Devil's Fruit (21+)

Mentor yang Baik



Mentor yang Baik

1Fruit 1127: Mentor yang Baik     1

Kiran melirik mentornya sebelum dia mengangguk dan kembali menatap danau di depannya. Sekali lagi dia mencoba apa yang sudah dia lakukan tadi.      

Sembari Kiran sedang berusaha mengendalikan pusaran air di depannya, Shiro terus memandangi gadis itu.     

Setelah kegagalan berkali-kali untuk meliukkan pusaran air, pada akhirnya Kiran seolah menyerah dan menoleh ke Shiro, matanya menyiratkan dia meminta petunjuk dari si hybrid putih, karena biasanya Shiro langsung mengetahui pangkal alasan kegagalannya.      

Mengetahui bahwa Kiran sedang menunggu nasehatnya, Shiro kemudian berjalan mendekati Kiran. Gadis yang duduk di bangku SMP itu menatap penuh harap pada sang mentor.      

Kemudian, Shiro berdiri menempatkan dirinya di belakang Kiran. "Tetap hadap ke depan." Shiro memerintah gadis yang hendak menoleh ke belakang.      

Kiran patuh. Dan dia sedikit kaget ketika pinggang rampingnya disentuh tangan Shiro, meski hanya beberapa detik saja. Tapi dia percaya pada Shiro.      

"Rilekskan bagian ini, dan juga ini. Tegakkan punggungmu dengan baik, angkat sedikit dadamu." Seperti pelatih profesional, Shiro memberikan instruksi ini dan itu sambil menyentuh bagian yang dia ucap, kecuali dada. Tidak mungkin dia menyentuh di sana.      

Kiran patuh dan melakukan perintah Shiro meski hatinya berdebar-debar atas sentuhan Shiro. Tapi lelaki itu selalu memasang wajah dingin bagaikan peti es, seakan dia tidak memiliki urat saraf untuk tersenyum.      

Setelah memperbaiki sikap tubuhnya sesuai dengan petunjuk Shiro, Kiran mengambil napas penjang saat dia kembali mengangkat pusaran air dari danau menggunakan energi pengendali airnya.      

Shiro masih berdiri di belakang Kiran, dia sambil berkata pada gadis itu, "Teruskan, tatap air itu, tatap dengan tajam seolah kau sudah mencengkeram jiwanya." Kembali, kedua tangan lelaki dingin itu menyentuh Kiran, tapi kali ini di kepala. "Tatap tajam dan berikan dominasi pada air itu. Kalau perlu kerutkan keningmu saat mendominasinya."     

Kiran melakukan apa yang disuruh Shiro, menatap tajam pusaran air yang dia buat dan terus mengendalikannya sembari membiarkan tangan sang mentor masih memegangi kepalanya.      

Pusaran air bergerak bagaikan itu adalah angin puting beliung. Masih saja berputar statis membentuk tonggak besar bagaikan ada lorong di dalamnya. Air sudah dinaikkan setinggi hampir 10 meter.      

"Sekarang, naikkan sedikit dagumu dan katakan dalam hati kau menguasai air itu, dia adalah alatmu, dia dalam kuasamu, kau adalah pengendali dia dan dia WAJIB patuh padamu." Tangan Shiro menggerakkan kepala Kiran dari belakang, membuat wajah si gadis naik dengan dagu terangkat beberapa sentimeter saja.      

Kiran mulai meneriakkan kalimat-kalimat dominasi seperti yang diperintahkan Shiro. Anehnya, seakan ada gelombang energi yang mulai membungkus dan melingkupi kedua tangannya saat ini.      

"Ran, coba liukkan ke kanan air dalam kendalimu. Teriakkan dalam hatimu bahwa kau sebagai penguasa dia, ingin dia bergerak ke kanan seperti maumu." Shiro masih memegangi dua sisi kepala Kiran.      

Mengetatkan rahang dan makin katupkan bibir membentuk kerutan dalam, Kiran melakukan perintah Shiro. 'Aku adalah penguasamu! Air ... lakukan seperti apa yang menjadi kewajibanmu, yaitu mematuhiku! Bergerak ke kanan!' teriak Kiran dalam hati.      

Tidak disangka-sangka, pusaran air setinggi hampir 10 meter itu kini mulai meliuk ke kanan sesuai dengan arahan Kiran. Gerakannya gemulai dan indah.      

"Coba gerakkan ke kiri dan kanan." Shiro memberi instruksi lagi.     

Kiran patuh melaksanakannya. Segera, air bergulung berputar sambil meliuk kiri dan kanan beberapa kali menciptakan pesona keindahan yang tidak bisa dijabarkan kata-kata oleh Kiran.      

Perlahan, Shiro melepaskan kedua tangan dari kepala Kiran, dan tetap berdiri di belakang si gadis. Karena perbedaan tinggi tubuh mereka cukup jauh, bukanlah sebuah hal sulit bagi Shiro untuk melihat yang terjadi di danau meski ada Kiran di depannya.      

Setelah sekian menit berhasil meliuk-liukkan pusaran air, Kiran pun lelah dan melepaskan kendalinya sehingga air kembali ke danau. Ia kemudian sedikit terengah-engah. Mengendalikan energi elemen ternyata membutuhkan tenaga yang cukup banyak.      

