Devil's Fruit (21+)

Kenapa Tidak Datangi Dia di Mimpi?



Kenapa Tidak Datangi Dia di Mimpi?

2Fruit 1116: Kenapa Tidak Datangi Dia di Mimpi?     0

Kini ada beberapa pasangan muda di tim Blanche. Mereka semua sudah berstatus tunangan. Tidak memerlukan banyak tata cara pesta atau peresmian kaku, cukup diketahui oleh para dewasa dan direstui orang tua yang bersangkutan, maka itu dianggap sah.     

Sebagai ras iblis, mana mungkin mereka sudi direpotkan dengan segala tetek-bengek ala aturan manusia? Bahkan dengan adanya ikatan tunangan saja itu sudah sangat bagus jika dibandingkan apa yang biasanya dilakukan bangsa iblis mengenai pasangan.      

Dan berkat Andrea, para muda Blanche yang menginginkan hanya satu pasangan saja untuk mereka masing-masing, ingin setia pada kekasih hati mereka.      

-0-0-0-0-     

Malam itu, Zevo mendekati Kuro, bermaksud untuk lebih mendekatkan diri pada gadis hybrid itu agar hubungan mereka tidak melulu canggung.      

Bisa dimaklumi karena selama ini Zevo memendam perasaan pada Kuro tanpa diketahui siapapun dan itu meledak menjadi tidak terkendali dan melakukan hal di luar batas pada Kuro. Tentu saja ini sangat mengagetkan siapapun di tim Blanche.      

Maka dari itu, sesudah meminta ijin pada Raja Naga Iblis Heilong dan juga pasangan Andrea dan Dante, Zevo memberanikan diri mendatangi Kuro.      

"Mau apa ke sini!" hardik Kuro sambil bersiap menyemburkan asap hitam mematikan miliknya ketika dia melihat Zevo datang ke kamar pribadinya.      

"Tunggu! Tunggu! Tunggu!" Dua tangan Zevo lekas terulur ke depan sebagai sinyal untuk Kuro agar tidak bertindak gegabah. "Kuro, aku ke sini ... aku ke sini sudah minta ijin ke mama dan papa angkat kamu, dan juga ke ayah kandungmu."     

"Lalu?" Kuro menarik tangannya, urung menyemprotkan asap beracunnya. Gadis ini sungguh mengerikan! Kini dia berkacak pinggang sambil melotot ke tunangannya.      

"Lalu ... yah, aku ... aku ingin mengakrabkan kita, agar hubungan kita bisa lebih dekat dan mes-"     

Boofff!     

Kuro sudah menyemburkan asap hitam korosif dia ke arah Zevo tanpa menunggu lelaki itu menyelesaikan kalimatnya.      

Sungguh beruntung Zevo lekas bertindak dan menghilang dari sana, menyelamatkan diri.     

"Huft!" dengus Kuro setelah yakin Zevo tak ada lagi di kamarnya. "Memangnya kenapa kalau dia sudah minta ijin ke mama dan papa?" Lalu, ia pun menutup pintu dan menguncinya.      

Kuro, tunanganmu itu adalah iblis, dia tidak terpengaruh dengan yang namanya kunci.     

Kini, dia bersiap untuk tidur. Besok pagi katanya akan ada pembukaan untuk spa buatan mereka hari ini. Ia tak sabar merasakan apa itu spa. Ia harus tidur cantik sekarang. Lupakan Zevo sinting itu!     

Di luar jendela kamar Kuro, Zevo melayang dan mendesahkan napas putus asanya. Kuro begitu galak dan susah didekati. Ya ampun, dia memang salah strategi. Rasanya dia malu menjadi keturunan dari playboy ternama di Underworld, Pangeran Djanh.      

Sebagai anak Pangeran Djanh, dia begitu canggung dan payah dalam hal wanita. Bahkan mengungkapkan rasa suka dia ke Kuro saja dia tak punya nyali sebelumnya.      

Kini, dia malah bolak-balik disembur Kuro menggunakan asap mengerikannya. Tunangan mana yang diperlakukan seperti Zevo begini?     

Bahkan Vargana yang kerap kesal karena gangguan Pangeran Abvru saja tidak sampai menyerang menggunakan kekuatan mematikannya hanya untuk mengusir si pangeran.      

Apakah ... Kuro tidak menyukainya? Yang dirasakan oleh Kuro tidak sebanyak yang dirasakan olehnya?     

Memikirkan ini, Zevo sedih bukan main.      

"Bro!" Jovano melirik Zevo yang muncul di Pondok Senjatanya dengan sikap lesu. Tanpa Zevo memberitahu padanya saja dia sudah mengerti kenapa sahabatnya seperti itu. Dia sangat paham perangai kakak angkatnya, Kuro. Galak, keras kepala, impulsif, cerewet, lugu, dan serba ingin tahu.     

Berdasarkan yang terlihat pada Zevo saat ini, sahabatnya jelas mengalami perangai yang galak dan keras kepala.      

