Devil's Fruit (21+)

Dia Hanya Ingin Zevo Memuji Dia Saja



Dia Hanya Ingin Zevo Memuji Dia Saja

2Fruit 1118: Dia Hanya Ingin Zevo Memuji Dia Saja     1

Begitulah mimpi Kuro yang disambangi oleh Zevo.      

Berkat pendekatan pintar dari Zevo, Kuro tidak lagi marah pada lelaki itu. Ketika bangun tidur, Kuro merasakan dirinya gembira, seakan pengalaman di taman bermain masih melekat di ingatan. Bahkan dia seperti benar-benar merasakannya di alam nyata.      

Rasa mendebarkan, rasa suka cita, dan rasa menantangnya ... semuanya seperti nyata dia rasakan. Kuro benar-benar menyukai mimpi semalam. Meski bersama lelaki yang membuat dia kesal dan marah, tapi dia menyukainya.      

Namun, ketika Kuro bertemu dengan Zevo di meja makan, gadis hybrid itu masih saja bersikap galak dan tidak ingin didekati tunangannya.      

"Berikan dia waktu, bro." Jovano menepuk bahu sahabatnya. Zevo meringis tak berdaya.      

"Kenapa? Apakah gagal? Kau tidak berhasil di mimpinya?" Pangeran Abvru ikut bertanya setelah mendengar ucapan Jovano pada Zevo.      

"Um, aku datang ke mimpinya, kok." Zevo tersenyum kecut. Dia memang berhasil melakukan hal-hal menyenangkan bersama Kuro di mimpi meski bukan sesuatu yang vulgar.      

Yang menjadikan Zevo sedih hanya tingkah Kuro di alam nyata tidak seramah di alam mimpi.      

"Kalau kau berhasil masuk mimpinya, kau kan bisa membuat dia tak berdaya. Kau tahu itu, kan?" Pangeran Abvru masih tak percaya Zevo gagal menangani Kuro di alam mimpi.      

"Hei! Apa yang sedang kalian bicarakan? Alam mimpi apa, hm?" Vargana sudah muncul di belakang Pangeran Abvru, mengagetkan para pemuda di situ. Apalagi mata tajam Vargana bergiliran menatap ke mereka.      

Pangeran Zaghar angkat tangan dan berkata, "Aku harus cari calon istriku dulu." Ia langsung pergi menghindar dari sana sebelum dianggap ikut berdosa.      

Tiga sisanya tidak diperkenankan lewat oleh Vargana. "Ngomong dulu, kalian ngomongin apa soal alam mimpi, hm?" Ia menatap Jovano, Zevo dan Pangeran Abvru bergantian.      

"Anu ... itu ...." Jovano jadi bingung.      

Keadaan diperparah dengan munculnya Kuro. "Ada apa ini? Kenapa kalian berkumpul di sini dan Vava terlihat marah?"     

"Aku mendengar mereka bicara mengenai alam mimpi." Vargana mengungkapkan.      

Kuro menegang. Alam mimpi? Apakah Zevo sedang menceritakan mengenai mimpi yang dia alami bersama putra sulung Pangeran Djanh? "Zevo! Tega sekali kau menceritakan mimpi kita ke mereka!" Lalu Kuro pun berlari menjauh dari mereka. Ia malu sekali.     

"Ku-Kuro! Aku ... aku tidak bermaksud begitu!" Zevo berusaha memanggil Kuro yang salah paham. "Huft! Pangeran Abvru, ini gara-garamu yang bicara aneh-aneh."     

"Aku bicara aneh apa? Aku kan hanya sekedar memberikan saran padamu!" Pangeran Abvru tak ingin disalahkan.      

"Apakah kalian bicara tentang alam mimpi?" Vargana menyipitkan matanya penuh curiga. Lalu dia menepuk keras lengan calon suaminya. "Jangan katakan kau memberi usul mesum itu pada Zevo! Kau ini! Huh!" Vargana balik badan dan lari mengejar Kuro.      

Zevo mendesah putus asa. "Nasibku sudah ditentukan. Pasti akan parah. Parah!"     

Di sebuah lembah, Kuro berdiri kesal sambil menendangi batu dan pohon di sana. Vargana yang telah berhasil menemukan keberadaannya segera mendekat sebelum semua pohon di lembah itu musnah.      

"Kak Kuro! Oii! Kak! Jangan dihabisi pohonnya! Ya ampun! Ini bukan pohon di alam Schnee yang bisa tumbuh sendiri dengan cepat. Nanti kalau ketahuan aunty Andrea bisa repot, dah!" Ia menghentikan Kuro yang hendak meninju sebuah pohon.      

"Habisnya!" Kuro hentakkan tangannya dari Vargana. Wajahnya kusut dan penuh emosi.      

"Sini, ceritakan padaku ada apa." Vargana menggiring Kuro ke sebuah batu landai yang bisa dipakai untuk tempat duduk. "Apa yang dilakukan Zevo ke Kak Kuro. Apa dia berbuat macam-macam? Di alam mimpi Kak Kuro?" Ia bertanya dengan suara pelan dan penuh hati-hati.      

