Devil's Fruit (21+)

Mendatangi Calon Besan



Mendatangi Calon Besan

0Fruit 1139: Mendatangi Calon Besan      4

Andrea yang sudah mengetahui keadaan putri hybrid dia, hanya bisa terkikik geli. "Kamu pikir kamu bisa sembunyiin sesuatu dari mamamu, hm? Tentu aja Mama tau kalo kamu ama Zevo sering main 'mamah papah asoi' setiap hari." Ia mencubit gemas hidung Kuro.      

Gadis itu tentulah sangat malu. Ia tertunduk dan sibuk meremas-remas tangannya sendiri. "Aku ... aku cuma bantu Zevo biar dia tidak sakit, Ma," ujarnya lirih.      

Andrea dan Dante mengangkat alisnya sementara Zevo gugup salah tingkah.      

"A-aha ha ha ... itu ..." Zevo tak tahu bagaimana cara menjelaskan kepada Andrea dan Dante mengenai dia yang tergila-gila pada Kuro dan seketika khawatir bahwa dua orang tua angkat Kuro sudah bisa membaca tipu muslihat dia dan akan membongkarnya pada Kuro.      

"Papa bangga kamu bisa menolong Zevo, Nak!" Dante sudah lebih dulu bereaksi sambil menepuk lembut kepala Kuro.      

Tentu saja Dante sudah bisa melihat jelas apa yang sedang dilakukan Zevo pada anak angkatnya. Tapi dia tidak melawan mengenai itu karena dia yakin Zevo melakukan itu karena terlalu cinta.      

Mungkin ini karena Dante sendiri dulunya juga kerap melakukan hal serupa pada Andrea, maka dari itu dia paham kesulitan Zevo.      

I feel you, Zev! Begitu kira-kira benak Dante karena tindakan Zevo related dengan kelakuan dia jaman dulu ke Andrea karena Andrea susah dirayu secara langsung.      

Kalau sekarang sih Andrea tidak perlu ditipu muslihat lagi karena sudah akan paham kapanpun Dante berhasrat padanya.      

Andrea melirik ke Dante dan tersenyum. Mana mungkin dia tidak satu pemikiran dengan suaminya? "Besok akan Mama omongin ini ke Mpok Kitty, oke!" Ia mengusap-usap ubun-ubun putri angkatnya.      

Meski masih merasa malu, tapi Kuro tersenyum sambil wajahnya merona dan tertunduk, mirip perawan desa hendak dinikahkan.      

Melihat tingkah Kuro, Zevo jadi gemas ingin menindas halus lagi nanti malam.      

Akhirnya pernikahan antara Vargana dan Pangeran Abvru telah berakhir prosesi sakralnya.      

Kedua pengantin diusir pergi ke kamar sedangkan yang lainnya hendak berpesta makan dan minum.      

Meskipun Vargana mengerutkan bibir karena tidak diperbolehkan ikut pesta, dia dengan patuh membiarkan suaminya membopong dirinya ke kamar. Ingin menolak tapi berpikir bukankah dia dan sang pangeran sudah sah dan mendapatkan restu kedua orang tuanya?      

Dikarenakan berpikir demikian, sikap Vargana sedikit melunak terhadap Pangeran Abvru.      

Di kamar, malam itu, tentu saja sang pangeran tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk melakukan berbagai hal yang sudah lama dipendam hasratnya. Ia 'mengurung' sang istri sampai siang besoknya.      

Pangeran, slow down, oke? Jangan seperti dunia hendak kiamat. Ya ampun!      

-0-0-0-0-      

Pada siang harinya setelah Andrea dan Dante sadar dari mabuk mereka karena wine dan kegiatan intim lainnya, mereka segera keluar dari alam Cosmo untuk mencari Pangeran Djanh dan Revka.      

Pencarian awal langsung menuju ke gedung perusahaan milik si pangeran, DRH TV.      

Untung sekali Revka berada di sana karena dia sedang menangani sebuah grup vokal baru yang hendak debut melalui agensinya, G&G.      

"Wah, Mpok Kitty!" sapa Andrea ketika dia dibawa masuk ke ruangan kantor Revka di DRH TV oleh seorang sekretaris.      

Revka yang sedang duduk dan tahu akan kedatangan Andrea pun hanya berikan wajah 'bitplis' ke frenemi dia. "Apaan, deh!"      

Andrea dan Dante duduk di kursi seberang Revka. Si Cambion segera melakukan humas ala dia. "Wih, Mpok Kitty kayaknya makin hari makin glowing shimmering splendid, yak! Ck ck ck ck ... padahal udah tuir tapi masih kayak gadis SMA!"      

"Gak usah pake rayuan menjijikkan gitu, deh! Buruan ngomong ada apa ke sini sebelum aku muntah dan lempar kau keluar sampai planet mars!" Revka memasang wajah suramnya.      

