Devil's Fruit (21+)

Uji Coba Pangeran Djanh



Uji Coba Pangeran Djanh

1Fruit 1145: Uji Coba Pangeran Djanh     
3

Saat mereka bertiga: Andrea, Dante dan Revka sedang berdiskusi mengenai tanah itu, tangan Pangeran Djanh mulai terjulur ke arah beast itu menghilang. Rupanya dia sedang mendeteksi daya hidup peliharaannya. "Hm, sudah mati."     

Ketiga orang di dekat Pangeran Djanh segera saja menoleh ke arahnya dengan tatapan terkejut.      

"Sudah mati?" seru Revka. Matanya membulat.      

"Gila! Udah matek?" Andrea tak kalah terkejut dari Revka. "Padahal beast tadi buesar loh! Sumpah, itu kan nyaris segede gaban!"      

"Bayangkan seperti apa perjuangan Vargana dan yang lainnya ketika terperangkap di sini, sayank." Dante mengerutkan kening.      

"Beast tadi meski bertubuh sangat besar tapi dia bukan jenis yang kuat. Itulah kenapa tanah ini sangat cepat bisa membunuhnya. Tak perlu takjub begitu, ladies and gentleman." Pangeran Djanh secara santai menjelaskan.      

"Dih! Kirain ..." Bibir Andrea mengerucut mendengar penjelasan Pangeran Djanh.      

"Tapi tetap saja itu terlalu dahsyat, Cambion!" Revka menampar lengan Andrea.      

Sang Cambion segera mengusap-usap bekas tamparan tangan Revka. "Astaga dragon, Mpok meong! Elu ini cewek apa preman pasar, sih! Berat benar tangan lu!"      

"Itu karena kau sangat lemah." Revka meledek Andrea tanpa ragu. Dua tangan dilipat di depan dada padatnya sembari dagunya terangkat.      

"Ohh, jadi bukan karena lu kuat, yak! Kirain ...." balas Andrea cerdas, membuat Revka seketika mendelik geram. Berdebat dengan Andrea itu memerlukan skill khusus.      

Tidak menggubris dua wanita yang sibuk berdebat tak penting, Dante melayang mendekati Pangeran Djanh dan bertanya, "Bagaimana menurut Pangeran? Apakah sudah diketahui apa sebenarnya yang ada di dalam sana?"      

"Tunggu sebentar, aku butuh menguji coba sekali lagi." Pangeran Djanh kemudian terdiam sejenak lalu tiba-tiba dia mengeluarkan sesosok iblis yang tampak mengerikan dan iblis itu dilemparkan ke tanah di bawahnya.      

Rupanya itu adalah iblis yang berasal dari penjara kerajaan Huvro. Ternyata diamnya Pangeran Djanh tadi karena dia sedang meminta pengawal di kerajaan dia untuk mengambil si narapidana itu.      

Saat si iblis narapidana dikeluarkan dari penjara dan dibawa keluar bebas oleh sang pangeran, iblis tersebut merasa bahagia dan tertawa terbahak-bahak saking senangnya bisa bebas.      

Walaupun dia menyadari bahwa putra dari orang yang memenjarakan dia berada di atasnya dengan sosok-sosok yang tidak dia kenal, iblis itu tetap bersuka cita atas pembebasan dirinya.      

"Ha ha ha! Akhirnya aku bebas juga! Terima kasih Yang Mulia Pangeran! Kebaikanmu takkan aku lupakan!" Iblis itu malah berterima kasih pada Pangeran Djanh.      

"Hm, aku tak yakin kau akan berterima kasih padaku nantinya." Pangeran Djanh secara santai menjawab seruan suka cita iblis itu.      

Wajah sang iblis narapidana mendadak menjadi terheran-heran. "Kenapa?"      

Namun, dia segera mendapatkan jawabannya ketika tanah di kakinya berubah menjadi pasir hisap yang sangat kuat menyedot tubuhnya turun ke bawah.      

"Ehh! Apa ini! Apa ini?! Kenapa begini!" Iblis narapidana itu segera menggunakan kekuatan magis dia untuk bisa melawan daya hisap tanah tersebut. Tak puas hanya dengan tenaga magis, energi elemen juga dipakai sebagai perjuangan untuk kehidupan dia.      

"Sanzuc! Kau adalah pemberontak yang meresahkan warga kerajaan Huvro." Pangeran Djanh berbicara lantang untuk iblis narapidana itu. "Oleh karena kejahatan dirimu di masa lampau, kau dikenai ... HUKUMAN MATI!"      

Iblis narapidana bernama Sanzuc itupun mulai tersadar bahwa sebenarnya dia dikeluarkan dari penjara kejam di kerajaan Huvro bukan karena hendak diberi kebebasan, melainkan untuk dibunuh. "Sialan kau! Laknat! Pangeran laknat! Kau dan keluargamu akan mati mengenaskan tanpa nama dan tanpa kuburan!" teriaknya sebelum akhirnya tubuhnya ditelan tanah itu.      