Bagaimana pun juga, Kuro adalah seseorang yang impulsif dan gampang marah.      

"Huh! Dia memang tidak melakukan hal tercela di alam mimpiku, tapi ... tapi kenapa dia harus menceritakannya pada teman yang lain?!" Kepalan tangan Kuro dihantamkan ke batu yang dia duduki. Segera, permukaan batu itu menjadi cekung dengan kedalaman beberapa senti akibat hantamannya.      

Vargana melirik nasib malang batu tak berdosa itu dan melanjutkan ucapannya. "Boleh tau apa yang kalian perbuat di alam mimpi?"     

Karena Kuro tidak melakukan hal-hal memalukan di alam mimpi bersama Zevo, maka dia tak keberatan menceritakannya pada Vargana.      

"Ohh, jadi kalian bermain di taman dan Kak Kuro sangat senang, ya kan?"     

"Iya, aku senang, tapi kan kesal kalau dia malah menceritakan itu ke mereka."     

"Um, Kak ... bukannya saat ini juga Kak Kuro menceritakannya padaku?"     

Kuro terkesiap dan diam sejenak. Ucapan dari Vargana seakan menohok dia. Ya, bukankah dia juga menceritakan kisah dia di alam mimpi pada orang lain? Lalu, apa bedanya dengan yang diperbuat Zevo tadi? "Um ... itu ...." Ia tak tahu harus berkata apa ke Vargana.      

Senyum singkat Vargana timbul di wajah cantiknya ketika dia berkata, "Kak Kuro harusnya merasa beruntung."     

"Beruntung?" Alis Kuro saling bertaut.      

"Iya! Coba bayangkan kalau aku, nih! Si keparat mesum itu kalau datang ke alam mimpiku, dia langsung melakukan hal-hal mesum padaku, Kak!"     

Wajah Kuro seketika merah padam mendengar pengakuan Vargana. Dia mau tak mau membayangkan hal macam apa yang dilakukan Pangeran Abvru pada Vargana di alam mimpi. "D-dia ...."     

"Iya, Kak! Dari pertama dia datang ke alam mimpiku, dia sudah seenaknya saja bertindak mesum padaku! Tsk, dasar keparat itu! Dia sangat tidak menahan diri kalau di alam mimpi!" Vargana terdengar kesal saat menceritakannya.      

Kuro terdiam lagi. Yah, mungkin memang benar yang dikatakan Vargana tadi, bahwa dia masih beruntung karena Zevo tidak melakukan apapun yang tercela di alam mimpi. Bayangkan jika Zevo berani berlaku mesum padanya meski di alam mimpi, dia takkan segan-segan menyerang!     

Vargana melirik Kuro. Dia terpaksa menceritakan mengenai kelakuan gila Pangeran Abvru di alam mimpi. Ini semata-mata agar Kuro bisa merasa tenang. Juga, dia sedang membantu Zevo untuk meredakan amarah Kuro.      

"Tapi, Va ... kalau Zevo berani macam-macam padaku di alam mimpi, aku akan langsung memotong anunya begitu aku bangun! Hmpgh!" dengus Kuro dengan mata membara.      

Tawa kecil Vargana terdengar. "Kak Kuro ... hi hi hi ... jangan ekstrim begitu, Kak." Ia tersenyum sebelum mulai berbicara lagi, "Kak Kuro, sepengelihatan aku nih, aku pikir Zevo sungguh serius sayang dan cinta ke Kak Kuro. Firasatku mengatakan dia hanya cinta ke Kak Kuro saja dan takkan terpikat dengan gadis lain."     

"Tapi, Va ...."     

"Apa Kak Kuro tidak suka Zevo?"     

Kuro diam sejenak, memikirkan pertanyaan Vargana. "Aku ... aku bukannya tidak suka atau membenci dia, sih! Aku hanya ... ini ... ini masih mengagetkan aku, Va."     

"Berarti Kak Kuro juga suka Zevo, kan?"     

"Um ... sepertinya."     

"Kalau Kak Kuro tidak yakin suka padanya, lebih baik katakan dari sekarang saja, Kak, agar pertunangan kalian bisa dibatalkan dan Zevo bisa mencari wanita lain yang bisa menerima cinta dan rasa sayang dia."     

Kuro berpikir lagi. Jika Zevo batal menjadi calon suaminya, itu artinya takkan ada pujian dan sanjungan indah yang akan didengar oleh Kuro, kan? Memangnya selain Zevo, siapa yang pernah memuji kecantikan dia?     

Kalau Zevo batal jadi calon suaminya, maka Zevo akan mencari wanita lain untuk dipuji dan disanjung-sanjung.      

"Aku ingin jadi istri Zevo!" seru Kuro pada akhirnya. Ia hanya tak tahan jika tidak ada yang memujinya ... atau ... dia hanya tak tahan jika melihat Zevo memuji wanita lain? Argh! Yang penting dia hanya ingin Zevo memuji dia saja!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.