ke Bumi dan pergi ke Schubert.     

Setelah mengambil banyak minuman alkohol dan juga banyak minuman wine, mereka hendak kembali ke Cosmo ketika Dante berkata, "Yank, ajak Kenzo juga. Kasihan kalau dia harus terus di mansion. Urusan jaga mansion biar serdadu iblis saja."     

Andrea menimbang-nimbang sebelum akhirnya dia mengangguk. "Oke. Ya udah, ayo ke mansion nyari Kenzo." Ia dan Dante lekas melesat ke mansion mereka.      

Di mansion, Kenzo yang sudah beberapa hari ini ditinggal untuk menjaga hunian Andrea, heran akan kedatangan anak junjungannya. "Tuan Putri? Pangeran?"     

"Zo, ayo dah ikutan kita hepi-hepi party di Cosmo. Daripada di sini mulu ntar binimu bisa mewek mikirin kamu." Andrea sambil menghubungi serdadu iblis Kerajaan Orbth yang ada di Bumi agar mereka datang, melalui anting komunikasi.      

Tak sampai satu menit, 20 serdadu iblis yang dihubungi Andrea sudah muncul di taman belakang mansion itu. "Tuan Putri."     

"Jagain gubukku, yah! Jangan ampe ada maling, jangan ada barang ilang atau rusak. Kalo ada apa-apa, buruan lapor ke aku." Andrea memberikan titah. Sebagai anak kesayangan dari King Zardakh, mana mungkin dia tidak diperkenankan memiliki akses ke para prajurit ayahnya?     

"Baik, Tuan Putri!" Para serdadu itu pun menganggukkan kepala dan kemudian, Andrea masih juga memberikan selubung di mansion itu menggunakan array pelindung agar tidak mudah ditembus musuh atau iblis iseng lainnya.      

Setelah yakin dia bisa memasrahkan mansion dalam penjagaan para serdadu iblis, Andrea juga Dante dan Kenzo pun berpindah ke alam Cosmo.      

"Wah, Panglima datang juga!" seru para remaja Blanche. Gavin dan Kiran tersenyum senang melihat kehadiran ayah mereka.      

Shelly lebih senang dari siapapun ketika melihat suaminya muncul bersama Andrea dan Dante. Ia langsung saja menghambur masuk ke pelukan Kenzo. Sudah berapa lama dia tidak bertemu sang suami?     

"Yaelah, so sweet bener!" goda Andrea. "Baru juga seminggu pisah udah kayak yang seabad aja." Lalu dia terkikik sambil acak poni rambut Shelly saking gemasnya. "Zo, nih binimu mewek aja kerjaannya saban malam, katanya kagak ada yang garukin! Wa ha ha ha!"      

"Ndrea apaan, sih!" Shelly cubit keras pinggang sahabatnya ketika wajahnya merah padam. Andrea mengaduh tapi masih sempat tertawa nakal.      

Pesta barbekyu pun berlanjut dan makin meriah meski sudah sangat larut dan minuman alkohol juga wine mulai ditenggak oleh mereka yang sudah di atas 18 tahun.      

"Ha ha ha! Kalian ini masih bayi, jadi tunggu sampai sudah boleh, yah!" Zevo goyang-goyangkan telunjuknya ke depan Vargana dan Voindra yang ingin mencicipi wine.      

"Ihh! Kak Zev nyebelin!" Voindra cemberut. "Kan mumpung tak ada mama dan papa ..." rengeknya.      

"Iya nih, Kak Zev! Sekali ini aja napa, sih!" Vargana ikut kesal digoda Zevo yang memamerkan wine merah membara di depan wajahnya.      

"No no no ... bocah tetaplah bocah." Zevo makin giat menggoda para juniornya.      

"Pa, aku boleh mencicipi wine? Atau moscato mango?" Gavin dengan penuh memelas menatap ke ayahnya yang sedang memanggang daging dengan satu tangan memeluk ibunya.      

Kenzo tidak langsung memberikan respon melainkan melirik ke istrinya dan menjawab sang anak, "Nah, kamu lihat sendiri kan mamamu sudah mendelik begitu. Masih butuh jawaban?"     

Gavin mengerang tak berdaya dan hanya bisa lampiaskan kesalnya dengan memukul batu-batu yang ada di sana.      

Sementara itu, para pemuda dewasa seperti Jovano, Zevo dan Shiro dengan santai menikmati minuman alkohol apapun yang dibawa Andrea. Duo pangeran kembar malah lebih gila lagi menenggak minuman mereka.      

"Aku kepingin ..." rengek Vargana kepada calon suaminya.      

"Eehh ... Vava ... gak boleh, yah!" Andrea yang melihat keponakannya berusaha merayu pada tunangannya, langsung bereaksi. "Nanti aku panggil mamamu ke sini, loh!"      

"Urrghh ... Aunty gak asik, ahh!" Vargana hentakkan kaki dengan kesal ke tanah.     

Pangeran Abvru malah terkekeh. Dia berbisik di dekat telinga Vargana, "Kalau kamu bolehkan aku menindasmu malam ini, aku bakal berikan segelas anggur ini."     

Vargana menatap tunangannya, mempertimbangkan ini dan itu. Menindas? Itu pasti maksudnya mendominasi dan berbuat yang tidak-tidak padaku, pikir Vargana.      

"Bagaimana? Mau atau tidak, Va sayank?" Pangeran Abvru sambil gerakkan gelas wine dia di depan hidung Vargana. "Hm, kau tahu, sayank ... ini wangi dan enak sekali. Bibimu sungguh pintar memproduksi wine yang lezat."     

"Ihh!" Vargana kian kesal. Kenapa syarat dari tunangannya seperti itu. "Di mimpi aja kayak biasanya, oke?" Dia mencoba bernegosiasi.      

Kepala Pangeran Abvru menggeleng santai. "Sudah terlalu biasa di mimpi. Silahkan pikirkan, oke. Aku ingin menambah lagi wine ini. Ohh, kau harus lekas membuat keputusan atau wine enak ini akan habis dalam waktu satu jam. Hm, sayang sekali kalau kau tidak mencicipinya." Ia bangkit dari duduknya untuk menuang lagi wine berikutnya ke gelasnya yang kini kosong.     

Vargana kian frustrasi melihat itu. Dia dilema.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.