Devil's Fruit (21+)

Pernikahan Vargana dan Pangeran Abvru



Pernikahan Vargana dan Pangeran Abvru

3Fruit 1138: Pernikahan Vargana dan Pangeran Abvru     4

Maka, malam itu juga, digelar upacara ala kadarnya pernikahan untuk Vargana dan Pangeran Abvru.      

Padahal, itu hanya butuh desakan sedikit dari Myren atas prakarsa Andrea. Myren sengaja menantang Vargana dan ternyata putrinya masuk dalam perangkap kata-kata dia.     

Myren dan Ronh tidak keberatan sama sekali jika putri sulungnya menikah muda. Mereka ini iblis, hei! Ras dari lust, pula! Sebuah pernikahan resmi di bangsa iblis lust merupakan hal yang sangat langka.     

"Tidak perlu mengundang orang tuamu ke sini, tidak apa-apa, kan Abvru?" tanya Myren pada menantunya.      

"Ya, tidak apa-apa, Ma!" Pangeran Abvru secara cepat menyesuaikan panggilan untuk Myren. Dia memang tidak mewajibkan hadirnya orang tua dia di Cosmo. Terlalu ribet nantinya. Ia yakin ayahnya pasti akan memaklumi dan senang apapun yang membuat putranya senang.      

"Jangan khawatir, nanti kalau kami sudah keluar dari Cosmo, kami akan mencari orang tuamu dan menyampaikan berita pernikahan kalian." Ronh tersenyum sambil menepuk Pangeran Abvru yang kini sudah memakai jas putih, tampak serasi dengan rambut peraknya yang bersinar terkena cahaya rembulan.      

"Terima kasih, Papa. Maaf merepotkan." Pangeran Abvru juga lekas bersikap pantas pada Ronh.      

Di ruangan lain, Vargana sudah didandani dengan gaun putih layaknya pengantin. Andrea yang menyulap dia menjadi begitu cantik menawan dalam balutan gaun pengantin malam ini. "Dijamin Abvru langsung gak sabar pengen seret kamu ke kamar kalau lihat penampilan kamu ini, Vava."     

"Aunty, ihh!" Vargana merona malu. Ia sungguh tidak menyangka dirinya akan menikah secepat ini. Kalau ini diketahui manusia, pasti mereka akan bernyanyi: pernikahan dini ....     

"Tapi memang Kakak cantik banget loh malam ini pakai gaun kayak gitu dan riasan manis gitu, duuhh bikin iri aja!" Voindra yang menemani kakaknya dirias Andrea di sebuah ruang, tak bisa menahan perasaan irinya ketika dia tersenyum.      

Voindra iri karena kakaknya berhasil menyatukan cintanya dengan pria yang disukai. Sedangkan Voindra?     

"Makanya, kamu harusnya makin gencar dan berusaha yang benar ke Gavin, dong!" Vargana menggoda adiknya.      

Voindra tertunduk dengan wajah memerah. Entah malu atau sedih.      

"Voivoi gadis baik, kok yah!" Andrea membelai kepala gadis remaja itu. Ia sendiri juga ikut sedih karena Voindra masih saja mendapatkan cinta tak berbalas Gavin. "Sini, aku dandani kamu biar secantik Vava."     

"Ahh, nanti Kak Abvru bingung, yang mana pengantinnya," goda Voindra.      

Vargana dan Andrea tertawa, sang kakak pun mencubit hidung adiknya dan berkata ke Andrea, "Aunty, cepat bikin Voi secantik aku! Biar Gavin langsung merasakan getar-getar wow di hatinya!"     

"Kak!" Voindra makin merona.      

Andrea terkekeh dan mulai menyulap wajah polos Voindra menjadi memiliki riasan yang manis dan memesona seperti kakaknya. Bedanya, Voindra tidak mengenakan gaun pengantin. "Anggap saja ini dandanan pengiring pengantin wanita, oke? Ohh! Gavgav bisa dijadiin pengiring pengantin lelakinya, nih! Yoss!"      

Voindra belum sempat menyahut ketika Andrea sudah menghilang dari pandangan matanya. "Huft! Aunty ...."     

"Udah, biarkan Aunty yang ngatur untuk kalian, oke?" Vargana mengerling jenaka ke adiknya. "Tuh liat, deh di kaca, kamu cantik banget! Kalo Gavin ampe nggak terpikat, berarti dia homo!"     

"Ihh, Kak Vava jangan mengutuk dia gitu, dong! Kasihan ..." Voindra protes sambil mencubit pinggang kakaknya. Vargana tergelak kecil.      

Ketika waktunya pengantin dipertemukan di panggung buatan, Voindra mengiringi langkah Vargana menuju ke pelaminan disaksikan mata rekan-rekan mereka.      

Terutama mata Pangeran Abvru yang berbinar tidak melepaskan pandangannya dari Vargana yang sangat memesona saat ini. Seperti yang diperkirakan Andrea, dia tak sabar ingin menyeret Vargana ke tempat tidur.      

