Devil's Fruit (21+)

Tambahkan Energi Padaku!



Tambahkan Energi Padaku!

2Fruit 1133: Tambahkan Energi Padaku!     4

Vargana tidak mengira bahwa misi penyelamatan pada Jaida dan Mason dengan mempertaruhkan kesuciannya bisa berlangsung selama hampir dua jam.      

Sepertinya gadis itu malah terhanyut dengan cara halus Pangeran Abvru memperlakukan dia sehingga dia mulai merasa bisa beradaptasi dengan segala rasa yang ditimbulkan dari ini.      

Ketika sang pangeran hendak melanjutkan ke babak berikutnya (lagi), Vargana tersadar dan membangunkan dirinya sendiri dari buaian yang sangat nyaman itu dan menepuk keras pipi calon suaminya, mengingatkan lelaki itu, "Hei! Kupikir sudah cukup, ya kan?"      

Tidak bisa digambarkan seberapa merahnya wajah Vargana saat ini. Sungguh tidak diduga dia bisa begitu lama terbuai dengan permainan Pangeran Abvru.      

Tertawa canggung karena ketahuan, Pangeran Abvru pun terpaksa menyudahi aksi nakalnya, meski padahal dia masih ingin beberapa kali lagi. Tapi untuk menghindarkan kecurigaan Vargana, dia perlu menahan diri sedikit.      

Pangeran Abvru mengangguk dan berkata, "Ya, ayo kita coba kalau begitu." Ia mengembalikan baju Vargana agar gadis itu merasa nyaman.      

Lalu, dengan tempat sangat sempit tersebut, kedua sejoli mulai bersiap-siap untuk mendobrak tembok tanah di belakang mereka. Vargana sudah memberitahu Jaida melalui telepati mereka bahwa dia dan Pangeran Abvru hendak meruntuhkan tembok pemisah mereka.      

"Nona dan Pangeran hendak menghancurkan dinding di depanmu. Kita harus mundur sedikit." Jaida mengatakannya pada sang adik. Keduanya segera beringsut tanpa bisa berdiri tegak di kaki mereka dikarenakan sempitnya ruangan itu.      

Di bagian lainnya, Pangeran Abvru dan Vargana mulai mempersiapkan diri, mengumpulkan tenaga terbaik mereka pada kedua tangan masing-masing.      

Lalu, dengan sebuah dorongan kuat bersama-sama, empat telapak tangan menyerang tembok tanah gersang tersebut.      

Bunyi gemuruh segera terdengar di depan mereka tapi masih belum cukup untuk meruntuhkannya. Ini membuat Pangeran Abvru semakin menggila mengeluarkan tenaganya, dan Vargana mengikuti.      

Dengan sebuah tinju kuat, Vargana membantu meruntuhkan dinding pemisah itu.      

Sekali lagi, bunyi gemuruh terdengar membuat nyali ciut, namun mereka terus membesarkan tekad, melalukan yang terbaik pada tembok itu.     

Tak berapa lama kemudian, muncul retakan di area yang diserang oleh kekuatan Pangeran Abvru dan juga tinju kuat Vargana.      

Mengetahui usahanya mulai membuahkan hasil, kedua keturunan iblis itu semakin menggila membombandir lapisan tembok itu terus dan terus sampai akhirnya ....     

Dhuarr!     

Dengan bunyi tersebut, maka hancurlah tembok pemisah tersebut. Kini, tampak bayangan kedua liger di depan mata Vargana.      

"Jaida! Mason!" teriak Vargana ketika dia merangkak cepat menggapai kedua liger yang agak tertutup kepingan tanah hasil dari serangan dia dan Pangeran Abvru.      

"Nona!" Jaida membuka matanya dan menggoyangkan kepala agar tanah di wajahnya bisa tersingkirkan. Ia merasa suka cita ketika melihat sang majikan sudah berada di depannya.      

Vargana memeluk sambil terharu ke Jaida. Sementara itu, Pangeran Abvru merangkak di belakang si gadis dan menatap Mason yang diam terduduk.      

"Kalau kalian lebih keras lagi menghantam dinding itu, bisa jadi kami ikut hancur." Mason mengatakan tanpa ragu.      

Kekehan dari Pangeran Abvru muncul ketika dia juga berkata, "He he he, yah itu hanya bisa menjadi nasibmu jika memang terjadi demikian."     

Vargana yang mendengar ucapan Mason, segera saja mengalihkan perhatian ke liger jantan itu disertai wajah khawatir. "Mason, apa kamu terluka? Apa kami melukaimu?" Ia buru-buru memeriksa tubuh putra Sabrina itu.      

