Devil's Fruit (21+)

Pangeran Incubus Berperut Hitam



Pangeran Incubus Berperut Hitam

2Fruit 1121: Pangeran Incubus Berperut Hitam     
3

Jemari Zevo kian berani mengusap lebih intens di lembah intim Kuro dan menyentuh mutiara sang gadis hingga erangan Kuro makin jelas.     

Tak hanya itu saja tindakan nakal Zevo, dia juga mulai meremas payudara Kuro sembari tangan lainnya masih berada di mutiara peka Kuro.      

Dasar penonton JAV! Sepertinya Zevo memang terinspirasi dari tontonan klip dewasa yang bertebaran di berbagai situs khusus.      

Gara-gara ulahnya sendiri pula kini putra sulung dari Pangeran Djanh itu gelisah sendiri. Sesuatu di bagian bawah sana meraung ingin diperhatikan dengan layak, tapi Zevo tidak mungkin melakukan hal terlalu intim pada Kuro saat ini atau dia bisa disembur asap beracun.      

Mati-matian menahan hasratnya, tatapan sang pangeran muda terus tertuju pada Kuro yang masih memejamkan mata sembari bergerak menggeliat.      

Apakah Kuro telah merasakan birahi? Haruskah Zevo melakukan gerakan pertama penuh inisiatif terlebih dahulu?      

"Ermmhh ... Hnnghh ...." Suara Kuro mulai sedikit lebih keras. Gadis itu menggigit bibirnya sebagai pelampiasan setelah tangannya tidak berhasil menemukan seprei. Ranjang spa terbuat dari kulit.      

Kuro memilih menindas bibirnya sendiri ketimbang mencabik-cabik alas ranjang. Dia tidak ingin terlihat memalukan.      

Kian lama, gesekan dan elusan jemari Zevo kian intens dan cepat. Rasanya Kuro sudah mencapai batas limit. Gadis itu makin bertingkah gelisah meski matanya secara keras kepala terus menutup, menolak menatap Zevo.      

Peluh sang gadis hybrid berlimpah ketika pantatnya tidak ia sadari terangkat naik dan turun meski hanya sekian kecil sentimeter, tapi mata awas Zevo jelas mengetahuinya.      

Pria muda itu meringis. Ia terus melakukan stimulasi pada titik-titik erogenus Kuro hingga akhirnya gadis itu sudah tinggal selangkah lagi melewati limitnya.      

Namun, di kala krusial seperti itu, tanpa diduga, Zevo menarik kedua tangannya dan itu artinya semua pijatan, elusan dan gesekan sudah dihentikan olehnya.      

Kuro langsung membuka matanya dan menatap bingung pada Zevo. Gadis itu ingin sekali bertanya, kenapa berhenti, tapi dia terlalu malu.      

Bukankah jika dia menanyakan itu artinya dia mendambakan Zevo. Tidak mau! Kuro tidak mau membuat pria itu besar kepala. Ia pun menahan.      

Tapi, semakin ditahan, rasanya kian tersiksa. Teringat dengan jelas bagaimana sentuhan tangan Zevo sangat nyaman dan terasa nikmat hingga Kuro susah mendeskripsikan melalui kata-kata.      

Ta-tapi ... kenapa berhenti?!      

Frustrasi. Kuro malah merasa frustrasi. Apalagi ketika Zevo secara terang-terangan diam dan hanya memandangi dia saja.      

"Ha-harus berhenti?" Tak tahan lagi, Kuro pun bertanya mengenai itu. Ia bisa mati penasaran jika masih kukuh diam.      

Ingin sekali Zevo tertawa senang melihat Kuro merona merah padam dan terlihat gelisah sembari menanyakan mengenai tindakannya.      

Ini sangat sesuai sekali dengan apa yang diharapkan Zevo. Ohh, kau sungguh pangeran Incubus 'berperut hitam' (penuh muslihat, licik).     

"Kenapa, Kuro?" Zevo berlagak tak mengerti apa-apa mengenai hal yang ditanyakan gadisnya.      

"Itu ... anu ... pijatanmu ..." Muka Kuro sudah kian merah padam pekat meski hanya menanyakan hal demikian.      

"Apakah kurang?" tanya Zevo dengan menyembunyikan muslihat liciknya.      

"Se-selesaikan!" Kuro sudah tak berdaya. Hasratnya menekan semua harga dirinya sehingga dia meneriakkan kalimat tersebut.      

Hati Zevo bersorak riang gembira. Benar-benar sukses. Ternyata saran tadi pagi dari Jovano begitu menuai keberhasilan.      

Ya, tadi pagi usai bangun tidur, Jovano memberikan sedikit saran agar Zevo jangan terlalu terlihat mengejar Kuro. Cukup berikan stimulasi tipis saja sampai Kuro sendiri yang gelisah dan meminta lebih.      

Dan kini semua sudah sesuai dengan prediksi Jovano. Tak ada ruginya memiliki sahabat yang sudah paham mengenai cinta dan perempuan.      