Vargana terlalu memesona!     

Namun, Voindra juga tidak kalah memesona, meski sedikit kalah dari sang kakak yang memang sedang menjadi bintangnya malam ini.      

"Ya ampun, Voi cantik sekali!" Kuro sampai menatap penuh damba pada Voindra. Lalu dia mengeluh ke ibu angkatnya, "Mama, kenapa aku juga tidak didandani seperti Voi?" Ia cemberut.      

"Kau ini ... Voivoi kan gadis pengiring pengantin, makanya harus dirias. Kamu kan tidak." Andrea mencubit hidung anak hybridnya.      

"Aku ... kenapa aku tadi tidak ditawari jadi gadis pengiring pengantin? Aku kan mau!" Kuro masih mengeluh.      

Andrea memutar bola matanya. "Yang boleh jadi pengiring pengantin hanya dari keluarga dekat saja, Kuro sayank. Voivoi kan adiknya Vava, makanya dia yang pantas."     

"Lalu, kenapa Gavin ikut jadi pengiring pengantin juga?" Ternyata Kuro belum menyerah.      

Andrea jadi gemas sendiri ingin mencambuk Kuro. Ehh! "Karena ... biar kelihatan serasi dengan Voivoi. Udah, dong Kuro. Nanti deh kalau Jo menikah, kamu bisa jadi gadis pengiringnya, oke?" Ia kehabisan alasan.      

"Umh, iya, deh!" Lalu Kuro menoleh ke Jovano yang berdiri tak jauh darinya. "Jo, lekaslah cari pengantinmu, yah! Biar aku bisa jadi pengiring kalian nantinya."     

Jovano tersenyum dengan wajah tak berdaya.     

Sedangkan Shiro mendesis, "Dasar tidak peka! EQ rendah!"     

"Hei, siapa yang kau sebut itu?" Kuro di sebelah Shiro langsung melontarkan protesnya.      

"Ohh, kau merasa seperti itu, yah? Ck ck ck ..." Shiro melirik sinis ke kembarannya.      

"Mama! Shiro menindasku!" rengek Kuro sambil goyangkan lengan baju ibu angkatnya.      

"Kalian! Kalau kalian bertengkar, akan Mama nikahkan kalian biar akur!" ancam Andrea secara bergurau.      

"Tidak mau! Amit-amit dengan dia!" Kuro memekik tertahan. Di depan sana, sedang diadakan upacara pernikahan Vargana dan Pangeran Abvru, tidak mungkin dia terlalu keras menyuarakan perdebatannya.      

"Ciee ... yang udah tergila-gila ama Zevzev, ya kan?" Andrea malah menggoda putri hybridnya.      

Wajah Kuro langsung memerah. "A-aku tidak tergila-gila padanya, kok! Dia yang tergila-gila padaku!" tunjuknya ke Zevo yang berdiri di sisinya.      

Zevo meringis tak berdaya. "Sudah, jangan rewel lagi atau aku akan minta Papa dan Mama ke sini biar kita sekalian nikah malam ini!" Ia berbisik di dekat telinga Kuro.      

"Uwu! Zevzev udah gak sabar! Oke, oke, besok giliran Zevzev ama Kuro yang nikah, yah!" Andrea berseru tertahan sambil bertepuk tangan pelan.      

"Mama!" Kuro mencubit pinggang ibu angkatnya. Ia malu luar biasa.      

"Kenapa? Kan kamu nanti bisa Mama dandani kayak Vava malam ini. Atau kamu gak mau?" pancing Andrea.      

"Mau! Ehh, maksudku ..." Kuro gelagapan. Apalagi ketika semua hadirin di sana menoleh ke arahnya.      

"Kok yang jawab malah Kak Kuro, sih?" Vargana melongok ke arah Kuro. Ternyata prosesinya masih pada tahap pertanyaan pada pengantin wanita apakah bersedia dengan pengantin prianya. Kebetulan suara Kuro keras lantang seakan dia yang menjawab pertanyaan dari Raja Naga Heilong yang bertindak sebagai penghulu dadakan.      

Sang raja naga segera menatap tajam ke putrinya. Apa-apaan sih bocah itu? keluh sang raja naga sambil mendesah tak berdaya akan putrinya.      

Sementara itu, Andrea terkikik geli. Kuro mencubiti pinggang ibu angkatnya saking malunya.      

"Mama, sih!" desis Kuro.     

"Hi hi hi! Udah, deh ... pokoknya besok Mama akan undang si Djanh ama Mpok Kitty ke sini, biar anak-anaknya dinikahkan sekalian." Andrea menyeringai.      

"Tak mau!" desis keras Kuro, menolak ide itu.      

"Ohh, masih bisa bilang gak mau padahal udah tindih-tindihan setiap hari, hm!" Mata Andrea berkilat nakal ke Kuro.      

Si hybrid hitam terkesiap, kok ibu angkatnya tahu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.