Devil's Fruit (21+)

Apakah Dia Mengira Dirinya Sangat Hebat?



Apakah Dia Mengira Dirinya Sangat Hebat?

3Fruit 1128: Apakah Dia Mengira Dirinya Sangat Hebat?     
2

Vargana sangat percaya diri bahwa alam Cosmo milik bibinya itu bukanlah alam berbahaya meski luas. Dia meyakini itu.      

Jika alam Cosmo menyimpan bahaya, maka tentunya kehidupan di pondok dan di koloni kingkong tubuh besi tidak akan tentram, ya kan? Karena pemikiran itulah Vargana merasa tenang saja selama dia menjelajahi Cosmo sejak datang ke situ.      

Derap langkah Jaida terus mantap menapak rerumputan dan berganti dengan tanah keras. Secara perlahan, rerumputan mulai menghilang dan hanya ada daerah bertanah tandus.      

"Hei, daerah apa ini, yah?" Jaida mau tak mau menghentikan larinya karena telapak kakinya menapak tanah yang sangat keras dan itu membuat kakinya tidak nyaman.     

Vargana melihat sekelilingnya dan bergumam, "Apakah ini belum pernah kita datangi?"     

Jaida menjawab, "Sepertinya belum pernah, Va. Bagaimana? Apakah kau gentar?"     

"Ha ha ha! Tentu tidak! Bagaimana mungkin aku bisa gentar? Ayo lanjutkan, Jaida!" Vargana menyuntikkan semangat pada tunggangannya.      

Jaida ikut terpengaruh rasa percaya diri dan semangat dari Vargana dan mulai berlari lagi.      

Sedangkan Mason di belakangnya berusaha memperingatkan tapi akhirnya dia mendesah, "Hghh ... padahal ayah dan ibu sudah memperingatkan kami untuk tidak mendatangi tempat aneh. Dan ini menurutku aneh."     

Pangeran Abvru di punggung Mason pun berkata, "Apa kau juga merasakan keanehan tempat ini?" Dia menatap alam sekitarnya, tidak ada warna hijau sama sekali, menandakan tiadanya vegetasi apapun.      

"Lihat, yang ada hanya tanaman-tanaman layu dan kering di sini." Mason berjalan sambil kepalanya menoleh ke kiri dan kanan, memperhatikan sekelilingnya.      

Seperti yang dikatakan oleh Mason, alam itu begitu tandus dan gersang dengan tidak adanya satupun vegetasi hijau.      

Kalaupun ada rerumputan, itu adalah jenis rumput coklat gersang yang kering dan tajam.      

"Entah kenapa, aku merasakan firasat tidak enak di sini." Mason menajamkan penglihatannya.      

"Kalau begitu, kita kejar dulu mereka dan bujuk untuk keluar dari sini." Pangeran Abvru menepuk leher Mason.      

Tidak ada pilihan lain, ya kan? Mason menghela napas dan berkata sambil mulai berlari, "Dasar perempuan, mereka kadang tidak berpikir memakai otak."     

"Ha ha ha, jangan mengeluh!" tawa sang pangeran Incubus.      

Keduanya mulai bergerak mengejar Vargana dan Jaida.     

Tapi, setelah Mason berlari lama, mereka tidak juga bertemu dengan yang di depan, bahkan tidak melihat ujung ekor Jaida.      

Akhirnya, Mason berhenti karena dia merasa dia hanya berputar-putar saja di area yang sama. Itu karena sekitar mereka hanya berwarna coklat dan gersang saja tanpa ada penanda khusus yang membedakan.      

"Va! Vargana!" seru keras Pangeran Abvru yang juga menyadari kehilangan calon istrinya.      

"Rrooaarrrgghh!" Mason mengaum sekeras dia mampu untuk memanggil saudarinya.      

Tapi tidak ada jawaban dari manapun, bahkan bisikan dari yang dipanggil pun tidak ada. Benar-benar senyap seolah hanya ada dua orang itu saja sejak awal.      

Ini cukup mencurigakan bagi Mason dan sang pangeran.      

Menyadari tidak ada tanggapan sama sekali dari calon istrinya, membuat Pangeran Abvru khawatir. Dia lekas melonjak ke angkasa dan mengamati dari atas.      

Tidak ada siapapun selain dia dan Mason!     

Benar-benar tidak ada siapapun selain dua pejantan itu. Ini seolah hanya mereka saja yang mendatangi tempat itu. Sungguh aneh!     

Pangeran Abvru kembali ke punggung Mason dan mengatakan apa yang sudah dia lihat sepanjang radius sekian kilometer di sekitar mereka.      

"Tidak ada?!" Mason berteriak heran. "Bukankah jarak kita dengan mereka tidak terlalu jauh?"     

