Devil's Fruit (21+)

Kita Harus Melakukan Sesuai Dengan Kodrat Kita



Kita Harus Melakukan Sesuai Dengan Kodrat Kita

0Fruit 1130: Kita Harus Melakukan Sesuai Dengan Kodrat Kita     
3

Kini, Pangeran Abvru telah bersiap untuk menyibak tembok tanah kering di depannya karena diyakini di balik tembok itu ada Mason dan semoga saja Jaida juga bersamanya.      

"Mason, aku akan mulai! Grrhhh!" Dengan geraman panjang, Pangeran Abvru mulai gerakkan dua tangan untuk menyingkirkan tanah di depannya. "Aaarrrgggghhh!" Ia meraung keras.      

Namun, anehnya, tanah hanya bisa tersibak sedikit saja, mungkin hanya setengah meter di depannya dan kehadiran dua liger tidak tampak, yang menandakan mereka terpisah cukup jauh.      

"Hghh! Tidak bisa. Tanah sialan ini sangat keras! Brengsek!" Pangeran Abvru memukulkan tangannya ke dinding tanah yang tidak berhasil dia singkirkan demi mencapai tempat Mason berada.      

Vargana yang masih terlihat lemah, jadi makin lemah. Ia bertambah merasa khawatir akan keadaan Jaida. "Bagaimana ini? Aku cemas ama Jaida. Aku harus temukan Jaida!"      

"Iya, aku tahu kau cemas padanya, tapi mau bagaimana lagi? Aku hanya bisa mengetahui bahwa Mason di ujung sana masih hidup walau tak bisa berkomunikasi dengannya." Sang pangeran Incubus tak bisa apa-apa.      

"Akh!" Vargana berteriak keras. Dia teringat akan sesuatu. "Ya ampun, kenapa aku jadi tolol begini?"      

Tanpa memerdulikan raut heran calon suaminya, gadis itu mulai menenangkan diri dan memejamkan mata, berkonsentrasi.      

Melalui alam pikirannya, dia mencoba terhubung dengan Jaida. Mereka adalah pasangan terkontrak, maka wajar saja jika bisa saling menghubungi.      

Saat mata Vargana kembali terbuka, dia berseru, "Jaida lagi bareng ama Mason!" Wajahnya terlihat senang.      

Dari itu saja Pangeran Abvru paham kalau kedua liger itu masih hidup meski terpisah dinding tanah.      

"Katakan pada Mason untuk mendekatkan lehernya yang memiliki benang energi aku ke leher Jaida." Pangeran Abvru berkata ke Vargana.      

Gadis di dekatnya mengangguk dan meneruskan ucapan calon suaminya ke alam pikiran Jaida. Telepati antara mereka bisa muncul berkat jalinan kontrak antar keduanya.      

Vargana sangat bersyukur sebelumnya dia sudah mengadakan ikatan kontrak dengan Jaida. Jika belum, entah apa yang akan terjadi nantinya jika mereka terpisah begini.      

Mason melakukan apa yang dikatakan Jaida dari majikan kontraknya. Ia segera mendekatkan lehernya ke leher saudarinya.      

Setelah pergelangan Pangeran Abvru merasakan kedut tarikan dari ujung satunya, dia tahu itu merupakan sinyal dari Mason bahwa liger jantan itu sudah siap.      

Segera, sang pangeran pun memanjangkan kaitan benang energi pada leher Mason hingga ujungnya mulai terkait dan melingkari leher Jaida. Dengan begitu, kedua liger sudah tersambung dengan benang tersebut.      

Meski tidak berhasil menghancurkan dinding tanah yang memisahkan mereka, setidaknya masih lebih baik karena mereka kini sama-sama tersambung dengan benang energi si pangeran Incubus. Solusi lebih jauh akan dipikirkan nantinya.      

"Va, tanyakan bagaimana keadaan mereka di sana. Apakah dalam bahaya?" Pangeran Abvru bertanya dan bersiap-siap jika memang dua liger dalam bahaya, maka dia akan benar-benar kerahkan tenaga besar untuk menyingkirkan tembok tanah itu.      

Vargana mengangguk dan memejamkan mata lagi, lalu ketika membukanya, dia berkata, "Mereka bilang, mereka baik-baik saja, hanya merasa lemas seakan tenaga mereka habis."      

"Begitukah? Hm, oke." Pangeran Abvru tidak jadi bersiap-siap untuk menghancurkan tembok tanah itu.      

"Tapi, Vru, apa kamu nggak merasa kalau tenagamu juga mulai habis?" Vargana bertanya dan wajahnya kini mulai menunjukkan warna pucat.      

Pangeran Abvru pun mulai menyadari ini. "Astaga! Va! Kau pucat! Apakah kau ...." Ia bingung.      

"Tenagaku seperti sedang dihisap, sejak terkubur tadi." Vargana tersenyum lemah dengan bibir mulai memucat.      

Mendadak, sang pangeran pun cemas luar biasa. Ia jadi bisa menyimpulkan sesuatu. "Sialan! Tanah ini sepertinya memiliki kemampuan untuk menyerap hawa kehidupan makhluk manapun yang masuk ke dia! Pantas saja tak ada makhluk hidup di daerah ini!" Memukulkan tangan ke tanah di bawahnya, Pangeran Abvru jadi geram.      

