Devil's Fruit (21+)

Mimpi Terhebat dan Termenyenangkan



Mimpi Terhebat dan Termenyenangkan

1Fruit 1117: Mimpi Terhebat dan Termenyenangkan      1

Pagi ini di alam Cosmo, Jovano keluar dari Pondok Senjata bersama Zevo. Duo pangeran sudah sejak beberapa jam lalu pergi dari sana.     

Jovano melirik ke Zevo, sahabatnya tampak senyum-senyum sambil tundukkan kepala. Ia terkekeh melihat kelakuan tak jelas Zevo sesudah bangun tidur.     

Tentu saja dugaan Jovano hanyalah satu, Zevo sudah melaksanakan saran dari Pangeran Abvru semalam.      

"Sepertinya ada yang sangat bahagia dan puas, nih setelah bangun tidur," goda Jovano pada Zevo.      

Sahabatnya hanya tertawa kecil sambil meninju pelan lengan Jovano. Tentu saja Zevo bahagia, namun sepertinya tebakan Jovano tidak sepenuhnya benar.      

Memang benar, Zevo melaksanakan usul dan saran dari Pangeran Abvru, namun berbeda dengan yang dipikirkan Jovano.      

Biarkan Zevo mengingat lagi bagaimana dan apa yang terjadi di mimpinya semalam.      

Tadi malam ketika dia tidur, dia berhasil memunculkan wujud dia dalam mimpi dan kemudian dia mencari keberadaan Kuro di kamarnya dan mulai masuk ke mimpi si hybrid hitam.      

"Kuro ...." panggil Zevo ketika dia berhasil masuk ke alam mimpi Kuro.      

Betapa terkejutnya Kuro ketika melihat kehadiran Zevo. "Kau! Apa-apaan kau di sini!" Kuro sudah bersiap hendak menyemburkan asap hitamnya, namun yang muncul justru asap warna merah muda dan berbau wangi bunga mawar. "Heh?"     

Zevo tersenyum dan makin mendekat ke Kuro. "Aku tidak ingin menyakiti kamu, Kuro. Kenapa ingin menyerangku?"     

Kuro melangkah beberapa kali ke belakang sambil menatap waspada ke Zevo. "Yah, apakah aku harus mengingatkanmu mengenai kebrengsekan tingkahmu waktu itu?"     

Zevo meringis malu dan menggaruk belakang kepalanya. "Iya, aku minta maaf tak bisa mengendalikan diriku. Yah, itu juga karena kau sangat cantik dan menawan, Kuro."     

Ketika mendengar ucapan Zevo, sebagai perempuan ... mana mungkin Kuro tidak senang dipuji demikian. Tapi meski begitu, dia masih tetap bersikap waspada. "Lalu ... kalau ada wanita cantik lainnya, berarti kau akan melakukan itu juga padanya, huh?!"      

Zevo tersenyum sembari menggeleng. "Tidak. Aku sudah tidak bisa diguncang siapapun karena bagiku, hanya Kuro yang paling cantik yang aku inginkan."     

Wajah Kuro mendadak bersemu dan terasa hangat di pipinya mendengar ucapan Zevo. Dagunya terangkat sambil dia berkata, "Ja-jangan berdusta! Lelaki ... kata mama, lelaki itu makhluk licik."      

"Tapi, Kuro ... papa, dan juga ayahmu adalah lelaki. Saudara kembar dan adik angkatmu juga lelaki, teman-temanmu ada banyak lelaki. Ya, kan?" Zevo tidak kehilangan alasan untuk membantah Kuro.      

Sesuai dugaan Zevo, Kuro terdiam tidak bisa memberikan balasan ketika orang-orang terdekat dia dibawa dalam kalimat Zevo.      

Gadis hybrid satu ini bukan jenis yang pandai berdebat. Dia lebih suka berteriak sesuai yang di pikirannya dan tidak sepandai saudara kembarnya dalam membalas ucapan. "Tidak perduli! Pokoknya mama bilang begitu dan aku tidak mau ditipu!" teriaknya sambil menatap galak ke Zevo.      

"Tapi aku kan tidak sedang menipu kamu, Kuro. Aku mengatakan apa adanya." Wajah Zevo menampilkan keseriusan saat menatap Kuro.      

Si hybrid pun mulai salah tingkah ketika memikirkan kalimat Zevo. Perempuan mana yang tidak meleleh jika dipuji-puji? Semua perempuan senang akan pujian.      

Kuro menunduk sambil mengusap-usap tanah di bawah menggunakan salah satu kakinya. "Kau pasti hanya bermain-main kata saja." Dia berucap lirih.      

"Sejuta kalimat dariku yang mengatakan aku serius mengatakan kau paling cantik pun pasti takkan bisa memuaskanmu, ya kan?" Zevo melangkah pelan mendekat ke Kuro yang tertunduk. "Mungkin aku lebih suka memakai tindakan saja untuk membuktikan ucapanku. Kau setuju, Kuro?"     

