Devil's Fruit (21+)

Bagaimana Mungkin Dia Putus Dengannya?



Bagaimana Mungkin Dia Putus Dengannya?

4Fruit 1125: Bagaimana Mungkin Dia Putus Dengannya?     2

Begitulah Kuro dengan segala keluguan dia. Pada akhirnya, dia berkali-kali harus ditipu dengan muslihat Zevo hanya agar dia terperangkap dalam jebakan seksual pria incubus itu.      

Tapi, itu terlihat tidak begitu buruk karena Zevo toh adalah calon suami dia juga.      

Bukan maksudnya Zevo untuk bertindak licik dan kejam ke Kuro, tapi sang pangeran incubus itu jadi makin gemas dan suka menindas Kuro secara diam-diam demi bisa mengambil keuntungan dari si hybrid hitam.      

Setidaknya, nasib percintaan Zevo tidak semengenaskan Pangeran Abvru, yang masih saja berkutat dengan alam mimpi ketika dia ingin menindas Vargana.      

Gadis itu bersikeras bahwa dia akan melakukan 'itu' di alam nyata ketika dia sudah menyelesaikan studi SMA dia saja. Dia tidak selugu Kuro yang bisa terperosok jebakan calon suaminya sendiri mengenai masalah 'itu'.     

Jika Kuro dan Zevo sudah menemukan hari-hari mereka sendiri, berbeda halnya dengan Voindra. Gadis manis itu masih belum bisa mendapatkan balasan perasaan dari Gavin.      

Sampai saat ini, cinta Voindra terus saja bertepuk sebelah tangan karena Gavin masih dan masih memandang dia sebagai teman dan rekan tim semata. Mata dan hati Gavin masih tertutupi oleh sosok Ivy.      

Apa yang bisa dilakukan Voindra selain menggigit gerahamnya saban dia teringat dengan nasib cintanya yang menyedihkan begini? Hanya ada dendam pada Ivy, meski jika dia sedang berpikir lurus, dia tidak bisa menimpakan kesalahan pada Ivy, karena gadis vampir itu sendiri juga tidak menggubris Gavin.     

Sayang sekali Gavin terlalu buta dengan semua sinyal penolakan dari Ivy. Atau Gavin sebenarnya telah melihat itu tapi berusaha membutakan dirinya sebagai bentuk pertahanan dari perasaan dia agar tidak patah hati?     

"Gav, ayo latihan." Seperti biasa, pagi ini di alam Cosmo, Voindra mengajak Gavin berlatih tanding setelah selesai makan pagi.      

"Hm, ayo." Gavin beranjak dari tempat duduknya. Dia baru saja menghabiskan nasi goreng daging buatan ibunya.     

Sepeninggal Gavin dan Voindra keluar dari pondok, beberapa orang masih bertahan duduk di kursi makan sambil mengobrol.      

"Apakah Voi masih saja berharap ke Gavin?" tanya Shona sambil menoleh ke Vargana.      

Disela seruputan sup daging, Vargana menjawab, "Hu-um. Sluurrph! Dia sendiri yang keras kepala tak mau melepaskan Gavin, sluurpphh!"     

"Apa kita tidak bisa melakukan sesuatu agar dua bocah remaja itu bisa bersatu dalam cinta?" Kuro gemas dan bertanya sambil tangannya masih terangkat memegang mug berisi coklat hangat.      

"Kita bisa apa kalau sudah menyangkut masalah hati, Kak Kuro?" Vargana menoleh sebentar ke Kuro sebelum kembali menyeruput kuah sup dagingnya, menghabiskan sisa-sisa terakhir di mangkuknya.      

"Hm, ini juga Voi sendiri yang bawa masalah ke dirinya. Harusnya dia antara melepaskan Gavin, atau menjauhi Gavin saja." Kyuna ikut berpendapat. "Noni Putri, bagaimana menurutmu?" Pandangannya dialihkan ke Andrea yang masih diam saja dari tadi.     

Mata Andrea melirik ke Kyuna di seberang dia dan dua alisnya terangkat perlahan dengan sikap tak berdaya sambil kemudian berkata, "Mau gimana lagi? Kalau Voivoi malah nyaman dengan hal seperti itu, kita gak bisa ngapa-ngapain."     

"Tapi kan jatuhnya Voi sekarang sedang masokis hati, Noni Putri." Kyuna sungguh tak tega dengan keadaan Voindra yang terus saja harus menerima sakit hati mengenai Gavin.      

"Apa tidak ada cara untuk Gavin bisa menyadari perasaan Voindra?" Pangeran Abvru mencoba ikut berkomentar. "Misalnya datang ke alam mimpinya Gavin?"     

Vargana menepuk keras lengan calon suaminya dan menghardik, "Memangnya semua orang harus selicik kamu, huh?"     