"Sudah, ayo kita tetap cari mereka. Kau masih mampu berlari, kan?" Pangeran Abvru mengelus leher Mason untuk memberikan semangat. Entah apakah singa suka dielus di bagian itu, yang pasti kuda suka.     

Singa tak jauh berbeda dari kuda, kan? Pikiran Pangeran Abvru begitu sederhana.      

Mason tidak menanggapi apapun selain dengan tindakan. Dia berlari ke sebuah arah sesuai dengan insting hewani dia.      

Karena tidak sabar, Pangeran Abvru pun melonjak lagi ke angkasa untuk memindai sekitarnya agar lebih cepat menemukan Vargana dan Jaida.      

Sayang sekali, itu tidak membuahkan apapun selain hanya tanah gersang dan tandus di sepanjang penglihatan dia.      

"Kemana sebenarnya mereka itu?" geram Pangeran Abvru. Ini sangat membingungkan sekaligus membuat cemas dia. "Gadis nakal itu terlalu keras kepala pada nasehat!"      

Tidak ingin terpisah dan itu akan buruk, maka sang pangeran Incubus pun mengikatkan tali energi pada leher Mason dan dia bisa terbang untuk lebih cepat mencari Vargana.      

"Csk!" Mason mau tak mau menerima ikatan tali energi di lehernya. Itu adalah sebuah tali yang transparan dan terbuat dari jalinan energi murni milik Pangeran Abvru, menghubungkan mereka berdua.      

Meski tak nyaman diikat seperti ini, tapi Mason sadar ini adalah cara bagi mereka agar tidak terpisah karena sang pangeran Incubus sedang terbang cepat melebihi kemampuan lari Mason.      

Setelah terbang sepanjang puluhan kilometer, Pangeran Abvru tidak juga menemukan jejak Vargana dan Jaida, seolah dua perempuan tadi tidak pernah mendatangi tempat tersebut.      

Bahkan jejak kaki Jaida pun tidak ada.     

Kalau sudah begitu, bagaimana cara melacaknya? Pangeran Abvru kehabisan akal. Meski sudah terbang berpuluh kilometer dan bahkan berteriak memanggil calon istrinya, tidak ada satupun sahutan untuk teriakannya.      

Hal ini makin membuat Pangeran Abvru makin cemas.      

Lalu, dia teringat dia sudah diberikan anting komunikasi oleh Andrea sebagai tanda penerimaan di tim Blanche. Ia merasa tolol tidak menggunakan itu sejak awal.      

Maka, tangannya segera menekan anting di telinga kanan dia sambil memanggil Vargana. Dia sudah paham cara kerja anting itu, cukup fokus membayangkan orang yang ingin kita hubungi, maka akan tersambung asalkan orang di seberang juga memakai anting komunikasi.      

"Va? Vava? Oi, Vargana?!" Pangeran Abvru terus memanggil calon istrinya menggunakan anting komunikasi. Dia berhenti di udara dan Mason akhirnya berhasil mengejarnya melalui tali energi.      

"Bagaimana? Ada tanggapan? Ada jejak?" tanya Mason. Tapi menilik dari raut wajah suram sang pangeran, dia langsung mengetahui jawabannya. "Ayo kita laporkan pada Nyonya Andrea dan yang lainnya."     

Mason tidak tahu harus bagaimana selain hanya berpikir mereka berdua harus lekas kembali ke pondok untuk melaporkan hilangnya Vargana dan Jaida. Mungkin dengan lebih banyak orang ikut membantu mencari, akan lebih cepat menemukan kedua yang hilang.      

"Tidak!" Pangeran Abvru menolak usul Mason. "Ini tidak perlu sampai di telinga mereka. Kita cari dulu sampai petang nanti. Ayo!" Tanpa mengatakan apa-apa lagi, si pangeran Incubus segera melesat terbang ke arah lain sambil terus menggunakan anting komunikasi untuk mengubungi Vargana.     

Sedangkan Mason, meski dia kesal karena Pangeran Abvru menolak sarannya, dia tetap kembali berlari mengikuti arah terbang si pangeran sambil mengaum keras untuk memanggil saudarinya. 'Kenapa dia harus bersikeras mencari mereka sendiri? Apakah dia mengira dirinya sangat hebat? Lihat, sampai sekarang saja dia tidak menemukan apa-apa, lalu apa salahnya meminta bantuan yang lain?' keluhnya dalam hati.      

"Vru ...." Terdengar lirih sebuah suara di telinga Pangeran Abvru. Tapi itu juga dibarengi bunyi distorsi dan 'kresek-kresek' seperti kaset rusak.     

"Vargana!" teriak Pangeran Abvru begitu senang mendapatkan tanggapan di anting komunikasinya.     

"Vru ... to ... long ...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.