Merenungkan cepat ucapan calon suaminya, Vargana mau tak mau setuju dengan kesimpulan yang didapatkan Pangeran Abvru. "Sepertinya ... begitu." Ia tersenyum kecut. "Vru ... aku makin lemas. Apakah aku akan mati jadi pupuk tanah ini?"     

"Tidak! Kau tak boleh mati! Enak saja calon istriku jadi pupuk! Akan aku obrak-abrik daerah ini kalau berani melukaimu!" Pangeran Abvru mengetatkan geraham karena marah.      

"Kenapa kamu kayaknya nggak terpengaruh ama tanah ini, Vru?" Vargana agak heran mengenai itu. "Ohh tidak, Mason dan Jaida mulai lemas seperti aku."     

Pangeran Abvru merenungkan perkataan Vargana. Ya, kenapa dia sepertinya tidak terpengaruh akan daya hisap kehidupan dari tanah ini? Padahal jika diingat-ingat, bukankah dia sudah mengeluarkan kekuatan besar sebanyak 3 kali sejak tadi?      

"Aku tak tahu kenapa aku tak bisa terpengaruh dengan tanah ini. Lalu, bagaimana denganmu, Va?" Pangeran Abvru kesal karena tidak memiliki stok buah energi roh di cincin ruang dia.      

"Aku masih ada ini ...." Vargana mengeluarkan buah energi roh dan memakannya. Segera, kekuatannya mulai beranjak naik dan bibirnya kembali memiliki warna. "Tapi ... aku cuma bawa sedikit, belum sempat isi stok lagi. Hghh! Mana aku tau kalau bakalan terjebak di sini?" Ia terus mengunyah buah itu.      

Dan setelah sekian menit, dia merasakan tubuhnya kembali lemas. "Sialan! Tanah ini terlalu cepat mengeringkan energi yang baru saja terisi!" umpatnya kesal.      

Pangeran Abvru menjadi panik. Vargana mengungkapkan bahwa dia hanya membawa sekitar 5 buah energi roh saja. Padahal, memakan 1 buah itu saja sudah bisa mengembalikan seluruh kekuatan, tapi tidak dinyana, tanah sialan di sini begitu rakus menyerap daya hidup makhluk apapun.      

"Oh no, Vru! Jaidan hampir pingsan! Bagaimana ini?!" Vargana berteriak cemas. Selain itu, dia juga mulai pucat lagi. Segera dia ambil buah energi roh dan mengunyahnya agar tidak mati lemas.      

Calon suami Vargana memandangi gadis itu dengan tatapan penuh makna. Gadis itu menyadari tatapannya dan mengerutkan kening, tak nyaman dengan pandangan lekat Pangeran Abvru. "Kenapa kamu mandang aku kayak gitu, sih Vru?!" tanyanya menggunakan nada gusar.      

"Va ...."     

"Apa?"     

"Berhenti makan buah itu dulu. Jangan buang-buang sumber energi itu."     

"Hah? Kok?"     

"Percaya padaku."     

"Maksudmu, Vru?"     

"Kamu percaya padaku?"     

"Jelasin dulu soal apa ini? Aku harus makan buah roh biar aku bisa bantu kamu hancurkan tanah di belakangmu."     

"Va, aku punya cara yang mungkin aja bisa cepat menyelamatkan kalian dari mati lemas."     

Vargana memandang tanpa berkedip ke calon suaminya. Firasatnya tak enak. "Try me."     

"Katakan dulu, kau percaya padaku atau tidak," desak Pangeran Abvru.      

"Vru! Jaida udah kritis! Jangan main-main, kenapa?" lengking Vargana sambil melotot kesal.      

"Jawab dulu, Vargana!" Pangeran Abvru tidak kalah berteriak.      

Kembali, Vargana menemukan wajah serius dari calon suaminya. Ia pun terdiam beberapa detik sebelum akhirnya menyahut, "Oke, aku percaya padamu. Asalkan Jaida dan Mason selamat, aku akan percaya padamu."     

"Oke, Va ... kamu tahu kan kita ini iblis jenis apa?"     

Pertanyaan Pangeran Abvru membuat Vargana bergidik. Dia berusaha menepis apa yang sedang mampir di otaknya.      

"Va, kita butuh energi lust untuk mendapatkan kekuatan." Pangeran Abvru tidak menunggu Vargana menjawab. "Aku bisa menyalurkan energi itu ke benang energi untuk diserap Mason dan Jaida, semoga bisa, dan aku juga harus memberikanmu energi itu. Hanya, aku mungkin akan kehabisan tenaga juga nantinya, maka dari itu, aku juga butuh energi darimu nantinya. Kita harus melakukan sesuai dengan kodrat kita."     

Vargana melongo. Kodrat mereka? Maksudnya ... kodrat iblis Lust yang mendapatkan energi dari kemesuman dan juga hubungan seksual?     

Vargana menelan ludah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.