Devil's Fruit (21+)

Aku Bisa Sihir!



Aku Bisa Sihir!

4Fruit 1150: Aku Bisa Sihir!      0

Andrea terkejut mendengar ucapan Jovano. "Ehh, gimana, gimana, Jo?" Dua tangannya berada di pundak sang sulung.      

"Opa Zardakh bilang, kalo di Cosmo ini tidak ada monster lain selain Tarazqo yang udah diambil Pangeran Djanh." Jovano mengulangi penjelasannya dengan kalimat berbeda.      

Mata Andrea memicing heran dan bertanya, "Kok ... kok kamu bisa tau? Emangnya ...."     

"Iya, aku udah hubungi Opa tadi pagi dan akhirnya Opa jawab kontakanku dan dia bilang kayak yang aku bilang tadi." Jovano menegaskan apa yang dia ungkap. "Kalian kagak perlu pergi berpetualang apalagi jadi bolang[1]. Yuk, ahh! Balik lagi ke pondok dan lakuin hal lainnya aja."     

Desahan pelan terdengar dari mulut Andrea. "Hghh! Ya sudah kalo emang si kancut itu bilang gitu ke kamu, Jo." Ia kemudian balik badan dan menghadap ke kelompoknya untuk berkata, "Oke, gaes, operasi bolang kita batalkan!"     

Ada raut gembira samar dari wajah Pangeran Abvru dan kakaknya, terutama Shona.      

Dante dan Kenzo juga lega atas batalnya operasi ini. Sedangkan Rogard dan Kyuna terlihat biasa saja karena mereka memang bersedia mengabdi meski nyawa taruhannya demi Andrea dan Dante sebagai majikan mereka.      

Akhirnya, kelompok itu pun kembali ke kegiatan masing-masing.      

"Jo, apakah kau sudah merampungkan tombak untukku?" tanya Voindra.     

"Ohh, sudah hampir jadi, Voi. Sabar, yah! Mungkin besok pagi udah bisa aku serahin ke kamu." Jovano menanggapi sepupunya.      

"Oke, sip! Gak sabar pengin liat!" Voindra terkikik senang.      

Sedangkan di tempat lain, di tepi danau, ada Kiran dan Shiro seperti biasanya. Saat ini, kemajuan kekuatan Kiran sudah makin bertambah menanjak. Ini berkat beberapa tips dari Shona yang pernah membimbing Kiran karena keduanya sama-sama memiliki elemen air.      

Kiran kini sudah bisa menari bersama air yang dia tangkap. Gerakannya sangat gemulai dan indah seolah itu sebuah pertunjukan memukau. Dan mata Shiro berbinar melihatnya. Namun begitu, lelaki hybrid itu tetap bersikap tenang dan pandai menyembunyikan gejolak perasaannya.      

Ketika Shona dan Pangeran Zaghar iseng berjalan-jalan di danau, mereka bertemu dengan Kiran dan Shiro di sana. "Ran, sepertinya kau sudah makin hebat."     

"Ahh, Kak Sho terlalu memuji. Tapi aku belum bisa menggunakan air untuk menjadi senjata mematikan." Kiran sedikit gugup dan salah tingkah ketika Shona datang. Dia menunduk malu karena merasa kemajuannya hanya begitu saja, tidak spesial.      

"Jangan berkecil hati, yah!" Shona menepuk bahu Kiran. "Apakah kau sudah tau ingin mempelajari teknik apalagi?"     

Kiran mengangguk malu-malu. "Aku ... aku ingin bisa menjadikan air seperti tali untuk menjerat atau mencekik lawan."     

Lalu, Shona pun berpikir sejenak sebelum dia mendekat ke Kiran dan membagikan tips untuk Kiran laksanakan. Setelah itu, Shiro paham dan dia akan membimbing apa yang sudah disampaikan Shona.      

Karena itu, Shona tidak berlama-lama di sana dan melanjutkan acara jalan-jalan dengan suaminya, meninggalkan Kiran terus berlatih dengan Shiro.      

-0-0-0-0-     

Di tempat lain, di alam lain pula, tampak sosok wanita ramping yang didampingi pria yang terlihat sangat memujanya. "Suamiku, apakah kau lapar? Ingin makan apa?"     

"Ahh, rasanya aku selalu kenyang jika hanya melihatmu, sayankku cintaku," ucap lelaki itu.      

Ivy dan Danang menghabiskan hari-hari penuh asmara mereka di istana yang dibangun para vampir rendahan hasil ciptaan Ivy menggunakan manusia.      