"Ohh? Diselesaikan, yah? Kau bersungguh-sungguh, Kuro?" Zevo masih teguh dengan aktingnya.      

"Tentu! A-aku kan sudah di sini dan sudah sepatutnya menerima semua pelayanan dari awal sampai akhir!" Kuro mencari alasan yang sekiranya tidak terlalu kentara bahwa dia ingin sentuhan itu berlanjut.      

"Tapi nanti kalau aku lanjutkan sampai akhir, kau bisa marah dan menyerangku." Wajah Zevo menampilkan ketidakberdayaan.      

"Tsk! Jangan banyak omong! Hmph! Kalau kau menolak menuntaskan itu tadi, maka ... ya sudah!" Kuro sudah hendak beranjak bangun dari ranjangnya.      

"Ehh! Jangan pergi begitu saja! Kau bisa salah urat dan berakibat fatal kalau bergerak sembarangan!" Suara Zevo menyiratkan kecemasan.      

Tentu saja Kuro kaget dan takut sehingga dia kembali rebah di ranjang, tak berani bergerak seenaknya. "La-lalu harus bagaimana?"      

"Hm, gerakanmu barusan sangat serampangan dan itu bisa berakibat buruk untuk sirkulasi darahmu. Kalau sampai di tahap parah, maka akan bisa berakibat pada kekuatan elemenmu." Zevo makin menikmati menggoda tunangannya.      

Kuro yang terlalu lugu kian panik. "Cepat! Cepat sembuhkan aku!" Matanya membola.      

"Oke, oke, jangan panik! Atau nanti makin parah." Zevo pun mengambil minyak pijat lagi dan menuangkan itu ke tangannya dan juga ke kulit Kuro. "Biarkan aku memulihkan sirkulasi darahmu. Semoga belum terlambat."      

Ekspresi Zevo sungguh luar biasa sampai-sampai Kuro masuk ke perangkapnya dan tidak sadar dia sedang dikelabui.      

Segera tangan Zevo kembali menekan dan memijat tubuh Kuro, dimulai cepat dari kaki dan kembali ke tempat terakhir dia memijat: payudara dan celah spesial Kuro.      

"Ermmhh ... ha-haruskah di sana?" Kuro mengerang sambil berusaha bertanya.      

"Ya. Ini gara-gara kau bergerak sembarangan, maka aku harus memulai dan fokus dengan bagian terakhir sebelum aku tadi berhenti." Zevo mengerutkan keningnya seakan-akan dia benar-benar dalam situasi gawat darurat.      

Kuro diam berusaha menahan rasa aneh yang kembali menjalar ke seluruh tubuh dan menimbulkan denyutan asing baginya.      

Perlahan, jemari Zevo menjauhkan masing-masing paha Kuro sehingga dia bisa lebih leluasa menyelipkan jarinya pada lipatan spesial milik Kuro.      

Dengan adanya minyak pijat, itu sungguh membantu pergerakan jari Zevo menjadi lebih lancar dan menimbulkan gelenyar nikmat bagi Kuro, tentunya.      

Lenguhan dan erangan lirih Kuro terus bermunculan berbarengan dengan jari Zevo merayap masuk ke liang istimewa Kuro dan menekan berbagai titik di sana.      

"Hrmgh ... mmrrghh ... Ze-Zev-oooohh ...." Kuro mulai melantunkan nama calon suaminya.      

"Ya sayank? Ada apa?" Zevo berbisik di dekat wajah Kuro.      

Kuro membuka matanya dan terkejut mendapati wajah mereka begitu dekat. "K-kau terlalu dekat!" Kuro mendorong wajah tunangannya, sementara wajahnya sendiri sudah merah padam. "A-annhhh ... itu kenapa ... kenapa jarimu masuk ke-mmhh ...."      

Khawatir Kuro akan curiga pada tindakan nakalnya, Zevo lekas memberikan alasan, "Aku harus mencari titik akupuntur di situ agar bisa lebih cepat memulihkan dirimu, Kuro."      

Kuro meskipun merasa risih karena bagian intimnya dihujam dan ditusuk jari calon suaminya, akhirnya hanya bisa pasrah.      

Ketika Kuro sudah nyaris mencapai klimaksnya, Zevo malah mencabut jarinya. Ini benar-benar membuat Kuro ingin menjambak keras-keras rambut Zevo.      

Melihat Kuro frustrasi, Zevo berteriak penuh rasa menang dalam hatinya. Terlebih ketika tangan Kuro menggenggam baju depan Zevo dan menarik pemuda itu. "Ja-jangan berani berhenti, Zevo!"      

"Iya, sayank. Sebentar. Aku sudah akan bersiap untuk langkah pemilihan selanjutnya. Kau ini sungguh tidak sabaran." Zevo mulai naik ke ranjang.      

Mata Kuro terbelalak heran akan tindakan tunangannya. "Kenapa naik?"      

"Hanya ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan kamu, Kuro." Tangannya mulai dimasukkan kembali dan mengocok secara cepat di liang sempit Kuro sehingga erangan Kuro kian menjadi-jadi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.