Devil's Fruit (21+)

Tak Ingin Memicu Peperangan Dua Kerajaan Besar



Tak Ingin Memicu Peperangan Dua Kerajaan Besar

4Fruit 1123: Tak Ingin Memicu Peperangan Dua Kerajaan Besar     3

Sekarang, Kuro sudah tidak begitu galak jika didekati oleh Zevo. Meskipun terkadang dia menepis lelaki itu jika terlalu menempel, tapi berkat kelicikan Zevo, biasanya Kuro akan kena muslihatnya dan berakhir di pelukan Zevo.      

Seperti kemarin malam ketika Kuro memukul Zevo karena seenaknya memeluk dia dari belakang di kamar gadis itu, Zevo langsung mengaduh sambil memuntahkan banyak darah.      

"Z-Zev!" Kuro berteriak terkejut, tidak menyangka dirinya bisa melukai Zevo sampai sebesar itu.      

Kalau sampai orang tua Zevo tahu dia memukul anaknya sampai muntah darah hebat, bukankah itu namanya cari mati? Apalagi kalau sampai menimbulkan perang antar kerajaan.      

Ya ampun, pemikiran Kuro begitu jauhnya.      

"Uhuk!" Zevo memuntahkan darah berikutnya. Wajahnya jadi pucat dan dagunya berlumuran darah hitam. "Kuro ..." Dia bersuara serak dan pelan bagai orang sekarat. "Aku bisa mati ... Uhuukk!" Darah hitam muncrat lagi bersamaan dengan batuk.      

Kuro menyangga tubuh Zevo yang luruh ke lantai. "H-hei! Aku kan hanya memukul pelan saja! Kenapa kau bisa malah mau mati?"      

Menatap sayu dengan wajah pucat dan berada di dekapan Kuro, Zevo beralasan, "Siapa sangka kekuatan calon istriku begitu dahsyat. He he ... Aku bangga padamu, sayank." Ia menggapai wajah Kuro dengan tangan gemetar.      

Sungguh, akting pangeran Incubus ini harus diapresiasi dengan penghargaan sekelas Oscar.      

"Jangan bercanda!" Kuro mulai basah matanya, hendak menangis.      

Zevo gembira melonjak hatinya melihat ekspresi tak tertahankan Kuro. Dia mengira Kuro begitu takut kehilangan dirinya, begitu mencintainya pada akhirnya.      

Sayang sekali, itu tidak seperti dugaanmu, pangeran nakal. Kuro cemas sampai nyaris menangis karena takut akan terjadi peperangan dua kerajaan besar jika sampai Zevo terbunuh olehnya meski tidak sengaja.      

"Sayank ... mana mungkin aku bisa bercanda. Ugghh ... sakit ...." Zevo berlagak meremas baju di bagian dada.      

"A-aku panggilkan Shosho!" Kuro langsung terpikirkan adik dari tunangannya.      

Tapi, ketika Kuro hendak berdiri, Zevo sudah menahannya dan berkata, "Jangan! Jangan sampai dia tahu." Suaranya terdengar lirih dan tak bertenaga.      

"Kenapa? Dia bisa menyembuhkan kamu, ya kan?" Kuro tak mengerti penolakan Zevo.      

"Kalau dia tahu aku seperti ini, bisa-bisa ... dia khawatir dan ... dan mamaku mengetahuinya ... Mama akan melaporkan ke Papa ...." Zevo hanya asal bicara saja.      

Tapi, asal bicara itu ternyata membuahkan hantaman di hati Kuro. Ya, benar juga. Kalau sampai ada yang tahu Zevo terluka karena dia, siap-siap saja perang dua kerajaan besar meletus! Itu akan gawat! "Baiklah! Baiklah! Tidak usah ada Shosho. Tapi bagaimana cara menyembuhkan kamu?"      

Melihat kepanikan Kuro, Zevo kian menjerit senang dalam hatinya. "Ugghh ... bantu aku naik ke ranjangmu. Aku harus berbaring. Ugghh!"      

Kuro mengangguk dan langsung saja melakukan apa yang disuruh Zevo.      

Setelah lelaki itu berhasil direbahkan di ranjang, ia berkata, "Kuro, apa kau ingin menyembuhkan aku?"      

"Tentu saja, bodoh!" Kuro sangat cemas. "Tunggu, aku panggil mamaku saja kalau begitu!"      

"Jangan!" Zevo memegangi tangan Kuro agar gadis itu tidak pergi. "Ada satu-satunya cara agar aku tidak mati."      

"Katakan!" Mata Kuro bersinar lega. Dia bisa menghindarkan dua kerajaan besar berperang.      

"Tapi aku tak yakin kau mau melakukan itu demi aku." Zevo semakin lirih berujar dengan napas pendek-pendek bagai akan habis kapanpun.      

Kuro menggeleng. "Aku pasti akan lakukan! Cepat katakan, Zev!" Ia tak perduli apapun cara itu asalkan Zevo selamat.      

