Devil's Fruit (21+)

Awas Saja Kalau Dia Berani Mendekati Perempuan Lain!



Awas Saja Kalau Dia Berani Mendekati Perempuan Lain!

0Fruit 1119: Awas Saja Kalau Dia Berani Mendekati Perempuan Lain!     
1

Kuro berpikir lagi. Jika Zevo batal menjadi calon suaminya, itu artinya takkan ada pujian dan sanjungan indah yang akan didengar oleh Kuro, kan? Memangnya selain Zevo, siapa yang pernah memuji kecantikan dia?     

Kalau Zevo batal jadi calon suaminya, maka Zevo akan mencari wanita lain untuk dipuji dan disanjung-sanjung.      

"Aku ingin jadi istri Zevo!" seru Kuro pada akhirnya. Ia hanya tak tahan jika tidak ada yang memujinya ... atau ... dia hanya tak tahan jika melihat Zevo memuji wanita lain? Argh! Yang penting dia hanya ingin Zevo memuji dia saja!     

Vargana menahan tawanya karena dia sukses membuat Kuro terpelatuk seperti itu. Memang, semua anggota tim Blanche mengakui kalau Kuro ini sangat lugu dan mudah dipengaruhi. "Iya, iya, Kak Kuro bisa kok jadi istrinya Zevo. Kalau perlu, Kak ... jangan biarkan dia bisa main-main ama cewek lain! Awasi dia dengan ketat, Kak! Tau sendiri, kan, gimana cewek jaman kini yang kadang gak tau malu gatal ke lelaki punya orang lain."     

Wajah Kuro sangat kentara sedang suram waspada mendengar peringatan dari Vargana. Ya ampun, sulung Myren ini mati-matian menahan tawanya. Ia menggigit kuat-kuat lidahnya dan mengulum ketat bibirnya agar tidak menyemburkan tawanya.      

"Humph! Awas saja kalau dia berani mendekati perempuan lain!" Kuro tampak geram dengan wajah menghitam dan mata berkilat tajam. "Aku bisa buat dia menyesal dilahirkan kalau dia berani mempermainkan aku!"      

Vargana acungkan ibu jarinya ke Kuro. Kepalanya manggut-manggut seolah sangat setuju dengan ucapan Kuro. "Oke, ayo sekarang kita menjajal spa, Kak Kuro!"     

"Ahh, ya! Spa!" Kuro teringat akan itu. Ia tak sabar mengenai pengalaman soal spa.      

Sesampainya di tempat spa dengan adanya cangkang raksasa di sana dan beberapa bilik dengan partisi dari kayu, Vargana menyuruh Kuro berbaring tengkurap.      

"Kak Kuro, sini rebah. Tengkurap, yah Kak!" Vargana mengatur untuk Kuro.      

"Oke." Kuro pun mulai naik ke ranjang kecil untuk pijat.      

"Eh, eh, Kak ... tunggu dulu, jangan asal naik ke situ, Kak." Vargana mencegah.      

"Hah? Lalu?" Kuro menoleh ke belakang dan mulai turun dari ranjang pijat.      

"Kak Kuro harus lepas baju dulu dan nanti pakai baju dari spa." Vargana melambaikan mantel tipis warna merah muda bercorak bunga sakura dan handuk panjang.     

"Harus telanjang seluruhnya?"     

"Iya, Kak. Ayo buruan, Kak Kuro."     

"Hm, oke."      

Kuro tanpa ragu mulai melepas pakaiannya dan menerima mantel dan handuk dari Vargana. Dia memakai handuk sebatas dada sesuai arahan Vargana. "Kau tidak ikut spa juga?"     

"Tidak, Kak. Aku sudah sering spa. Sekarang ini aku ingin meladeni spa Kak Kuro." Vargana beralasan.      

Lalu, Kuro diminta untuk masuk ke sebuah ruangan yang sepenuhnya terbuat dari kayu dan duduk di salah satu sudutnya.      

"Ehh, Kak Kuro!" Ternyata di dalam situ sudah ada Voindra dan juga Shona.      

"Wah, kalian juga ada di sini!" Kuro terlihat senang karena ternyata ada teman di bilik itu.      

"Iya, kami sudah datang beberapa menit lalu." Shona menjawab.      

Voindra dan Shona sama-sama memakai handuk seperti Kuro untuk menutupi tubuhnya. Ketiga gadis itu pun mulai berbincang santai di sana dan kemudian, Voindra bangkit. "Aku duluan, yah!"     

Kuro diam meski bingung. Ia menatap Shona. "Kok Voi pergi?"     

