Devil's Fruit (21+)

Meledak



Meledak

3Fruit 1167: Meledak     
1

Andrea sudah mulai bersiap-siap untuk menguji kertas mantra buatannya pada para vampir iblis yang tertangkap oleh tim khusus anaknya.      

Di satu bagian sel yang telah dipisah oleh Jovano, mata Andrea tajam menatap salah satu vampir iblis di depannya.      

"Jangan! Jangan lakukan apapun! Jangan padaku!" teriak vampir iblis itu sambil menggelengkan kepala berulang kali dengan wajah ketakutan. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya tapi dia yakin itu pasti bukanlah suatu hal yang baik untuk dia.      

Andrea memunculkan keluar selembar kertas mantra warna hitam dengan tulisan keemasan di salah satu permukaan atasnya. Lalu menggunakan kekuatan Mossa-nya, Andrea melemparkan kertas hitam itu melewati jeruji kerangkeng dan lantas menempel pada tubuh vampir iblis tanpa bisa dihindari si tawanan.      

"Argh!"      

Dhuaarr!     

Vampir iblis itu meledak menjadi serpihan kacau dan darahnya menciprati rekan-rekan di bagian sel sebelahnya. Semua di sel itu berteriak histeris karena rasa takut, kaget dan marah bercampur ngeri.      

"Azdot!"      

"Tidak! Azdot! Tidaaaakkk!"      

Beberapa rekan vampir iblis yang meledak tadi segera saja memanggil nama yang baru saja diuji oleh Andrea. Ada yang meraung, menangis, dan menghujat Andrea.      

"Kau lebih buruk dari iblis! Kau jahat! Kau kejam! Wanita kejam!"     

"Perempuan keji sepertimu pantas mati mengenaskan! Kau dan keluargamu akan mati mengenaskan!"     

Andrea terkekeh mendengar makian untuknya dan dia menanggapi dengan santai, "Kau mengutuk aku dan keluargaku mati mengenaskan? Apa itu artinya kau juga sedang mengutuk anakku, Ivy?"      

"Tidak! Ratu Ivy kami tidak memiliki ibu bajingan sepertimu! Kau bukan ibunya! Kau tidak pantas disebut sebagai ibunya!" raung salah satu vampir iblis tanpa peduli apakah setelah ini dia dicincang atau disetrum, dia tidak peduli karena dia tahu, hidupnya tidak akan lama lagi.      

Untuk apa menahan diri lagi, ya kan? Begitu pikirnya.      

Kekehan pada Andrea masih berlangsung dan dia melirik ke Kenzo yang telah kembali ke dekat sel agar tidak perlu menggubris ucapan para vampir iblis. "Sungguh sebuah standar ganda sekali, yah! Kalau aku baik pada kalian, pasti aku dibilang ibu yang luar biasa bagi Ivy. Dan kalau sebaliknya, kalian akan menghujat aku tidak pantas jadi ibu Ivy, fu hu hu hu ...."     

Mengabaikan teriakan marah para vampir iblis setelahnya, Andrea pun berbalik dan mendekat ke rekan timnya yang masih berdiri di sana menunggu dia. "Huft ..."     

"Tuan Putri, abaikan saja ucapan sampah dari mereka." Panglima Orvaz lekas berkata demikian pada anak junjungannya agar Andrea tidak sedih.      

"Benar, Mom, gak usah digubris." Jovano menyambung.      

"Jangan masukkan ke hati, yah sayank!" Dante memeluk istrinya dari samping menggunakan satu tangan.      

"Putri, ijinkan saya memberi hukuman kecil pada mereka!" Kenzo menggeram menahan emosinya meski tangan sudah terkepal siap melemparkan serangan pada vampir iblis di sel.     

"Ha ha ha, aku emang kagak gubris mereka, kok!" Andrea kibas-kibaskan tangannya dengan santai sambil tertawa ringan. Kemudian, dia mengerti kenapa rekan timnya menghibur dia. "Aku tadi menghela napas bukan karena baper atau sedih, tapi karena kesal dan kecewa hasil kertas mantraku gak sesuai dengan yang aku inginkan."     

"Ohh?"     

"Ehh?"     

Rekan tim Andrea saling bingung, tidak menyangka ternyata itu yang menjadikan Andrea berwajah suram barusan.      

"Mom, memangnya hasil yang bagaimana yang ingin Mom capai?" tanya putra sulung Andrea.      

"Aku kepingin kertas mantra yang aku buat itu bisa mengembalikan jiwa mereka semula. Maksudku, melepaskan pengaruh Ivy." Andrea menuturkan secara gamblang meski tak jauh di belakangnya ada tawanan yang bisa mendengarkan ucapannya.      

