Devil's Fruit (21+)

Tidak Perlu Merasa Asing Lagi



Tidak Perlu Merasa Asing Lagi

3Fruit 1131: Tidak Perlu Merasa Asing Lagi     2

Vargana melongo mendengar penjelasan tersirat dari Pangeran Abvru. Apakah calon suaminya itu berusaha mengatakan bahwa solusi agar mereka tidak mati lemas karena terhisap daya hidup oleh tanah ini dengan cara ... melakukan hubungan seksual?     

Gelengan kepala Vargana secara otomatis muncul sambil dia masih melongo bingung.      

"Va! Ini demi hidup kita semua di sini!" seru Pangeran Abvru.      

"To-tolong Jaida dan Mason dulu." Vargana mendadak linglung dan mengalihkan pandangannya ke arah lain selain calon suaminya.      

"Oke, aku akan coba alirkan energi bangsa kita ke mereka, semoga saja itu bisa cocok dan membantu mereka. Tapi kalau tidak bisa, maka satu-satunya jalan adalah aku memberikanmu energi lust dan kita bersama-sama menggempur dinding di belakangku." Pangeran Abvru menjelaskan dengan baik ke calon istrinya.      

"O-ohh, um, ya ...." Vargana masih tak tahu harus menanggapi secara bagaimana dengan usul darurat dari calon suaminya.      

"Aku katakan padamu, cara menolong kedua liger itu adalah dengan memasukkan ujung benang energiku ke alat kelamin mereka secara bergantian. Katakan itu pada Jaida dan Mason agar mereka bersiap-siap," jelas sang pangeran Incubus.      

"Hah? Ohh, ya ...." Vargana tidak memiliki pilihan lain dan mengatakan semua dari Pangeran Abvru ke Jaida.      

Di balik tembok lainnya, Jaida menjerit. "A-apa?!"      

"Kenapa, Kak?" tanya Mason pada saudarinya. Jaida pun menjelaskan apa yang baru saja dikatakan oleh Vargana. "Demi kelangsungan hidup kita, tidak ada salahnya dicoba, ya kan?"     

"Tapi ... kan ...." Jaida yang sudah sekarat, terkulai lemah di tanah, menghela napasnya.      

"Kak! Jangan berpikir macam-macam! Bukan berarti si pangeran itu menyetubuhimu, kan? Dia hanya menyalurkan melalui benang energi saja! Ayolah, Kak! Setujui! Apa kau tidak kasihan kalau Nona Vargana akan sedih jika kehilanganmu? Apa kau tidak khawatir kalau nanti Nona Vargana dimarahi ayah dan ibu dan juga Putri Andrea?" bujuk Mason penuh semangat.      

Jaida tidak memiliki pilihan lain. Ia pun mengangguk dan menyampaikan itu melalui telepati khusus dia pada Vargana. Kemudian, dia menutup matanya, mempersiapkan diri.      

Tak berapa lama, ujung benang yang membelit leher Jaida mulai bergerak memanjang dan terus memanjang sampai akhirnya mencapai ke liang kelamin dia.      

"Ergh!" Jaida terpekik kaget ketika ujung halus benang itu mulai memasuki liangnya. Ia memejamkan mata erat-erat ketika sesuatu mengalir di dalam sana. "Hrrhh ...." Ia menggeram lirih sambil menahan sensasi itu.      

Setelah sekian menit berlalu, akhirnya ujung benang itu mulai keluar dari liangnya dan Jaida berkata pada Mason, "Sekarang giliranmu. Kau harus diam dan rileks."      

Mason lupa bahwa dia juga harus melakukan prosesi seperti kakaknya. Tapi ... pastinya berbeda, kan? Mendadak, dia ingin meraung menolak tapi tidak mungkin, kan? Ujung mata Mason menangkap seringaian dari kakaknya.      

Namun, Mason tidak sempat berkata apapun ketika ujung benang energi tadi sudah menjulur ke arah selangkangan dia dan menusuk ke dalam lorong spesial dia. "Graaghh!" Ia meraung karena kaget.      

Jaida tak bisa menyembunyikan tawanya dan melepas begitu saja. "Wa ha ha ha ha! Rasakan! Hei, Dik! Jangan berpikir macam-macam! Bukan berarti si pangeran itu menyetubuhimu, kan? Dia hanya menyalurkan melalui benang energi saja! Ayolah, Dik! Setujui! Apa kau tidak kasihan kalau Nona Vargana akan sedih jika kehilanganmu? Apa kau tidak khawatir kalau nanti Nona Vargana dimarahi ayah dan ibu dan juga Putri Andrea?"      