Jovano terkekeh turut iba untuk sahabatnya. "Sini, Bro. Duduklah dan lihat aku melakukan finishing untuk kapak Gavin." Ia tak tahu bagaimana harus menghibur Zevo dan hanya bisa mengatakan itu saja.      

"Umh." Zevo mengangguk sambil hempaskan pantatnya ke bangku kayu di dekatnya dan memandangi apa yang sedang dikerjakan Jovano. "Wah! Itu sudah 90 persen! Ya, kan Jo?"     

Anggukan Jovano sudah menjawab pertanyaan Zevo. "Tinggal diperhalus, lalu dibuatkan pegangan dengan lapisan kulit beast agar nyaman ketika digenggam."     

Tak sampai satu jam, kapak ganda menyerupai bentuk T itu pun jadi. Terlihat gagah dan mengancam. Cocok digunakan sebagai senjata untuk pria.      

Kapak itu disebut Jovano sebagai kapak ganda bukan karena mata kapaknya ada dua, namun karena kapak itu bisa dipecah menjadi dua kapak yang mirip.      

Meski besar mata kapaknya berbeda kiri dan kanan, namun tetap saja harus diwaspadai. "Ini kalau sudah ditetesi darah Gavin dan jadi milik dia, maka dia bisa pakai tenaga murni dia untuk membuka segel kapak dan jadi ganda, lalu ini, nih!" Jarinya menunjuk ke ujung bawah kapak.      

"Kenapa dengan ujung bawah itu?" Zevo ikut memperhatikan ujung di bawah pegangan kapak.      

Jovano maju ke depan, meneteskan darahnya ke kapak, membuat tanda kepemilikan pada senjata itu dan mengayunkan kapak lalu menggunakan tenaga murninya sehingga kapak terbelah menjadi dua, kembar identik.     

Tak hanya itu saja peragaannya, setelah menggunakan tenaga murni lagi, Jovano mengetatkan genggamannya pada kapak itu dan seketika ujung bawah kapak memanjang sampai setengah meter lebih secara cepat.     

"Wow! Jo! Itu keren dan mematikan!" seru Zevo, takjub.      

"He he he, iya kan!" Jovano meremas pegangannya lagi dan ujung tajam di bawah kapak pun kembali memendek seperti semula. "Dia bisa jadi senjata mematikan kalau lagi terdesak. Lawan yang gak waspada bisa langsung mati tertusuk, dah!"      

Zevo mengangguk-angguk, bangga memiliki sahabat sehebat Jovano.      

"Kalian sedang apa? Sepertinya ramai sekali." Tidak disangka-sangka, Pangeran Abvru dan Pangeran Zaghar muncul di ambang pintu Pondok Senjata.      

"Eh! Kak Za!" Jovano menyapa lelaki yang sudah mengikat janji persaudaraan dengannya. "Kak Vru." Dia juga tak lupa menyapa adik kandung Pangeran Zaghar.      

"Pangeran Zaghar, Pangean Abvru." Zevo juga ikut menyapa.      

"Apa itu?" Pangeran Zaghar melihat kapak ganda yang baru selesai dibuat Jovano.      

Jovano menjelaskan mengenai kapak itu dan bagaimana cara kerja kapak itu saat digunakan sebagai senjata dan duo pangeran itu pun kagum, bahkan Pangeran Zaghar sangat takjub, tidak menyangka kemampuan Jovano begitu apik dalam hal pembuatan senjata.     

Mereka berempat pun berbincang-bincang.      

Mata Pangeran Abvru memandang curiga ke Zevo. "Sepertinya kau sedang tidak bersemangat, apakah terganggu kami?" Seperti biasa, pangeran incubus satu ini gampang curiga dengan sekitarnya.      

Zevo terkesiap dengan tuduhan Pangeran Abvru. Jovano segera menyahut, "Bukan karena kalian, duo pangeran, tapi dia sedang berduka karena Kuro."     

"Kuro? Tunangan dia, kan?" Pangeran Abvru kernyitkan dahi.      

"Ya, itu tunanganku, ular hybrid." Zevo menjawab dengan senyum masam.      

"Kenapa dengan tunanganmu, Kakak ipar?" tanya Pangeran Zaghar.     

"Dia masih gagal mendekati kak Kuro, ha ha ha ..." Jovano yang menjawab, "maklum saja, kakak angkatku itu memang galak, fu fu ...."     

"Kenapa tidak datangi dia di mimpi?" Pangeran Abvru memberi saran.     

"Mimpi?" Tiga pemuda lainnya sama-sama bersuara.      

"Ya. Seperti aku yang sering datangi Vava di mimpi dan bermesraan di sana, karena di alam nyata dia susah aku mesrai."     

Seketika Zevo dan Jovano saling pandang.     

-0-0-0-0-     

Pagi ini di alam Cosmo, Jovano keluar dari Pondok Senjata bersama Zevo. Dup pangeran sudah sejak beberapa jam lalu pergi dari sana.     

Jovano melirik ke Zevo, sahabatnya tampak senyum-senyum sambil tundukkan kepala. Ia terkekeh melihat kelakuan tak jelas Zevo sesudah bangun tidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.