"Dia sudah memenuhi waktu sauna di sini, makanya dia sekarang harus keluar dan ke tindakan selanjutnya." Shona menjelaskan.      

"Ohh ...." Meski kurang paham apa maksud ucapan Shona, Kuro berlagak mengerti dan mengangguk pelan. Lalu, beberapa menit berikutnya, giliran Shona berdiri dan pamit keluar dari sana. Kini, tinggal Kuro sendirian duduk di ruangan yang sengaja dibuat panas agar dia berkeringat. Kata Vargana memang harus begitu.      

Ketika menit berjalan beberapa belas lagi, Vargana memanggil Kuro dari luar. "Kak, ayo keluar."      

Maka, Kuro pun keluar tanpa menunda. Tubuhnya penuh dengan peluh sampai dia risih sendiri. "Aku rasanya ingin mandi, Va."      

"Nanti, Kak. Kita sekarang luluran dulu." Vargana menggiring Kuro berbaring di ranjang kecil tadi masih dengan handuk itu. Tapi, di tengah tindakan, Vargana melepaskan handuk yang membelit Kuro perlahan-lahan. "Biar gampang diluluri, Kak."     

Kuro tidak menolak dan diam karena menurutnya memang harus begitu. Dia berakhir dengan rebah tengkurap sesudah Vargana melakukan lulur pada sekujur tubuhnya.      

"Sebentar yah, Kak. Setelah ini Kak Kuro harus dipijat. Aku panggil tukang pijatnya dulu." Vargana keluar dari bilik itu dan kemudian seseorang datang bersama Vargana ke bilik.      

Ketika Kuro menoleh untuk mengetahui siapa tukang pijatnya, dia melotot. "Eh! Kenapa malah dia yang datang?!" Segera saja Kuro meraih handuk di ujung ranjang agar menutupi tubuhnya meski hanya setengah saja. Ia terlalu malu ketika Zevo masuk ke biliknya.      

"Kak, jangan keburu marah atau emosi dulu, Kak! Zevo ini sengaja aku panggil ke sini karena ... yah, aku harus memijat Voi. Zevo juga pintar memijat, loh Kak! Kemarin aku sudah melatih dia! Oke, Kak, aku tinggal dulu, Voi udah nunggu aku dari tadi! Have fun you both!" Ia melambai ke Kuro dan Zevo. Satu matanya dikedipkan penuh makna.      

"V-Va! Aduh, ya ampun!" Kuro masih mempertahankan handuk yang dia tempelkan apa adanya ke dada dan selangkangannya.      

"Um, Kuro ... ayo aku pijat." Zevo mulai mengambil minyak pijat yang dia tuang ke tangannya terlebih dahulu. "Tolong, dong ... kamu tengkurap, biar gampang memijatnya." Ia mendekat ke Kuro.      

Si hybrid sudah hendak menyemburkan asap hitamnya, tapi dia teringat akan Vargana. Pasti dia bisa diomel Vargana jika merusak properti ini. Apalagi bilik-bilik sebelah ada Voindra dan Shona. Kalau mereka sampai terkena asapnya dan tidak bisa mengelak, bagaimana?      

"K-kenapa malah kamu yang jadi tukang pijatku, sih?" Kuro cemberut, belum bersedia menurut untuk rebah lagi. Dia masih duduk penuh waspada di ranjang sambil mengawasi Zevo.      

"Lah, apa memijat kekasih sendiri itu salah? Di sebelah, Sho sedang dipijat tunangannya. Voindra karena tidak punya kekasih, mau tak mau Vargana yang memijat. Apa kamu lebih suka aku memijat Voi dan Vava memijatmu?" Zevo bertanya dengan tangan terlipat.      

Kuro segera berpikir cepat. Zevo memijat Voindra? Dalam kondisi gadis itu telanjang? Bukankah memijat itu ketika tangan seseorang menyentuh tubuh dan kulit orang lain, ya kan?     

Dan Zevo hendak memijat Voindra jika dia keberatan Zevo memijat dirinya? Kuro takkan ijinkan itu! "Pi-pijat aku!" serunya galak meski pipinya merona. Dia terpaksa setuju daripada tangan Zevo menyentuh tubuh telanjang Voindra.      

Hei, lelaki itu sudah menjadi miliknya, kan? Mana bisa dia mengijinkan Zevo menyentuh tubuh perempuan lain meski itu rekan satu tim sekalipun! Tidak boleh!     

Kuro sama sekali tidak tahu bahwa pengaturan spa hari ini sudah sesuai dengan rencana Vargana untuk membantu Zevo dan untung saja Voindra dan Shona bersedia membantu.      

Sstt ... jangan beritahu Kuro, yah!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.