Devil's Fruit (21+)

Kembali Pulang ke Pondok Cosmo



Kembali Pulang ke Pondok Cosmo

3Fruit 1135: Kembali Pulang ke Pondok Cosmo     1

Setelah saat-saat paling luar biasa namun juga menyebalkan bagi Vargana, akhirnya 'misi' pengorbanan diri untuk penyelamatan bagi Jaida dan Mason pun berakhir.      

Vargana merasakan wajahnya panas karena dia memang sedang merah padam malu. Dia bahkan tidak bisa menatap calon suaminya usai melakukan hal 'itu', ya ... hal 'ITU'. Sesuatu yang sangat ditentang Vargana karena alasan dia belum siap umur.      

Nyatanya, kini dia melakukannya karena terdesak tak tahu harus memakai cara apalagi demi bisa keluar dari tanah terkutuk nan laknat ini. Tanah yang hendak mengubur mereka hidup-hidup sembari menghisap daya kehidupan mereka.      

Selesai mendapatkan apa yang memang sangat diinginkan, Pangeran Abvru tidak bisa menahan senyumnya meski dia khawatir jika terlalu banyak mengumbar senyum, Vargana akan melihat dan mencurigainya.      

"Hapus senyum jelekmu itu!" sergah Vargana ketika dia secara diam-diam melirik ke Pangeran Abvru.      

"Pfftt! Fu hu hu hu ... kenapa, sih? Apa yang salah dengan tersenyum begini?" tantang Pangeran Abvru sambil condongkan dirinya ke sang gadis.      

Vargana mendorong tubuh tunangannya sambil berkata, "Itu menjijikkan! Membuatku mual!" ucapnya dengan nada kesal.      

Bukannya marah, Pangeran Abvru malah membebaskan tawa lepasnya. "Ha ha ha! Mual? Jangan-jangan kau langsung hamil saat ini, sayank."     

Lelaki ini! Pasti dia sengaja menggoda dirinya, iya kan? Vargana merasakan hasratnya untuk memukul kepala calon suaminya saat ini ketika mendengar ucapan sembrono Pangeran Abvru. "Amit-amit! Tidak mau! Siapa memangnya yang mau hamil anakmu! Dia pasti super menyebalkan sepertimu!" Matanya melotot meski wajahnya belum kembali ke warna asal, masih merah padam.      

Membayangkan dia memiliki anak ... Abvru junior ... atau mungkin Vargana junior ... akan selucu apa mereka nantinya? Ugh! Mengkhayalkan itu menjadikan Vargana sangat malu dan menyesal.      

Untung saja Vargana sudah pernah mendengar dari Shona sebelumnya cara-cara agar limpahan cairan pekat dari lawan jenis tidak perlu membuahi sel telurnya. Meski dia sempat kesal pada Shona karena memaparkan sesuatu yang memalukan seperti itu, nyatanya dia nanti harus berterima kasih kepada Shona.      

Saat itu, Shona hanya berbagi tips dan cara saja. "Berjaga-jaga siapa tahu kamu sudah kepingin dengan Pangeran Abvru, Va. Tak ada salahnya kasi kamu info itu, kan?" Begitu dulu Shona mengatakan pada sahabatnya itu sambil berkedip satu mata dan tersenyum lembut.      

Sekarang, apa yang tadinya membuat Vargana kesal karena Shona menguraikannya, itu benar-benar menjadi penolong baginya.      

Kaum Succubi memang memiliki 2 opsi ketika liang intim mereka dipenuhi pasokan cairan dari lawan jenis: yaitu opsi untuk menjadikan itu janin, atau opsi menjadikan itu sebagai asupan energi yang besar.      

Hal itu pula yang pernah diajarkan para pengawal Succubi yang menyertai Andrea setelah dia mengalami kehamilan pertamanya. Karena Andrea memiliki ibu manusia biasa, mana mungkin dia mengetahui seluk beluk mengenai itu? Apakah harus berharap itu diajarkan King Zardakh?     

Meski Vargana sudah merelakan apa yang terjadi baru saja dengan Pangeran Abvru, tetap saja dia merasa buruk, seakan dia sudah mengkhianati idealisme dia sendiri.      

"Va, ayo kita coba!" Pangeran Abvru mengajak Vargana untuk bekerja sama dengannya mendorong ke atas peti kristal tersebut.      

Setelah mendapatkan luapan energi besar dari hasil perbuatan tadi, Vargana tidak ingin menyia-nyiakan energi yang didapat dengan cara pengorbanan diri itu.      

Kedua sejoli itu pun mulai pada posisi mereka dan arahkan dua tangan ke atas, dan kemudian, Pangeran Abvru berseru, "Sekarang, Va! Dorong! Dorong ke atas!"     

Sembari berlutut dan kedua tangan terulur ke atas, Vargana segera melepaskan ledakan energi dia ke arah atas dan itu memang berhasil memberikan daya dorong ke atas.      

