Devil's Fruit (21+)

Aku Hanya Bisa Bergantung Padamu Saja



Aku Hanya Bisa Bergantung Padamu Saja

1Fruit 1124: Aku Hanya Bisa Bergantung Padamu Saja     
4

Keluguan Kuro sangat dimanfaatkan oleh Zevo untuk mendapatkan apa yang pangeran Incubus itu inginkan.      

Dengan berbekal akting licik seperti orang sekarat, Zevo berhasil membuat Kuro menyerah dan pasrah di tempat tidur.      

Zevo baru saja mendapatkan cairan orgasme Kuro yang dia teguk dan jilati sampai habis.      

Kuro merasa tak nyaman ketika dia sedang dalam proses antiklimaks, area intimnya malah terus dijilat sang calon suami. Meski begitu, dia terus menahan diri agar Zevo mendapatkan 'obatnya'.      

Kuro tidak ingin gara-gara dia, peperangan dua kerajaan besar bisa terpicu. Dia akan sangat berdosa apabila itu terjadi.      

Maka dari itu, ketika dirinya sedang mengatur napas, Kuro memekik kaget sewaktu sadar celah sempit dia tiba-tiba diterobos benda tumpul kokoh. "Arrghh! Zevo!" Kuro mendelik pada tunangannya. Tapi dia tidak berkutik.      

"Sayank, aku masih butuh pengobatan lebih banyak darimu. Urgh! Dengan cara ini ... urghh! Ini cara pengobatan tingkat supremasi untuk kami, iblis lust! Urghh!" Zevo tak menahan diri lagi dan terus memacu pinggulnya agar pusaka jantannya bisa terus memompa liang Kuro.      

Terus dan terus sampai berjam-jam lamanya, Zevo mereguk kenikmatan dari Kuro. Hingga akhirnya mereka terkulai lemah di atas kasur setelah melakukan "pengobatan tingkat supremasi".      

-0-0-0-0-      

Di lain waktu, Zevo tak kurang akal untuk mendapatkan apa yang dia mau dari Kuro.      

Memang iblis lust satu ini berubah jadi sosok penuh tipu daya hanya untuk mengambil keuntungan sebanyak mungkin dari tunangannya.      

"Ugghh ... tubuhku rasanya lemah sekali. Kuro, bantu aku, sayank. Aku butuh tambahan energi." Demikian muslihatnya.      

"Bagaimana cara aku membantu kamu, Zev?" Kuro terpancing. Mereka sedang berada di sebuah lembah, berdua saja untuk jalan-jalan biasa.      

Zevo pun menarik Kuro ke sebuah sudut lembah yang tersembunyi. Dia merebahkan Kuro di hamparan rumput pendek yang empuk dan mulai membuka rok Kuro.      

"Arrghh! Zevo!" Kuro tak menyangka tunangannya akan langsung melakukan itu padanya. Apalagi di ruang terbuka.     

Tapi, apa mungkin Zevo perduli dengan protes Kuro? Tentu tidak. Dia makin bergairah merasakan adrenalin dia terpacu naik ketika menyetubuhi Kuro di alam terbuka.      

Kuro pun berakhir dengan menyerahkan apa yang diinginkan Zevo. Selama dua jam, keduanya terus memacu diri untuk menggapai puncak asmara.      

-0-0-0-0-      

Muslihat Zevo lainnya terjadi pada suatu siang ketika dia berhasil mengajak Kuro berjalan-jalan ke sebuah tepi sungai, cukup jauh dari pondok tim Blanche.      

"Kuro, kau harus mencoba ini." Zevo tanpa ragu mengeluarkan pusaka jantannya dari sangkar kainnya saat dia dan Kuro rebah berdampingan di tepi sungai.      

Karuan saja wajah Kuro merah padam. Dia jelas malu ketika melihat benda yang kerap ditusukkan padanya dan benda itu juga yang kerap membuat Kuro melenguh seperti sapi gila, padahal dia kan ular!      

"Z-Zevo! Apa-apaan, sih!" Kuro palingkan tatapan matanya dari benda keramat itu.      

Zevo makin bergairah melihat Kuro yang malu dan salah tingkah. Ia gemas ingin secepatnya menindih gadis lugu itu.      

"Kuro, sayank ... jangan malu begitu. Ini kan milik kamu juga, sayank. Kau harus memahami setiap lekukannya. Dan lebih baik lagi kalau kau juga mulai memanjakan dia agar dia selalu teringat padamu." Zevo menyeringai kecil sambil mengelus-elus pusaka keramat kebanggaannya.      

Kuro terpaksa melirik benda yang sudah tegak kokoh menantang gravitasi. "Ke-kenapa dia harus seperti itu sih penampilannya?!" Kuro panik dan wajahnya kian merah padam.      

Meski berkali-kali merasakan benda itu menerjang liang intim dia, tapi dia belum pernah menatap secara langsung dan utuh pada benda tersebut.      