Mendengar ucapan Danang, Ivy terkikik senang. "Kau memang suami terhebat yang aku pernah tau. Tapi, aku tentu saja tidak ingin kau sakit dan itu akan sangat membuat aku sedih." Ivy mengelus pipi Danang, lalu berteriak, "Pelayan! Buatkan makanan enak bangsa manusia untuk suamiku!"      

Pelayan di ambang pintu yang berjaga pun segera menyahut cepat, "Baik, Ratu! Siap laksanakan!"     

Melihat pelayan bersikap begitu patuh dan hormat padanya, Ivy terkekeh senang. Hal demikian adalah sesuatu yang dia sukai. Dipuja, dipuji dan dihormati serta ditakuti.      

"Sambil menunggu pelayan, bagaimana kalau kita berjalan-jalan lihat pemandangan alam ini, suamiku?" Ivy bangkit dari singgasana dan meraih tangan Danang.     

"Tentu. Ayo!" Danang bagai kerbau dicocok hidung, segera bangkit dan mendampingi Ivy berjalan keluar dari ruangan itu.     

Ketika mereka berdua tiba di luar istana, banyak vampir pekerja rendahan yang segera menyapa keduanya dengan hormat. Ivy sangat menyukai itu. Di dunia manusia, mana bisa dia mendapatkan sikap demikian dari sekitarnya?     

"Ratu, salam hormat!" Salah satu vampir kelas atasnya membungkuk hormat pada Ivy ketika mereka bertemu di depan istana.      

"Hm, Osvald." Ivy menatap ke vampir iblis pria di depannya. "Apakah yang aku pesan padamu sudah kau laksanakan?"     

"Sudah! Justru hamba hendak datang ke istana untuk menyerahkan benda yang Paduka Ratu inginkan." Kemudian, Osvald mengeluarkan sebuah tongkat pendek dengan ujungnya memiliki bola kaca sebesar dua kali bola tenis.      

"Hm, aku menyukai ini!" Mata Ivy berbinar cerah ketika melihat benda itu. Dia sebelum ini menyuruh Osvald untuk mengambil sebuah benda berharga milik ayah Osvald, yaitu bola kaca kristal itu.      

Bola kaca kristal berwarna merah kehitaman itu memiliki kekuatan yang sebanding dengan kekuatan magis para iblis. Kemudian, usai mencurinya, Osvald pun menyerahkan bola kaca itu ke seorang vampir pengrajin agar dibuatkan tongkat pendek dari kayu terbaik dan ujungnya bisa menjadi tempat untuk menaruh bola kaca tersebut.      

Jalinan semacam akar yang seolah menyatu dengan tongkat itu berfungsi sebagai saranan pengikat agar bola kaca kristal bisa seperti melekat di ujung tongkat dan tidak jatuh.      

"Aku sungguh menyukai ini!" Ivy tertawa senang.      

Memang, untuk menciptakan pasukan kuatnya, Ivy sengaja menjadikan para keturunan iblis sebagai vampir bawahannya. Karena mereka dibuat patuh absolut pada apapun perintah Ivy, maka Ivy bisa dengan mudah mendapatkan berbagai benda bagus, hasil curian vampir iblis yang dia perintah.      

Para 'semi devil' (anak hasil perkawinan iblis apapun itu dengan manusia) yang berhasil dikuasai Ivy, diperintahkan dia untuk mengambil barang tertentu dari orang tua iblisnya dengan cara apapun.      

Ada yang berhasil dan ada pula yang gagal dan berakhir dengan dibunuh oleh orang tuanya. Tapi Ivy tidak peduli, karena baginya, dia bisa menciptakan vampir iblis baru lainnya.      

Bola kristal hitam yang merupakan alam pribadi tempat dia bisa membangun sebuah kerajaan itupun hasil dari dia memerintahkan salah satu vampir iblisnya untuk mencuri benda tersebut dari orang tua bawahannya.      

Sama juga dengan bola kaca di ujung tongkat yang sedang dia genggam. Ivy tersenyum puas sambil terus menatap bola merah kehitaman. "Ini sungguh memuaskan. Ini hebat! Sekarang aku bisa setara dengan iblis!"      

Selanjutnya, Ivy menjajal kehebatan bola kaca itu, mengayunkan ke sebuah pohon. "Jadilah kau pohon meliuk!" teriaknya.      

Usai itu, keluar cahaya merah gelap dari bola kaca itu ke pohon dan seketika pohon tersebut berubah menjadi meliuk seperti spiral. Melihat keberhasilan bola kaca itu, Ivy tertawa girang. "Ha ha ha! Aku bisa sihir! Aku bisa sihir! Ha ha ha!"     

[1] bolang = singkatan Bocah Petualang     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.