Pangeran Abvru hanya mengusap-usap santai bekas tepukan Vargana dan menatap gadis tercintanya di samping dan menyahut, "Loh, apa salahnya cara itu dipakai untuk menundukkan orang yang batu dan liar tak bisa dikendalikan?"     

"Hei! Apa kau sedang menyindir aku?" Vargana melotot ke tunangannya.      

"Apakah kau merasa tersindir?" balas Pangeran Abvru.      

"Tadi kau menyebut orang yang batu dan liar tak bisa dikendalikan. Jadi, kategori yang mana diriku dari dua jenis yang kamu sebut, hm?" Vargana menaikkan dagunya dengan aura ingin mendominasi.      

"Silahkan saja pilih sendiri, aku memberikan kehormatan itu padamu," tutur Pangeran Abvru sambil terkekeh. Rasanya ada kepuasan tersendiri menyaksikan kekesalan calon istrinya, menambah cantik dan malah menggemaskan.      

"Kalian ... tidak adakah di jadwal kalian untuk tidak bertengkar sehari saja?" Shona merangkul sahabatnya sambil tersenyum.      

"Bagaimana bisa, Sho? Mana mungkin aku bisa santai kalau menghadapi cowok mesum licik ini?" keluh Vargana sambil silangkan dua tangan di bawah dada, terlihat kesal karena selalu saja dia dirugikan saban calon suaminya mendatangi dia di alam mimpi.      

"Kalo emang kamu benci banget dibegitukan oleh calon suamimu, kenapa kamu tidak putus aja dari dia, Vava?" Andrea tanpa menahan ucapannya, berbicara ke Vargana seolah itu adalah sebuah solusi darinya.      

Mendengar ucapan dari bibinya, Vargana langsung terdiam, wajahnya berganti menjadi bingung akan dilema. Bagaimana mungkin dia bisa memutuskan ikatan yang sudah terjadi antara dia dan Pangeran Abvru?     

Selain itu, dia sudah terbiasa dengan lelaki licik nan mesum itu. Sudah terlalu banyak kenangan berbagai macam yang telah dilalui dengan si pangeran Incubus. Bagaimana mungkin dia putus dengannya?     

Diamnya Vargana sambil tundukkan kepala mengakibatkan Shona menahan tawa kecilnya dan menganggap betapa jenius cara Andrea untuk membungkam Vargana.      

Mungkin Shona tak tahu, bahwa Andrea berkata pedas seperti tadi adalah karena sang Cambion sudah mengalami sendiri apa yang Vargana alami.      

Sikap Andrea ketika masih remaja mirip seperti Vargana, keras kepala, gengsi tinggi, dan memegang idealisme sendiri bahkan jika itu adalah mengenai cinta.      

Vargana bisa bertanya ke Dante bagaimana awal perjalanan cinta sang bibi dengan pamannya si mantan Nephilim itu.     

Karena telah mengalami masa seperti itu, makanya Andrea langsung memberikan ucapan tantangan telak ke Vargana.      

Well ... kau mengeluhkan kekasihmu yang begini dan begitu, tapi kau masih saja berkutat bersama dengannya dan masih saling menempel. Lalu apa gunanya mengeluh?     

"Sepertinya Jo sedang fokus mengerjakan senjata-senjata kami." Untuk mencairkan kecanggungan Vargana, maka Shona berbaik hati mengalihkan topik bahasan.      

"Ya, Jo memang sangat luar biasa saat membuat senjata!" Kuro terpancing pada topik baru dari Shona. "Aku tak sabar melihat bagaimana pedang gandaku nantinya disempurnakan Jo."     

"Senjata untuk Gavin sudah jadi dan itu sangat keren." Pangeran Zaghar yang ikut duduk di sana, mulai berbicara. Dia adalah jenis orang yang tenang dan tidak banyak memasukkan dirinya dalam perdebatan. Dia merupakan sosok yang cinta damai.      

"Ya, bahkan Gavin hype sekali sewaktu menerima kapak dari Jo!" Akhirnya Vargana ikut lebur dalam topik baru. "Itu katanya kapak ganda, ya kan?"     

"Yup! Kapaknya bisa tiba-tiba terbelah jadi dua sama persis jika diberi muatan energi khusus pemiliknya." Pangeran Abvru sudah menyaksikan kehebatan kapak untuk Gavin beberapa hari lalu.      

"Jadi, sekarang giliran senjata siapa yang sedang dibuat Jo di pondoknya?" Kyuna penasaran.      

"Entah. Dia sudah menutup diri di pondok selama berhari-hari. Semoga itu benar untuk membuat senjata, bukan meratapi patah hatinya." Shona menghela napas usai mengatakan itu.      

"Apakah dia belum juga melalui fase menyakitkan itu?" Vargana heran dan menoleh ke arah Zevo.      

"Sepertinya belum sepenuhnya." Zevo yang sedari tadi diam, kini berkomentar karena itu mengenai sahabatnya.     

Semua terdiam. Andrea menghabiskan minumannya dengan wajah rumit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.