Meski tanah terkutuk itu masih terus menekan mereka, namun berkat perjuangan Vargana dan Pangeran Abvru, kristal itu mulai terus naik dan naik dan terus melonjak ke atas, melawan daya tekan tanah.      

Ini sungguh-sungguh sebuah perjuangan yang sangat berat. Bahkan Vargana dan Pangeran Abvru sama-sama menggigit kuat geraham mereka akibat dari besarnya energi yang mereka luapkan ke atas untuk terus mendorong dan mendorong.     

Wajah keduanya sama-sama merah dan hitam saking kerasnya upaya yang diberikan.      

"Errrrggghhhh!"     

"Hhrrrkkkggghh!"     

Mereka berdua sama-sama mengerang kencang sambil terus menggertakkan gigi. Kristal secara kontinyu terus melonjak ke atas.      

Bwuusshhh!     

Akhirnya, peti kristal itu pun meluncur keluar dari dalam tanah hingga terbang mencuat saking kerasnya daya dorong yang diberikan Pangeran Abvru dan Vargana.      

Setelah yakin kristal berhasil bebas dari tanah itu, Pangeran Abvru segera lajukan kristal dia terbang menjauh dari daerah terkutuk itu. Kini dia sudah lebih santai, sedangkan Vargana telah hempaskan pantatnya, duduk terengah-engah saking lelahnya.      

Vargana yakin, jika dia harus mendorong lagi selama setengah jam non-stop, mungkin dia takkan bertahan dan jatuh pingsan. Harus bercinta lagi untuk mengisi daya? No way!      

Pangeran Abvru melirik ke calon istrinya dan merasa iba. Dia jangkau tubuh lemas Vargana dan memeluknya untuk memberikan energi dengan sentuhan saja.      

Ajaibnya, Vargana diam membiarkan tubuhnya dipeluk Pangeran Abvru, bahkan dia memejamkan mata, tidur.      

Menyadari calon istrinya sampai tertidur saking lelahnya, dia perlahan menyamankan posisi Vargana di pelukannya dan terus mengarahkan peti kristal ke arah pondok Cosmo.      

Ketika akhirnya peti kristal itu muncul di pondok Cosmo, Kyuna berseru heran, "Apa itu?"     

Shona yang kebetulan di luar bersama Pangeran Zaghar, segera saja mereka berteriak, "Itu kristal milik Abvru!"      

"Abvru akhirnya kembali!" Kakaknya, Pangeran Zaghar ikut berseru gembira.      

Setelah kristal menapak ke tanah rerumputan di depan pondok, Pangeran Abvru meniadakan elemen itu dan mengungkapkan keempat orang di dalamnya.      

"Va!"     

"Jaida! Mason!"     

"Ya ampun, kalian ini sebenarnya ke mana, sih!?"     

Semua yang ada di pondok Cosmo bergegas keluar begitu mengetahui Vargana dan Pangeran Abvru serta kedua liger sudah kembali.      

"Kalian takkan percaya apa yang sudah kami lalui." Pangeran Abvru terkekeh ketika dia membopong Vargana yang lesu untuk masuk ke pondok dan menidurkan gadis itu di kamar dengan kasur empuk.      

Dia bahkan berencana ikut lelap di ranjang itu sambil menemani calon istrinya. Vargana hanya melirik sekilas kehadiran Pangeran Abvru di sampingnya untuk memeluk dia dan meneruskan tidurnya. Dia sudah lelah fisik dan mental selama beberapa hari.     

Sementara itu, Jaida dan Mason pun menceritakan pengalaman mengerikan mereka selama di tanah terkutuk. Namun, tentu saja mereka sudah saling sepakat untuk meniadakan bagian mengenai Pangeran Abvru menusuk alat reproduksi mereka menggunakan benang energi.      

Andrea dan yang lainnya hanya bisa menatap bengong mendengar cerita Jaida dan Mason.     

"Pantas saja kalian menghilang berhari-hari!" Kyuna takjub.     

"Ternyata ada daerah seperti itu di Cosmo, yah! Astaga, aku tidak mengira!" Kuro mengerutkan kening. Padahal dulunya dia rajin menjelajahi alam ini tapi ternyata Cosmo terlalu luas untuk ditaklukkan.     

"Kami sudah mencari kalian di sekitar sini, loh!" Voindra memeluk Jaida karena saking leganya. "Malah aku sudah akan memanggil Mama dan Papa ke sini agar membolak-balik alam ini untuk menemukan kalian." Ia menangis bahagia.     

"Nah, anak-anak! Kalian semua sudah dengar dari anak-anaknya Sabrina. Jangan lagi kalian secara sembrono memasuki daerah asing yang sekiranya aneh dan mencurigakan, mengerti!" Andrea menatap para juniornya, menjadikan pengalaman empat orang tadi sebagai acuan untuk berhati-hati dan waspada.     

"Apakah kita perlu memberikan garis batas menggunakan array agar tidak ada siapapun yang mendekat ke sana, Mom?" Jovano memberikan saran.     

Andrea mengangguk. "Sepertinya memang harus begitu untuk menghindari bencana dari penghuni di sini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.