YASSS! teriak Zevo dalam hatinya. "Kuro, kau tahu kan aku ini iblis apa?"      

Kuro berpikir sejenak dan menjawab, "Umm ... iblis apa, yah?"      

Rasanya Zevo ingin mengetuk kepala Kuro saking gemasnya. Bagaimana bisa calon istrinya malah tidak tahu dia golongan iblis apa? "Kuro, calon suamimu ini golongan iblis lust."      

"Lalu?" Kuro miringkan kepala ke kanan, tak paham korelasi golongan Zevo dengan cara penyembuhan lelaki itu.      

"Aku butuh daya lust untuk lekas menyembuhkan luka dalamku." Zevo mulai menebar jala untuk memerangkap keluguan Kuro.      

"Daya lust?" Kuro makin bingung. "Apa itu?"      

Zevo memanggil agar Kuro mendekatkan wajah mereka, lalu berbisik, "Daya cinta tingkat tinggi, tingkat supremasi."      

"Hah?" Kuro menjauhkan kembali wajah mereka sambil menatap bingung ke tunangannya. "Yang bagaimana?"      

"Penyatuan, Kuro. Penyatuan yang akan menimbulkan perasaan nyaman dan tenang serta nikmat. Itu akan menyembuhkan aku. Terutama jika aku bisa mendapatkan cairan khusus milikmu." Mata Zevo berkilat.      

"Penyatuan? Cairan khusus?" Kuro masih belum paham.      

"Kemarilah ... biarkan aku berada di atas tubuhmu agar proses penyembuhan lekas berlangsung. Ayo, Kuro, jangan buang waktu!"      

"Ehh? Buang waktu? Aku harus bagaimana? Rebah di bawahmu?"      

"Ya! Dan lepas semua pakaianmu."      

"Le-apa?! Lepas pakaian?"      

"Kuro, aku sudah tak tahan ... aku mau mati ... arrkhh ...."      

"Iya! Iya!"      

Kuro lekas melepas semua pakaiannya dan berbaring telanjang di tempat tidur.      

Zevo menahan tawa kemenangannya dan dia menghilangkan pakaiannya sendiri menggunakan daya magis. Setelah itu, dia mulai memposisikan dirinya di atas Kuro.      

Ketika itu, Kuro begitu malu hingga menutup matanya saat wajah Zevo mulai menunduk untuk melumat bibirnya.      

Terlebih ketika tangan nakal Zevo mulai meremas payudara Kuro. Gadis itu mengerang, "Ermmhh ... Zevo, kenapa harus-"      

"Memang harus begini, sayank. Kalau birahiku bangkit, maka daya penyembuhan akan muncul di tubuhku dan mempercepat proses penyelamatan diriku." Zevo menebar alasan.      

Kuro pun terdiam dan hanya menyisakan erangan demi erangan lain ketika dirinya makin dijamah Zevo.      

Bahkan saat pahanya dibuka oleh tangan Zevo, Kuro hanya bisa memekik tatkala merasakan lidah Zevo sudah menjejak pada daerah intimnya. "Z-Zev!"      

"Di sini ada pusat untuk pengobatan diriku, Kuro. Bertahanlah, sayank. Aku akan mengambilnya beberapa menit lagi. Jangan menahan apapun yang kamu rasakan, yah! Keluarkan saja apa adanya. Itu adalah obat bagiku."      

Usai mengatakan itu, Zevo mulai menggila dengan mulut dan lidahnya di area sensitif Kuro.      

Awalnya, Kuro hanya mengerang tertahan saja ketika daerah spesial dia dijamah lidah dan mulut Zevo.      

Namun, kian lama, rasa yang menerjang dirinya kian kompleks dan berat. Menyebabkan Kuro tak bisa lagi menahan suara yang ingin menyeruak keluar dari mulutnya. Rintihan, lenguhan, erangan ... semuanya berebut keluar dari mulut dia.      

Ditambah dengan masuknya jari Zevo ke celah intimnya, menambah terjangan aneh di dalam tubuh Kuro. Tubuh gadis itu melengkung, dadanya naik tinggi ketika ujung jari Zevo mengenai spot spesial milik Kuro. "A-aarrgghh ...."      

Kuro meremas bantalnya kuat-kuat dengan dada terangkat naik tinggi saat spot istimewa dia ditohok ujung jari Zevo di dalam sana. "Zevo! Zevo! Ze-aaarrgghhh ...."      

"Keluarkan saja apa yang ingin kamu lepas, Kuro." Zevo mendongak sebentar untuk bicara. "Aku butuh cairanmu itu."      

Kuro tak paham apa itu cairan yang dimaksud tunangannya. Yang pasti ada dorongan kuat di dalam perutnya yang berkontraksi aneh seakan ingin meledakkan sesuatu.      

Karena Zevo berkata jangan ditahan apapun yang ingin keluar, maka Kuro melepaskan saja apa adanya. "Aargghh!" Ia menjerit keras saat cairan orgasme dia melompat keluar dan Zevo langsung menerimanya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.