Devil's Fruit (21+)

Jengkol My Love



Jengkol My Love

1Fruit 1172: Jengkol My Love      1

Setelah malam yang penuh kemeriahan karena berkumpulnya kembali semua anggota tim Blanche di alam Cosmo karena tim khusus bentukan Jovano telah berhasil menangkap banyak vampir anak buah Ivy, kini pagi harinya terasa sangat menyenangkan.      

Meski begitu, Andrea tetap berkutat di pondok Alkemia dia untuk membuat versi terbaru dari kertas jimatnya.      

"Bagaimana yang versi ini, sayank?" Dante sebagai suami mana bisa enak-enak tidur sementara istrinya bekerja keras? Tentu saja dia ikut berjaga di pondok Alkemia. Walaupun dia tidak berguna di sana, tapi dia ingin menemani istrinya.      

Siapa tahu, dengan kehadiran dirinya, Dante bisa memberikan semangat pada sang istri selama bekerja.      

Rogard yang selalu menjadi asisten setia Andrea ketika berkaitan dengan hal-hal alkemia, melirik ke dua majikan dia dan tetap diam saja. Ia sudah terbiasa berada di antara keduanya sejak dulu kala saat Andrea masih belum berubah menjadi Cambion Hera 100 persen.      

"Hm, aku udah ubah beberapa elemen di mantra ini. Udah aku buang yang bisa bikin mereka meledak. Jadi, misalkan gagal pun kagak akan meledak dan mungkin hanya bakalan bikin mereka pingsan." Andrea menatap salah satu kertas jimat hitam baru dia.      

"Berarti, misalkan nantinya mereka tidak meledak dan hanya pingsan, apa yang bakalan kita lakukan pada mereka?" tanya Dante penuh rasa ingin tahu. Padahal dia ingin sekali berguna bagi Andrea seperti halnya Rogard, tapi bakat alkemia dia sama sekali nol meski sudah berupaya belajar seperti apapun.      

"Yah, kalo pun misalkan beneran gagal dan pada pingsan, bisa kita pindahin ke alam pribadi lain, misalkan di alam pribadinya Jo." Andrea mengelus-elus dagunya bagai memiliki jenggot naga saja di sana.      

"Bukankah mereka seakan tercekik kalau di alam milik Jo?" Dante mengingat kejadian sebelum ini, para vampir anak buah Ivy tumbang satu demi satu dan pingsan karena hawa tak nyaman yang mereka rasakan di alam pribadi Jovano.      

"Kalo emang mereka pingsan di sono, yah biarin aja, ha ha ha! Angap aja mereka kita tidurkan panjang. Yang penting, mereka kagak lagi bikin ulah di bumi, jadi kagak bakalan ada kerepotan karena mereka." Andrea hanya bisa memikirkan itu sebagai konklusi akhir jikalau memang kertas jimatnya tidak berfungsi baik sesuai harapannya.      

Dante pun mengangguk-angguk. Dia setuju dengan pendapat istrinya. Daripada anak buah Ivy membuat onar di bumi manusia, lebih baik mereka dikumpulkan pada satu tempat dan diamankan di sana.      

"Selamat pagi semuanya!" Kyuna masuk ke pondok Alkemia, senyumnya secerah baju warna kuning terang kesukaan dia. Panampilan Kyuna yang menawan dan halus ala wanita Tiongkok jaman kuno di serial kungfu dimana kain bajunya melambai-lambai lembut ketika dia berjalan, membuat dia tampil sangat mempesona.      

"Kyu." Andrea tersenyum melihat kedatangan salah satu hewan terkontrak dia. Ya, Kyuna aslinya adalah hewan iblis siluman rubah ekor sembilan tingkat tinggi. Dulu dia sempat berseteru dengan Andrea dikarenakan Dante, namun setelahnya, dia justru menjunjung tinggi Andrea sebagai majikannya semenjak Andrea menolong membalaskan dendam desa siluman rubah yang dihancurkan siluman serigala.      

"Apakah kalian sudah selesai bekerja?" tanya Kyuna sambil mendekat ke arah suaminya, ia dengan penuh sayang mengusap buliran keringat di dahi Rogard menggunakan sapu tangan yang dia bawa. Kyuna selalu meminta ikut menemani Rogard di pondok Alkemia, tapi suaminya menolak dan menyuruh dia menemani anak-anak mereka saja.      

"Sudah, meski belum sepenuhnya, sih!" Andrea menyahut. "Kenapa, Kyu?"     