Terdapat gelegak gejolak dari dalam tanah menandakan Sanzuc tengah berjuang habis-habisan melawan kekuatan hebat tanah tersebut.      

Gerakan gejolak di bawah sana bagaikan ada adonan tepung yang sedang digulung bersama air dan bahan lainnya untuk menghasilkan adonan roti. Tanah di bawah sana seakan sedang diaduk-aduk.      

Pemandangan tersebut terlihat mengerikan di mata orang di atas yang terus melayang di angkasa untuk meneliti kondisi dan perkembangan tanah itu.      

Sesekali akan muncul cipratan tanah lembek ke atas yang menandakan itu hasil dari perlawanan Sanzuc. Kadang pula ada bunyi dentuman beberapa kali di dalam sana.      

Andrea dan Revka terus menyaksikan itu tanpa bicara apapun. Perdebatan mereka seketika terhenti.     

Setelah adanya gejolak di dalam tanah selama hampir setengah hari, maka Sanzuc dinyatakan mati usai Pangeran Djanh mendeteksi keberadaan si iblis narapidana.      

"Cukup lama juga yang ini, Pangeran." Dante menganalisis dari apa yang dia saksikan.      

"Tentu saja. Jangan samakan dia dengan beast lemah sebelumnya. Sanzuc merupakan pemberontak berbahaya yang ditakuti masyarakat Huvro pada ratusan tahun lalu. Cukup sulit menangkap dia saat itu. Dia kuat dan kokoh. Oleh karenanya, membutuhkan waktu lama bagi tanah untuk membunuhnya," jelas sang pangeran.      

"Sumpah, dah! Itu tanah kok seram amat, yak! Sebenarnya apa ada makhluk tertentu di dalam sana atau emang karakter tanah itu, sih?" Andrea bertanya-tanya.      

"Mau coba cari tau?" Revka melirik Andrea. "Sana turun dan cari tau jawaban pertanyaanmu sendiri!"      

Dijawab Andrea dengan lidah terjulur. "Kayaknya elu kan lebih hebat dari iblis tadi, Mpok meong. Sana lu aja yang cobain. Gue mo liat, lu kuat berapa jam."      

Kembali, dua wanita itu berdebat. Dan kedua lelaki di dekat mereka memilih mengabaikan para istri mereka untuk membahas sesuatu yang lebih penting saja.      

"Setelah melihat itu tadi, apakah Pangeran memiliki pemikiran?" tanya Dante.      

"Aku memang memiliki tebakan, tapi tidak begitu yakin apakah benar atau salah." Pangeran Djanh mengelus dagunya yang bersih tanpa jenggot.     

"Kalau boleh tau, apa itu, Pangeran?" Dante sebenarnya tidak sabar ingin lekas mendapatkan jawaban, tapi si pangeran Incubus terus saja menunda berkata pemikirannya dan seperti berbelit-belit.      

"Aku tidak percaya tanah ini yang melakukan penyerangan." Pangeran Djanh perlahan membagikan pemikirannya.      

"Kalau begitu ... ada suatu makhluk di dalam sana?" Dante mencoba mengonfirmasi.      

Anggukan kepala Pangeran Djanh menyiratkan jawabannya. "Itu hanya keyakinan dariku saja. Semua hal masih bisa terjadi."      

Ada makhluk di dalam tanah sana. Meski Dante sedikit memiliki pemikiran serupa seperti pangeran Incubus itu, tapi dia sangat berharap agar pemikiran itu salah.      

"Aku yakin Pangeran bisa mengatasi makhluk itu." Dante harus memberikan pujian lagi kepada Pangeran Djanh agar Incubus satu itu tergerak untuk mengambil makhluk tersebut agar Cosmo bisa damai tanpa adanya marabahaya.      

Mana mungkin Pangeran Djanh tidak senang ketika dirinya dipuji? Dia segera berpikir sejenak untuk menganalisis dan menimbang beberapa hal yang ada di benaknya.      

Kemudian, dari cincin ruang sang Incubus, muncul sebuah botol kecil berwarna merah gelap kehitaman. Awalnya dia ragu tapi ingin mencoba.      

Pangeran Djanh membuka tutup botol dan meneteskan isi dari botol kecil itu ke tanah. Lalu, botol tersebut tidak ditutup lagi. Sepertinya disengaja oleh sang Incubus.     

Tess!      

Hanya satu tetes cairan merah kehitaman yang jatuh ke tanah. 4 orang di angkasa diam menunggu apa yang akan terjadi.      

Tiba-tiba, ada sesuatu yang melonjak naik dengan cepat di udara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.