"Tidak mungkin kami berpaling dari ratu Ivy!"     

"Kami selalu setia pada ratu sampai akhir!"     

"Bunuh saja kami, kami akan tetap setia dan tidak akan bersedia menjadi antek sampahmu!"     

Segera, Andrea dan yang lainnya menoleh ke vampir iblis yang berlomba-lomba menghujat dan mengikrarkan kesetiaan mereka pada Ivy.      

"Hm, sepertinya pengaruh gigitan Ivy terlalu solid dan mendalam sampai ke DNA mereka, ck ck ck ... luar biasa." Andrea terheran dan geleng-geleng kepala. Dia akui, putrinya memang sangat hebat bisa menciptakan sebuah kelompok yang begitu patuh dan setia melebihi apapun.      

Bahkan, para vampir iblis itu seperti robot yang sudah diprogram sampai ke sel terkecilnya untuk setia dan memuja Ivy. Mereka bagaikan robot yang alami.      

Namun, bagi Andrea, sebuah robot pun tetaplah mesin, bukan? Itu pasti akan ada celah dan eror-nya entah di bagian mana. Nah, maka dari itu ... hal demikianlah yang sedang dicari oleh Andrea, titik eror dari efek gigitan Ivy.     

Andrea tidak percaya gigitan putrinya tidak memiliki celah kelemahan. Meski begitu, merupakan suatu tantangan dan kesulitan luar biasa untuk menemukan hal tersebut.      

Terbukti dengan meledaknya vampir iblis yang meledak tadi, maka itu merupakan sebuah kegagalan bagi sang Cambion. Dia tidak ingin melukai atau membunuh siapapun, hanya ingin mengembalikan kesadaran mereka yang sudah digigit dan dikuasai Ivy.      

Entah itu manusia, atau iblis yang dijadikan budak Ivy, Andrea ingin 'menyembuhkan' mereka semua, karena di sana juga ada Danang, sahabat masa kecilnya. Dia harus bisa menyembuhkan Danang kembali, karena dia yakin yang dia lihat bukan Danang meski itu sosok lelaki itu.      

"Aku gak tau, kira-kira di bagian mana yang salah, yah? Padahal aku udah lakuin semuanya sesuai dengan runutan yang aku baca di buku array tingkat tinggi." Andrea mengerutkan dahinya sambil berpikir keras.      

"Apakah perlu meminta Opa untuk mencarikan buku yang tepat, Mom?" Jovano menawarkan bantuan. Dia paham, ibunya tidak akan bersedia berkata tolong secara langsung pada King Zardakh dikarenakan gengsi. Maka dari itu, dia yang akan maju dan memintanya pada sang kakek, karena dia tahu, kakeknya sangat menyayangi dia.     

"Hah, tidak usah! Tidak usah! Aku bisa pakai koneksiku sendiri untuk nyari buku macam gitu." Andrea segera menolak tawaran anaknya. Akan seperti apa besar kepalanya si ayah kalau sampai tahu itu untuk kepentingan Andrea.     

"Mom, lunturkan dulu gengsimu demi umat manusia dan umat iblis di dunia ini, oke?" Senyum kecil Jovano terpasang di wajahnya ketika mengatakan itu. Mana mungkin dia tidak mengetahui apa yang sedang dipikirkan ibunya.      

Sedari kecil, dia sudah bisa 'mengintip' apa yang ada di pikiran sang ibu. Bahkan sejak dari masa di dalam perut!      

"Gak! Gak usah, Jo! Mama akan cari sendiri. Percaya, deh!" Andrea menepuk tegas bahu anaknya.     

"Hm, oke Mom. Kalau kau berubah pikiran, aku selalu siap, kok!" Jovano mengedipkan satu mata ke ibunya. Andrea menjulurkan lidah ke sang anak. Lalu dia tertawa singkat.      

"Pokoknya aku harus buruan nemuin caranya yang benar." Andrea kembali menampilkan wajah serius dan berkata lagi. "Huft! Sepertinya aku butuh lebih banyak ekspe-"     

Drrttt!     

Bzztttt!     

Dhuaarr!     

Dhuaarrr!     

Andrea dan yang lainnya segera saja menoleh ke arah kerangkeng dan mereka terkejut karena para tawanan itu malah sengaja memegang erat jeruji khusus yang bisa mengalirkan listrik puluhan juta volt. Satu demi satu dari mereka pun mulai tersetrum dan akhirnya meledak gosong.      

"No!" Andrea hendak mencegah itu terjadi, namun terlambat. Semua tawanan sudah berubah menjadi sosok gosong tergeletak di lantai sel.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.