"Cuma ingin beritahu kalian kalau sarapan pagi sudah siap. Pagi ini Shelly memasak ... umm ... apa tadi dia bilang ... semur daging ... dan ... itu ... katanya kesukaan Noni Putri." Ia lupa nama masakan yang tadi disebutkan Shelly untuk disampaikan ke Andrea.     

"Kesukaanku?" tanya Andrea sambil picingkan matanya, berusaha menebak. "Semur jengkol balado?"      

"Ahh! Iya, benar itu! Jengkol! Hi hi hi ... namanya aneh makanya aku agak ragu mengingat-ingatnya, takut salah." Kyuna melonjak senang ketika Andrea menyebutkan nama makanan yang dia lupa.     

Andrea terkekeh dan merangkul suaminya, berkata, "Ya udah, ayo dah kita hajar dulu semur buatan bebeb! Lagian, udah berapa abad aku kagak makan jengkol, slurrpph!"      

Mereka berempat pun beriringan keluar dari pondok Alkemia, masing-masing menampilkan wajah puas. Kecuali Rogard, karena apapun yang dia rasakan, tampangnya masih saja sedatar layar ponsel.      

Ketika memasuki ruang makan, Andrea bisa mencium sedapnya aroma semur jengkol kesukaan dia. Ternyata Shelly masih menjadi sahabat terbaik baginya yang tidak pernah lupa apa saja hal favorit Andrea. "Bebeb! Makasih udah masakin jengkol my love!" Ia memeluk Shelly sambil mengecup pipinya.      

"Aha ha ha, cuma lagi iseng aja kok masak ini." Shelly merendah untuk meroket. Maunya, sih!     

Andrea tiba-tiba saja cemberut. "Jadi, makanan favorit aku hanya sebuah hal iseng aja bagi kamu yah, beb? Hiks! Hiks!" Ia berakting menangis meski itu jelas sebuah dusta saja.      

Shelly merangkul sambil tertawa santai. "Udah, udah, yuk makan, sebelum semur jengkol love kamu dihabisin anakmu." Ia menepuk pelan lengan sahabatnya.      

"Heh! Jo?! Dia demen semur jengkol my love?! Sejak kapan dia-" Andrea lekas mendelik dan pandangan matanya segera tertuju ke arah meja makan dan di sana sudah ada Jovano mengisi piringnya dengan semur favoritnya. "My jengkol! Jo! Jangan habisin, woiii!"      

"Mom! This is mine!" ujarnya dengan gaya posesif memeluk mangkuk besar berisi semur jengkol balado sembari mulutnya masih penuh akan makanan sehingga agak tidak jelas apa yang dia ucapkan, tapi tentu saja ibunya tahu.      

"No! Not yours, jamet muda! Sini! Mama juga kepingin, woiii!" Andrea segera saja memburu ke semur jengkol di dekapan putranya.      

Dante hanya sanggup menghela napas melihat kelakuan anak dan istrinya yang sama-sama tidak elegan kalau sudah saling berebut ataupun berdebat. "Kalian ... bisakah tidak perlu berebut? Aku bisa membuatkan lagi kalau itu habis, kok!"     

Andrea segera memalingkan pandangan ganas ke suaminya dan berseru, "Buruan bikin kalo gitu, jamet tua!"     

Yang lainnya menahan cekikikan mendengar Andrea menyebut jamet pada suaminya. Dante melotot tapi kemudian mengalah dan pergi ke dapur. Lebih baik dia lekas membuat makanan favorit istrinya, yang kini juga sepertinya menjadi favorit bagi Jovano pula.     

"Kamu! Hoi! Kapan kau demen ini, heh?!" Andrea berusaha merebut pinggan berisi semur jengkol balado di dekapan Jovano.      

"Mom sih kagak perhatian ama anak sendiri ampe kagak tau apa yang didemenin anaknya, huft!" Jovano berlagak mengeluh.      

"Halah! Gak usah sok curhat! Gak guna! Pokoknya, sini!" Andrea pun berhasil merebut pinggan semur jengkol balado dari kekuasaan sang putra. Lalu dia  buru-buru memindahkan sebagian besar isi pinggan itu ke piringnya sebelum direbut anaknya lagi.      

"Apa enaknya sih makanan seperti itu?" celetuk Vargana secara iseng saja.     

Mendadak, Andrea dan Jovano menatap setajam silet pada Vargana. Gadis itu meneguk salivanya dengan susah payah, merasa tatapan ibu dan anak itu bagaikan sedang mencabik-cabik dia.     

Oke, pesan moral yang didapat Vargana saat ini, jangan nekat menghina jengkol love-nya Andrea dan Jovano.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.