Devil's Fruit (21+)

Berteriaklah Jika Ingin Berteriak



Berteriaklah Jika Ingin Berteriak

0Fruit 1134: Berteriaklah Jika Ingin Berteriak     
3

"Hrrmmgghh ...!" Pangeran Abvru terus menyalurkan energinya kepada kristal dia, melawan daya tekan dari tanah yang ingin terus menghimpit mereka. "Va-Vargana!  Tambahkan energi padaku! Cepat!"     

Vargana linglung, bengong tanpa mengetahui dia harus melakukan apa. "Hah?!" Gadis itu benar-benar tidak memiliki pemikiran apapun sesuai dengan yang diharapkan calon suaminya.      

"Cepat! Beri aku kekuatan lust!" teriak Pangeran Abvru tak sabar. Wajahnya sudah merah dan putih saking kerasnya menyalurkan energi elemen ke kristalnya.     

Kedua tangan Pangeran Abvru diangkat tinggi menopang langit-langit kristalnya agar tanah jahat tidak berhasil menekan perkembangan kristal tersebut.      

"Caranya gimana!" seru Vargana saking tak pahamnya.      

"Buka celanaku dan lakukan yang benar!" Pangeran Abvru secara cepat memberikan penjelasan dengan bahasa tersamar.      

Vargana mendelik. Apa-apaan itu! Membuka celana calon suaminya dan ... apa tadi? Melakukan dengan benar? Jangan bilang dia harus ....     

"Ayo, Vava! Mau menunggu sampai kapan, huh?! Cepat! Aku sudah tidak kuat menahan ini! Tanah brengsek!" teriak Pangeran Abvru tak sabar.      

Vargana ragu-ragu, benarkah dia harus melakukannya di sini saat ini juga? Padahal ada Jaida dan Mason! Bagaimana dia bisa dengan enteng melakukan ....     

Jaida menepuk kepala adiknya dan menggunakan isyarat untuk menoleh ke belakang agar tidak perlu membuat Vargana canggung.      

Karena ruang kristal yang diciptakan oleh Pangeran Abvru memungkinkan mereka untuk sedikit leluasa bergerak, maka kedua liger pun mulai membelakangi dua sejoli itu.      

Wajah Vargana makin merah padam tak karuan melihat kedua liger seolah memahami dilema dia.      

"Va!" Teriakan tak sabar keluar lagi dari Pangeran Abvru.      

"I-iya! Sabar!" Setelah yakin kedua liger tidak lagi menghadap ke arah dia dan Pangeran Abvru, maka tangan Vargana mulai melucuti celana calon suaminya dan memandang benda yang menggantung di pangkal paha sang pria.      

Benarkah dia harus ....     

"Va!"     

Hap!      

Mulut Vargana kini telah melahap sebagian batang jantan sang pangeran Incubus yang tak sabar. Hanya sepanjang itu saja mulutnya berhasil mengulumnya dikarenakan panjang di atas rata-rata manusia biasa.      

"Lakukan yang benar sampai aku terangsang, Va! Jangan sampai terkena gigimu, oke! Cepat, sayank ..." Pangeran Abvru kini tidak lagi membentak gadis itu karena dia tahu bahwa ini adalah hal asing untuk Vargana dan gadis itu malu luar biasa melakukan itu.      

Sekali lagi, otak Vargana dipenuhi dengan pemikiran bahwa dia melakukan ini untuk keselamatan mereka, terutama Jaida dan Mason. Dia harus bisa mengeluarkan mereka semua kembali dengan selamat ke pondok.     

Dia harus berhasil mengembalikan Jaida dan Mason ke orang tua mereka!     

Berdasarkan tekad ini, maka Vargana mulai melupakan semua rasa malu dan bimbangnya. Tangannya meraih sisa batang Pangeran Abvru yang tidak bisa muat di mulutnya untuk dipijat dan dikocok.      

Menggunakan insting Succubus dia, Vargana mulai melumat dan memanjakan batang panjang itu hingga sang batang mulai bereaksi, menggeliat perlahan dalam mulut Vargana dan ia pelan-pelan merasakan kekokohan yang terjadi di dalam rongga mulutnya.      

Batang itu telah terangsang dan mulai menegang. Ini tandanya usaha Vargana berhasil.      

Tapi tentu saja ini masih jauh dari cukup bagi Pangeran Abvru. Meski dia terangsang, namun dia masih membutuhkan lebih banyak energi lust yang diasupnya.      

"Emmrhh ... terus, sayank ... iya, iya, seperti itu ... orgghh ... ini nikmat ... hmmrrghh ...." Pangeran Abvru sibuk menggeram menghayati semua tindakan mulut dan tangan Vargana.      