Kiran menoleh ke belakang dan tersenyum senang ke Shiro. Sedangkan si mentor, dia hanya mengangguk sekali sambil menepuk lembut kepala murid didiknya seakan itu sudah mewakili rasa bangga dia pada gadis cilik itu.      

"Ini sudah melewati jam makan siang, ayo kembali dulu ke pondok sambil kau sedikit beristirahat." Shiro berjalan lebih dahulu dan Kiran segera mengikutinya. Keduanya sama-sama puas dengan hasil tadi.      

Kiran memang selalu percaya bahwa bimbingan dari Shiro pasti akan membuat dia jadi berkembang lebih baik. Shiro memang guru paling kompeten yang Kiran ketahui. Kakaknya saja kalah sabar dengan si hybrid ini.     

Padahal penampilan Shiro terlihat dingin dan cuek tapi siapa sangka dia orang yang telaten dan juga sabar memberikan bimbingan.     

Yang tidak diketahui oleh Kiran, bahwa sebenarnya Shiro tidak melakukan apapun selain hanya mendorong rasa percaya diri gadis itu saja dalam melatih energi pengendali elemennya.      

Kiran tak tahu bahwa metode seperti yang dijabarkan Shiro tadi hanya akal-akalan dari Shiro saja agar Kiran bisa lebih percaya dengan kekuatannya dan bisa mengeluarkan potensi yang terpendam.      

Tapi, biarkan saja Kiran tidak perlu mengetahui ini dulu.     

Kedua orang, Shiro dan Kiran, tiba di pondok hunian Cosmo. Ruang makan tidak seramai di pagi saat sarapan. Kalau sudah sesiang ini, jarang yang kembali ke pondok untuk makan.     

Para anggota Blanche biasanya sudah tersebar sendiri-sendiri di berbagai belahan alam Cosmo setelah sarapan pagi dan akan kembali ke pondok di malam harinya.     

"Latihannya sukses hari ini?" tanya Shelly yang selalu berjaga siaga di pondok untuk memasak ataupun membuatkan sesuatu bagi anggota Blanche lainnya. Dia juga mengurus anak-anak generasi terbaru Sabrina bersama dengan sang macan sabertooth di pondok.     

Kiran lekas memilih duduk di sebelah Shiro dan menjawab, "Pasti sukses berkat mentorku ini, Ma." Ia tak sabar ingin makan masakan ibunya.      

Meskipun keturunan iblis tidak wajib makan makanan manusia dan malah setelah ada buah energi roh itu membuat mereka lebih tidak memiliki ketergantungan pada makanan lainnya, tapi karena sudah terbiasa menyantap makanan manusia, maka mereka biasanya lebih suka makan hidangan manusia ketika sempat.     

"Shiro, terima kasih, yah!" Shelly tersenyum ke Shiro karena dia sangat bersyukur hybrid dingin satu itu bersedia membimbing anaknya.      

"Tidak perlu sungkan, Bibi." Shiro datar seperti biasanya.      

Kemudian, Shelly menemani mereka makan siang sambil mengobrol sesekali dan Kiran lebih banyak menanggapinya karena Shiro terlalu pendiam.     

.     

.     

Di tempat lain, Vargana sedang menjelajahi alam Cosmo bersama tunggangannya, Jaida - anak generasi pertama dari Sabrina-Noir, seekor lion-tigress atau kadang disebut ligress karena berjenis kelamin betina.      

Jaida ligress yang bertubuh kokoh dan besar. Tubuhnya berwarna hitam dengan pola harimau berwarna merah terang yang tepiannya berwarna kuning keemasan. Terlihat gagah dan mengancam.      

Vargana sudah menetapkan bahwa Jaida adalah pilihannya sebagai hewan terkontrak dia nantinya. Mereka selalu bersama jika berpetualang di Cosmo, mengakibatkan hubungan mereka sudah terjalin baik.      

Sedangkan di belakang Jaida yang membawa Vargana, tak berapa jauh ada sepasang singa dan lelaki mengikuti. Itu adalah Pangeran Abvru yang menunggangi salah satu anak generasi pertama Sabrina-Noir juga, Mason.      

Meski Mason merupakan adik jantan dari Jaida, namun tubuhnya malah sedikit lebih besar dari sang kakak. Tapi itu sangat wajar karena Mason merupakan jantan.      

Dengan penampilan sangat kokoh, bertubuh seluruhnya hitam dan sulur-sulur harimaunya merah termasuk surainya, itu menambah kegagahan Mason.      

"Hei, Kak! Jangan ke daerah sana! Bukankah di sana berbahaya?" Mason memperingatkan Jaida yang berlari penuh semangat ke sebuah tebing. Mereka sudah sangat jauh dari pondok.      

Jaida sudah akan memperlambat kecepatan larinya ketika Vargana berseru, "Tidak apa-apa, Jaida! Kita pasti akan baik-baik saja! Percaya diri, oke!"      

Jaida pun mengangguk setuju dan terus berlari. Mereka sangat bersemangat menjelajah daerah baru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.