Sembari merasakan adanya aliran energi di ujung batang jantannya dan itu sangat tidak nyaman rasanya, Mason hanya bisa menggigit bibirnya karena sang kakak sedang mengejek dia, mengembalikan ucapannya ke dirinya sendiri.     

Betapa menyebalkannya itu?     

Setelah sekian menit, maka ujung benang itu pun keluar dari ujung lorong jantan milik Mason. Ini mengingatkan akan proses kateterisasi urin, tapi bedanya, jika kateter dimasukkan ke dalam lubang spesial (saluran uretra) untuk membantu mengeluarkan yang di dalam, tapi benang energi Pangeran Abvru membantu memasukkan yang dari luar ke dalam.      

Keluarnya benang energi dari saluran uretra Mason, membuat liger itu menghembuskan napas keras-keras seolah dia terlepas dari beban yang sangat berat. Saudarinya menertawakan dia.      

Di bagian lain tembok, Pangeran Abvru tersenyum pada Vargana dan berkata, "Sepertinya mereka bisa menerima tranfusi energi dengan cara itu. Kini mereka memiliki asupan energi untuk bertahan hidup."     

Vargana menatap calon suaminya. Ada kecemasan yang mendadak melingkupi perasaannya.      

"Va, sekarang giliranmu mendapatkan energi." Sang pangeran Incubus mengingatkan Vargana.      

"Um, bisakah aku juga pakai cara tadi? Pakai benang energi aja untuk masukkan energimu." Vargana mencoba bernegosiasi.      

Kepala calon suaminya menggeleng. Katanya, "Va, aku butuh memberikan tenaga besar padamu agar kita bisa bersama-sama menghancurkan dinding sialan ini. Kalau hanya dari benang energi, itu terlalu kecil dan kita bisa kehabisan waktu."     

Ohh, sialan! Vargana mengumpat dalam hati. Apakah calon suaminya sengaja berkata begitu? Coba dia lihat dulu, adakah binar muslihat di mata Pangeran Abvru? Jika ada, sungguh, dia takkan segan-segan memukul keras-keras ke pangeran cabul itu!      

Nyatanya ... tidak ada.      

Yang ada di mata sang pangeran Incubus itu justru binar kecemasan dia saat menatap Vargana. Jadi, memang harus seperti itu, yah?      

Vargana bimbang. Tapi dia harus lekas mengumpulkan keberaniannya demi bisa membantu Pangeran Abvru untuk mengeluarkan mereka berempat dari tanah terkutuk itu.      

"Oke, ayo lakukan demi Jaida dan Mason." Vargana seperti berbisik lemah mengatakan itu. Ya, iya bersedia melakukannya untuk kedua liger, bukan untuk alasan lainnya. Calon suaminya musti tahu itu, batinnya keras kepala.      

Pangeran Abvru ingin langsung melahap Vargana saking gemasnya. Dalam keadaan darurat begini, gadis itu masih bertingkah penuh alasan? "Hm, kemarilah lebih mendekatkan tubuhmu padaku. Ini bukan hal asing untuk kita, kan?"      

Ucapan dari Pangeran Abvru mengartikan bahwa Vargana tidak boleh lupa bahwa mereka sudah biasa melakukan hal intim itu di alam mimpi, maka tidak ada alasan bagi gadis itu untuk bertindak tak tahu apa-apa.      

Diam sambil mengulum kuat bibirnya, Vargana beringsut mendekat ke pria itu.      

Mengetahui bahwa Vargana pasti sedang malu berat, Pangeran Abvru berbaik hati untuk melakukan inisiatif terlebih dahulu.      

"Aku akan berusaha tidak kasar untuk hal pertama kalimu ini." Tangannya meraih pinggang Vargana, mengelus-elus di sana dan merebahkan sang tunangan di sisinya sementara dia setengah rebah bertumpu satu siku menghadap ke samping.      

Vargana gugup dan berdebar kencang. Tubuhnya gemetaran kecil ketika tangan calon suaminya mulai membelai wajah dan kemudian mendekatkan wajah mereka.      

"Ummchh ...." Sang pangeran Incubus mencium lembut bibir Vargana, membuai gadis itu dalam cumbuan nyaman sembari satu tangan bebasnya merayap ke leher dan bermuara pada payudara kenyal sang calon istri.      

Seperti yang dikatakan oleh calon suaminya, bahwa ini hanyalah hal yang sudah biasa mereka lakukan di alam mimpi, maka tentunya Vargana tidak perlu merasa asing lagi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.