Sementara itu, kedua liger di belakang mereka masih teguh berpaling tanpa berkeinginan melirik ke belakang karena mereka sendiri sangat canggung berada satu ruangan dengan pasangan itu, apalagi mendengar suara-suara erotis dari Pangeran Abvru.      

Sekian lama memanjakan milik sang calon suami, Vargana merasa mulutnya mulai terasa kebas. Meski begitu, pengorbanan dia terlihat dengan semakin berhasilnya kristal Pangeran Abvru bergerak naik ke atas meski itu hanya setapak demi setapak.     

Setidaknya, meski perlahan, asalkan mereka bisa terus merangkak naik ke atas, itu merupakan kemajuan besar. Oleh karenanya, Vargana merasa senang sekaligus tenang.      

Mulut kebas sampai hampir mati rasa pun tidak mengapa asalkan mereka bisa kembali pulang ke pondok dengan selamat, terutama untuk kedua liger itu. Vargana merasa dia bertanggung jawab atas Jaida dan Mason.      

Yang mereka ketahui dari Pangeran Abvru, bahwa sejak mereka berhasil dibungkus dengan kurungan kristal, maka daya hisap dari tanah itu tidak mempan dan tidak bisa menembus masuk ke kristal tersebut.      

Ini menandakan sang pangeran tidak perlu bersusah payah lagi memyalurkan energi dia kepada kedua liger maupun Vargana. Dengan begitu, sejak tadi, benang energi darinya sudah dicabut dari mereka.     

Kini, hanya tinggal berusaha untuk merayap naik dari dalam tanah menggunakan kristal itu. Dan semuanya tergantung dari besarnya energi yang dimiliki sang pangeran untuk membuat kristalnya bisa terus bergerak melawan daya tekan tanah yang begitu besar.     

Oleh karena itu, Pangeran Abvru sangat membutuhkan bantuan energi dari Vargana karena mereka sesama iblis lust, maka mereka setidaknya sudah saling mengerti bagaimana caranya agar bisa terkumpul energi kuat.      

Kemudian, kekuatan Pangeran Abvru terus membesar dan membesar sehingga kristal terus bergerak naik ke atas. Namun, mereka sudah terlalu jauh dari permukaan tanah, maka tidak bisa semudah dan secepat itu bisa merangkak naik ke atas.      

Mereka mungkin berada puluhan kilometer di bawah tanah.      

"Va!" Pangeran Abvru tak sabar dan mencabut miliknya dari mulut Vargana dan mendorong gadis itu untuk kemudian dia meniadakan pakaian mereka berdua dan ia mulai menginginkan metode lebih cepat lainnya dalam pengumpulan energi lust.      

Dengan bercinta. Bersetubuh.      

"Arrnhh!" Vargana memekik ketika dia begitu saja ditindih calon suaminya dan tak berdaya ketika celah sempitnya mulai diterobos batang sang tunangan.      

Sumpah, Vargana super malu karena ada Jaida dan Mason di belakang sana. Kedua liger itu juga tidak kalah canggung dan malunya karena kini mereka mendengar dengan jelas suara-suara erotis di belakang mereka.      

Tak mungkin menoleh, ya kan? Bahkan Jaida tidak memperbolehkan adiknya meski hanya melirik.      

Mengetahui calon istrinya merasa tak nyaman dan malu, maka tak bisa ditunda lagi ketika Pangeran Abvru menciptakan dinding kristal pembatas di antara mereka sehingga kedua liger tidak lagi bisa melihat atau mendengar apapun setelah adanya dinding kristal warna hitam muncul.      

Jaida dan Mason mengetahui keberadaan dinding pembatas itu dan mereka mulai menarik napas lega.      

Namun, di balik dinding kristal hitam itu, ada Vargana yang berjuang bersama Pangeran Abvru mengumpulkan energi lust untuk menjadikan peti kristal mereka bisa lebih cepat merangkak naik dari kedalam tanah.      

"Berteriaklah jika ingin berteriak, sayank, urgh! Hrgh!" Pangeran Abvru berbisik di telinga calon istrinya yang sepertinya masih menahan diri dan menahan suaranya juga. "Dinding kristalku akan menjadi peredam sempurna untukmu."     

Vargana tidak bisa tidak lega mendengar itu dan dia mulai jujur akan apa yang dia rasakan. "Arrnghh! Vruuu! Nnrrhh!" Ia terus dihentak oleh tunangannya.      

Setelah klimaks pertama, Pangeran Abvru tidak melambat dan memberikan babak selanjutnya dengan posisi berbeda. Vargana tidak bisa mengeluh dan mengikuti alur permainan calon suaminya.      

Dia melakukan ini demi keselamatan mereka! Terutama Jaida dan Mason!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.