"Tsk! Bukankah sudah aku katakan kalau kalian lebih keras lagi. Jadi kalau tidak, yah tidak." Mason bersungut-sungut. Sepertinya dia sempat ketakutan ketika dinding sedang diserang membabi buta tadi. Jika memang serangan itu begitu kuat, bisa berlari kemana dia dan saudarinya, sementara ruangan itu begitu sempit.     

"Maaf, Mason. Maaf sudah bikin kamu khawatir ...." Vargana memeluk Mason yang masih sebal.      

Jaida menepuk kepala adiknya menggunakan kaki depan. "Jangan mengeluh! Memangnya kau begitu lemah hingga harus meributkan mengenai itu? Sudah untung kita masih bisa bernapas dan dibantu oleh Nona dan juga Pangeran."     

Mason mendengus dan tidak mengatakan apa-apa lagi.      

"Sekarang, kita sudah bisa berkumpul begini, lalu bagaimana?" Vargana menoleh ke calon suaminya, berharap agar Pangeran Abvru memiliki solusi berikutnya.      

Mimik wajah Pangeran Abvru terlihat serius dan kemudian dia berkata, "Hm, karena kini sekarang kita sudah berkumpul begini, aku rasa akan lebih mudah untukku mengatur beberapa hal bagi kita."      

"Apa kau memiliki pengaturan supaya kita bisa kembali naik ke atas?" tanya Vargana penuh harap. Dia tidak ingin berlama-lama di dalam tanah yang begitu cepat menghabiskan energi dia.      

"Apa kau sungguh tidak bisa mencapai dunia luar menggunakan antingmu itu?" Pangeran Abvru melirik ke anting komunikasi di telinga Vargana.     

"Sebentar, aku akan coba." Vargana lekas berkonsentrasi dan berusaha membuat koneksi dengan rekan tim di luar sana. Tapi, mencoba beberapa kali pun itu sangat sulit. Ia menggeleng lemah karena kecewa akan hasilnya.      

"Apa mungkin tanah ini juga memiliki penghambat sinyal?" tanya Jaida setelah memikirkannya.      

"Sepertinya begitu." Vargana menjawab dengan suara lesu. "Inilah kenapa aku saat itu bisa menghubungi kamu, Vru, karena kamu saat itu berada di atasku."      

Ingatan Pangeran Abvru segera kembali pada kejadian beberapa jam lalu saat dia terus mencari Vargana menggunakan anting komunikasi dia dan akhirnya tersambung karena Vargana terpendam di bawahnya. "Hm, sepertinya memang begitu. Tanah ini sangat jahat."     

"Lalu, apa kita hanya akan menunggu mati di sini begitu saja?" Mason mendengus.      

"Tentu saja tidak." Pangeran Abvru menepuk kepala Mason sambil menyeringai. "Bukankah tadi aku sudah katakan bahwa dengan berkumpulnya kita akan membuat aku lebih mudah melakukan beberapa pengaturan? Milikilah rasa optimis, bocah."     

Sekali lagi Mason mendengus karena dianggap bocah. Yah, tapi memang kenyataannya demikian, kan? Jika dibandingkan usia dia dengan Pangeran Abvru, bukankah jaraknya sangat jauh?     

"Sudah, sudah, mendingan buruan deh Vru, buat pengaturan kamu itu. Buruan! Sebelum tanah ini menyerap habis energi kita sekarang." Vargana memperingatkan karena memang tanah ini begitu rakus akan energi kehidupan.      

"Jangan banyak omong atau akan aku pukul kau!" Jaida mengancam adiknya yang dianggap hanya bisa mengucapkan kalimat tak penting saja. Mason pun tertunduk diam.     

Pangeran Abvru tertawa kecil sebelum akhirnya dia mulai menyelubungi mereka berempat dalam balutan kristal putih yang semakin lama semakin besar dan mulai berbentuk persegi seperti peti panjang.      

Vargana dan yang lainnya diam menunggu aksi Pangeran Abvru selanjutnya.      

Ternyata peti kristal itu terus membesar dan hasilnya ... itu menekan tanah yang menghimpit mereka. Mereka akui, kristal Pangeran Abvru sangat kokoh sehingga bisa terus menekan ke atas tanah sebagai upaya membesar.      

"Hrrmmgghh ...!" Pangeran Abvru terus menyalurkan energinya kepada kristal dia, melawan daya tekan dari tanah yang ingin terus menghimpit mereka. "Va-Vargana!  Tambahkan energi padaku! Cepat!"     

Vargana linglung, bengong tanpa mengetahui dia harus melakukan apa. "Hah?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.