"Bisa jauhan dikit, gak? Planet Pluto misalnya, siapa tau gue bisa pelesiran asoi di sana." Andrea malah menjadi.      

Dante menyenggol lengan istrinya, mengingatkan agar sang istri tidak melupakan misi mereka mencari Revka ini. "Revka, kami ke sini hendak bertanya ke kamu, apakah kamu bersedia menikahkan anakmu?"      

"Anak yang mana, nih?" Revka merajut kesepuluh jarinya di atas meja dengan sikap ala nyonya bos.      

"Zevo yang paling utama. Tapi kalau kau memperbolehkan ... Shona pun pasti juga tidak keberatan ikut juga." Dante mewakili istrinya berbicara. Rasanya kalau hal sepenting ini diserahkan ke Andrea yang slebor, bisa-bisa malah kacau.      

Revka dan Pangeran Djanh sudah mengetahui mengenai Zevo yang menyukai Kuro dari putri mereka, Shona. Sebenarnya berita mengenai putra sulungnya itu sangat mengagetkan bagi dia dan sang suami.      

Apalagi Pangeran Djanh, dia orang yang paling kecewa dengan pilihan Zevo. Kasta iblis menikahi seekor beast meski itu tingkat tinggi pun rasanya terlalu banyak meminta rasa pengertian dia sebagai seorang pewaris kerajaan terbesar di dunia iblis Lust.      

Belum lagi jika sampai ayahnya, King Huvr, tau mengenai pilihan cinta cucunya, entah apakah akan merestui atau tidak.      

Pangeran Djanh sudah dikecewakan Shona karena putrinya berakhir dalam pelukan Pangeran Zaghar, apakah dia masih harus meneruskan toleransi dia pada pilihan Zevo?      

Revka sebagai pasangan Pangeran Djanh harus terus meluaskan kesabaran suaminya. Dia harus rutin membujuk sang suami untuk merelakan anak-anak mereka dengan pilihannya masing-masing.      

Yang masih membuat Pangeran Djanh menahan diri dan memiliki kesabaran adalah bahwa pilihan Zevo dan Shona masihlah berada di lingkup keturunan atau famili dari 3 kerajaan terkuat Underworld Lust.      

Untuk Kuro, Revka terus membujuk suaminya dengan membawa nama Andrea sebagai penerus kerajaan besar kedua, Orbth ... selaku ibu angkat Kuro. Sang suami lumayan bisa reda karena itu.      

Dan kini, hari yang diantisipasi oleh Revka datang juga. Anaknya harus menikah. Bahkan calon besannya sudah mendatangi dia.      

"Hm, nanti aku akan mengabari Djanh. Jika dia bersedia, kami akan minta dimasukkan ke Cosmo." Revka kini mengetuk-ngetuk jarinya yang berkuku panjang ke meja kacanya.      

"Ayolah, Mpok Kitty ... janganlah kita mempersulit kehidupan cinta anak-anak kita sendiri." Andrea membujuk Revka. Dia tak ingin putri hybrid dia menderita ala-ala sinetron yang ditindas calon mertua.      

"Aku bukannya mempersulit! Aku cuma ngomong apa adanya. Semua tentu aja terserah suamiku sebagai pembuat keputusan akhir." Revka menjawab keluhan Andrea.      

"Iya, iya, tau sih kalau si Djanh yang bakalan bikin keputusan akhir. Tapi bisa kan dirimu rayu-rayu dia. Pasti lu lebih paham lah maksud gue. Masa sih musti gue ajarin? Gak, kan?" Andrea mendesak.      

Mata mendelik Revka langsung diberikan kepada Andrea. "Kau itu, yah! Udah buluk, jelek, nyebelin, tukang maksa pula!" semburnya ke Andrea lalu beralih ke Dante untuk mengomel, "Dan, bisa gak kau tukar istri? Cari yang lebih manis dan gak nyebelin, gih!"      

Dante tertawa tak berdaya. "Dia tidak tergantikan." Sambil melirik mesra ke istrinya.      

Andrea mengangkat dagunya dengan bangga atas pembelaan suaminya, sedangkan Revka makin kesal.      

"Udah, deh! Gih kalian pergi dulu! Aku masih pusing urusan kerjaan!" Revka memijat pelipisnya tanpa melihat ke dua tamunya.      

"Oke, oke, kami pergi." Dante menyahut cepat sebelum Andrea. "Harap kamu pikirkan dan pertimbangkan permintaan kami tadi, yah! Kuharap jawaban kalian bisa secepatnya dalam minggu ini." Dante mulai berdiri dari kursinya.     

Revka mendongak dan menatap sepupunya untuk bertanya, "Gimana kalo Djanh menolak?"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.