Menyadari Zevo semakin dekat, Kuro menengadah mengembalikan pandangannya ke depan dan mulai mundur beberapa langkah lagi. "Aku tak suka dibohongi."     

"Maka aku takkan membohongimu, Kuro."     

"Aku tak suka lelaki licik!"     

"Maka aku takkan berlaku licik padamu."     

"Aku ... aku tak suka dipermainkan!"     

"Maka, aku takkan mempermainkanmu, aku akan selalu serius padamu."     

"Aku tak suka disakiti."     

"Maka, aku takkan menyakitimu, Kuro."     

"Tapi kau sudah menyakiti aku waktu itu! Kau kasar dan memaksa!" seru Kuro sambil wajahnya cemberut, menatap tajam ke Zevo.      

"Oke, oke, aku ucapkan sekali lagi bahwa aku minta maaf mengenai tindakanku itu. Tolong beri kesempatan padaku untuk bisa menunjukkan sisi lembutku padamu. Oke?"     

"Memangnya kau bisa lembut?" Dagu Kuro naik dengan wajah angkuhnya hanya sebagai pertahanan.      

Zevo mengangguk. "Tentu saja bisa. Kalau memang kau ingin kelembutan dariku, mana mungkin aku tidak berikan. Beri aku kesempatan agar kau bisa merasakannya."     

"Kau sudah janji, loh yah!"      

"Iya, Kuro ... aku janji akan lembut padamu."     

"Huft!" Kuro palingkan tubuh ke arah lain dan tiba-tiba saja latar belakang mimpi itu berubah menjadi sebuah taman bermain. "Wuaahh!" Ia takjub melihat berbagai wahana di sana. "Bisa begini?" Seketika, dia lupa akan kekesalan pada Zevo dan berlari gembira.      

"Tentu saja bisa." Zevo ikut berlari mengikuti Kuro. "Kau mau coba itu?" Zevo menunjuk ke sebuah roller coaster.      

"Boleh! Boleh! Tapi, apakah itu tidak terlalu tinggi?" Kuro sampai mendongak menatap wahana roller coaster setinggi lebih dari 50 meter di puncaknya.      

"Karena ini adalah mimpi, kenapa harus takut? Ayo, aku jamin akan aman saja selama aku ada di dekatmu." Zevo meraih pergelangan tangan Kuro tanpa gadis itu sempat menolak.      

Seketika saja mereka berdua sudah duduk bersebelahan di salah satu gerbong.      

"Kau yakin aku takkan jatuh?" Kuro masih ragu.      

"Percaya padaku." Zevo mengedipkan satu matanya ke Kuro sebelum dia mulai menggerakkan roller coaster itu menggunakan tenaga magis dia di mimpi itu.      

"Wuaaaaaa!!!" Teriakan Kuro terus saja membahana selama gerbong yang mereka tumpangi meliuk-liuk dengan cepat di sepanjang rel.      

Setelah melewati semua relnya, ketika gerbong sekali lagi tiba di bagian paling puncak dari roller coaster, tiba-tiba saja tubuh Kuro dan Zevo terjatuh.      

"Tidak! Zevo! Kau bohong! Aku jatuh!" teriak keras Kuro sambil berusaha meraih tubuh Kuro.      

Tepat sebelum keduanya menghantam tanah, tiba-tiba muncul matras angin raksasa yang menerima tubuh keduanya.      

Kuro yang tadinya hendak menangis karena takut dan ngeri akan jatuh menjadi kepingan menyedihkan, tidak menduga akan ada matras angin kuning besar dan tebal yang membuatnya jadi jatuh secara menyenangkan dan terlempar lagi beberapa meter di udara untuk kemudian kembali jatuh ke matras.      

Tak berapa lama, keduanya sama-sama tertawa senang bermain dengan matras itu.      

Dan dengan tenaga magis Zevo, dia menyulap matras angin raksasa itu dengan trampolin jumbo. Kuro tambah senang karena dia bisa melompat-lompat sesukanya.      

Melihat keceriaan Kuro, merupakan kebahagiaan bagi Zevo. "Ayo kita jajal wahana lainnya!"      

Karena Kuro yakin bahwa takkan ada bahaya apapun jika ada Zevo di alam mimpinya, maka gadis hybrid itu pun mulai santai dan mulai menikmati acara bermain-main dengan Zevo.      

"Besok aku mau lagi!" Kuro berkata disela-sela tawa gembiranya setelah puas bermain di taman itu.      

Zevo mengangguk. "Oke, apapun untuk calon istriku yang cantik ini."     

Kuro tersipu dan tundukkan kepala. Zevo meraih kepala itu dan mengecup keningnya. Kuro terkejut dan tak bisa berbuat apa-apa karena ciuman itu cepat dan tak terbantahkan.      

Maka, itu adalah mimpi terhebat dan termenyenangkan yang pernah Kuro dapatkan sepanjang hidupnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.