Kini, saat dia menatap bentuk utuhnya dari pusaka milik Zevo, bagaimana mungkin dia tidak malu?      

"Sayank, ayolah ... manjakan dia agar dia terbiasa denganmu saja." Zevo membujuk dengan suara penuh damba.      

"Ba-bagaimana cara memanjakan itu? Mana aku paham?!" Kuro mencoba berkelit. Meski kata-kata Zevo tadi menggelitik hatinya, bahwa diharapkan jika dia mau memanjakan batang kokoh Zevo agar si batang bisa terbiasa dengannya saja, tetap saja Kuro tak paham caranya.      

"Sini, sentuh dia dulu."      

"Ti-tidak mau!"      

"Tsk! Lalu, kalau bukan kau yang memanjakan dengan menyentuh ini, apakah aku harus meminta gadis lain menyentuhnya? Dia butuh dimanjakan juga setiap beberapa waktu sekali, Kuro."      

"Memangnya harus dimanjakan dengan sentuhan? Beberapa waktu sekali? Lalu, selama ini ... si-siapa yang memanjakan itu?" Kuro mulai waspada, bersiap jika Zevo berani menyebut nama gadis lain.      

"Tidak ada siapapun, sayank ... selain tanganku. Tapi dia sekarang sudah tidak bersedia dimanjakan tanganku sejak mengenal lubang sempitmu, sayank. Sini, pegang dan manjakan dia."      

"Ti-tidak mau!"      

"Huft! Ya sudah kalau tak mau, aku cari orang lain saja untuk manjakan dia, karena dia sudah tidak ingin dimanja tanganku." Zevo menampilkan wajah kecewa dan sedih.      

Mendengar ucapan sang tunangan, karuan saja Kuro makin panik dan berseru, "Jangan! Jangan minta dimanjakan orang lain!" Ia menatap tajam ke Zevo sambil wajahnya merah padam malu.      

Dengan upaya bujukan sekali lagi, Kuro pun patuh dan mulai menyentuh pusaka keramat Zevo.      

Namun, mana mungkin Zevo hanya sudi diberi sentuhan tangan saja?      

Melalui muslihat lebih gencar, Zevo berhasil membuat Kuro merundukkan kepala ke pangkal pahanya agar gadis itu menggunakan mulutnya untuk memanjakan batang jantan Zevo.      

Jika sudah begitu, apakah mungkin keadaan tidak bergulir lebih menggila lagi?      

Usai mendapatkan kepuasan dari mulut Kuro, tentu saja Zevo ingin lebih. Dia segera membalikkan keadaan dengan memposisikan tubuh Kuro di bawahnya.      

"Ze-aaarrgghhh!" Kuro tak sempat bicara lainnya selain mengerang dan berbagai suara ambigu lainnya ketika Zevo langsung saja membuat mereka berdua telanjang dan menerjang liang intim Kuro, menghentak-hentakkan miliknya ke Kuro.      

Sepertinya Zevo mulai menyukai kegiatan alam terbuka. Yah, maksudnya ... kegiatan bercinta di alam terbuka. Ini bisa menambah pacuan adrenalin dia sebagai lelaki.      

-0-0-0-0-      

Sejak itu, Zevo benar-benar menguasai Kuro, segalanya. Tentu dengan berbagai muslihat. Meski butuh kelicikannya menaklukkan Kuro, toh dia hanya melakukan ini pada Kuro saja.      

"Kuro sayank, yang seperti ini harus dilakukan beberapa hari sekali." Zevo sembari mengelus batang jantannya usai Kuro memanjakan si batang menggunakan mulutnya. "Kalau tidak, dia bisa mengamuk dan meminta dimanjakan siapapun yang ada."      

"Tidak boleh!" Kuro cemberut. "Awas saja kalau kau berani mencari orang lain untuk memanjakan dia!"      

Zevo tertawa bahagia dalam hatinya.      

Di waktu lain, usai mereka bercinta, Zevo juga memasukkan dogma gila ke otak Kuro. "Kegiatan yang begini harus rutin kita lakukan, sayank. Kalau tidak, aku akan merasakan sakit di sekujur tubuhku. Yah, kau harus paham apa kebutuhan iblis lust seperti aku ini, sayank."      

"Hah? Harus rutin?" Kuro membelalakkan matanya, tak percaya.      

Zevo mengangguk tegas. Wajahnya terlihat serius. "Ya, harus rutin atau aku akan kesakitan. Kau tak mau aku begitu, kan sayank?" bujuknya licik.     

Mau tak mau, Kuro mengangguk saja sambil menunduk malu. Bayangkan saja, harus rutin!      

"Sayank, aku hanya bisa bergantung padamu saja. Bolehkah?" Zevo masih melanjutkan tipuan nakalnya.      

Kuro naikkan wajah dan menautkan tatapan mereka sebelum dia berkata, "Oke, biar aku saja yang melakukan. Awas kalau kau melakukan dengan orang lain, aku potong habis dia! Grrhhh ...."      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.