Devil's Fruit (21+)

Kenapa Aku Di Sini?



Kenapa Aku Di Sini?

3Fruit 1173: Kenapa Aku Di Sini?     
4

Andrea memutuskan bahwa esok pagi adalah hari dimana dia akan menguji coba kertas jimat versi baru dia kepada seluruh tawanan. Ia berharap agar tidak ada lagi ledakan yang tidak diperlukan. Ia ingin menyembuhkan mereka semua tanpa terluka.      

"Mom, kau yakin besok harinya?" tanya sang putra sulung.      

Andrea mengangguk. "Iya lah! Gak mungkin malam ini juga, iya kan? Besok aja biar pada udah fresh dan bisa pada liat gimana ntar efek jimat baru Mama."      

Dante pun membimbing istrinya agar pergi ke kamar ketika Andrea hendak berjalan ke arah pondok Alkemia. "Malam ini adalah malam tenang sebelum uji coba besok pagi. Sayank, istirahatkan dirimu."      

Sebenarnya Andrea masih ingin berkutat sebentar di pondok Alkemia untuk memastikan saja semua kertasnya akan berfungsi esoknya, namun melihat tatapan mengiba sang suami, dia pun tak tega dan mengikuti Dante ke kamar mereka di lantai atas pondok hunian.      

Dalam hati Andrea, entah si suami benar-benar mengkhawatirkan kesehatan dia atau hanya ingin 'dimanjakan' saja dengan pelayanan memuaskan Andrea seperti biasanya.      

Yah, misalpun keduanya, Andrea juga tidak keberatan. Mungkin dia memang harus memilih kepetingan suaminya setelah berhari-hari terus menenggelamkan diri dalam pekerjaannya.      

Rasanya tak adil kalau dia terus mengabaikan suaminya, ya kan? Istri yang baik haruslah yang bisa menyeimbangkan antara pekerjaan dan pelayanan pada suami.      

Malam itu, suasana di Cosmo begitu tenang, bahkan suara binatang malam saja sepertinya tidak terdengar dan ini sedikit aneh. Tak hanya itu, para penghuni lainnya juga seperti memilih untuk lelap tidur saja ketimbang melakukan apapun itu.      

Malam ini ... sangat sunyi dan tenang.     

-0-0-0-0-0-     

Pagi yang dinanti oleh Andrea dan semua anggota tim Blanche pun tiba. Mereka mulai berkumpul di belakang pondok hunian setelah mandi dan sarapan pagi.      

Masih sekitar jam 9 di alam Cosmo saat tim Blanche berkumpul di depan sel khusus berisi banyak tawanan di dalamnya.      

Para vampir di dalam sel itu menatap sengit pada Andrea dan yang lainnya. Mereka tidak berkata apapun, tidak memaki dan menghujat seperti sebelum-sebelum ini. Hanya diam meski tatapan kebencian belum sirna dari mata mereka.      

"Nah, sekarang ... saatnya." Andrea maju dua langkah ke depan mendekati sel.     

Jovano ikut maju hanya untuk berjaga-jaga siapa tahu ibunya membutuhkan dirinya untuk melakukan sesuatu di kerangkeng baja khusus itu.      

Kertas jimat berwarna hitam dengan tulisan keemasan dikeluarkan dari cincin ruang RingGo milik Andrea, siap digunakan. Semua orang di sana menahan napas melihat apa yang akan terjadi setelah ini.      

Apakah berhasil?     

Atau apakah akan terjadi ledakan lagi seperti yang pernah terjadi sebelum ini?     

Semua tim Blanche berdebar-debar menantikan.      

Andrea masih menggenggam beberapa kertas jimat di tangannya sambil dia pejamkan mata berkonsentrasi untuk membisikkan mantranya. Setelah itu, dia menggunakan Mossa untuk menempelkan kertas hitam itu pada salah satu tawanan paling ujung kanannya.      

"Arghh!" Tawanan itu terpekik. Tubuhnya terlonjak sedikit ketika kertas jimat hitam menempel ketat pada dadanya.      

Andrea dan yang lainnya menahan napas, perasaan penuh harap memenuhi benak mereka.      

Setelah beberapa saat, timbullah reaksi dari tawanan tadi. Vampir anak buah Ivy itu terjatuh dengan lututnya pada tanah dan tangannya memegangi lehernya, lalu meremas dadanya dengan ekspresi seperti kesakitan.      

Hal itu membuat Andrea dan tim Blanche cemas akan adanya hasil seperti sebelum ini. Namun, ketika Andrea hendak menyuruh Jovano untuk membuka sel di bagian itu, mendadak terjadi perubahan pada si tawanan.      

"A-aargghh ... ini ... ini di mana?" tanya si tawanan sambil dia mulai memandang sekitarnya. Matanya memancarkan kebingungan, terutama ketika dia mengetahui keberadaan dirinya. "Kenapa aku di sini? Kenapa aku ada di penjara!?!" Ia mengguncang besi baja di depannya meski tetaplah percuma.      

Andrea memiringkan kepalanya. Kenapa tawanan itu bersikap aneh? "Kau ... apa kau ingat dirimu siapa?"      

"Aku? Tentu saja aku ini Takeshiro Kaneki!" Tawanan itu menjawab. "Kenapa aku ditawan? Keluarkan aku! Aku ingin pulang!" serunya sambil terus menggoyangkan besi sel yang tetap kokoh tidak bisa digerakkan.      

"Kau manusia?" tanya Jovano sembari sipitkan matanya.      

"Memangnya apa lagi kalau bukan manusia, heh?" Takeshiro Kaneki menjawab Jovano dengan sikap tidak sabar. "Keluarkan aku! Aku bukan penjahat!" Lalu dia menatap ke sebelahnya dan di sana ada sosok-sosok yang terasa asing baginya. "Ka-kalian siapa?!"     

Rekan tawanan lainnya pun memandang tak percaya pada Takeshi Kaneki. "Kau ... kau tak ingat siapa kami?!"      

"Webber! Apakah kau sudah lupa namamu sendiri?" tanya tawanan lainnya. Mereka hendak menggapai Takeshiro Kaneki tapi terhalang sekat sel baja yang memisahkan mereka.      

Takeshiro Kaneki pun segera mundur menjauh dari gapaian tangan rekan tawanannya dan berseru, "Webber apanya?! Aku ini Takeshiro Kaneki! Aku tak kenal kalian! Tak kenal!" Ia berteriak-teriak menyangkal rekan-rekan dia sebelumnya.      

Melihat adegan yang terjadi di depannya, senyum lebar Andrea mulai terbit di wajahnya. "Apakah ... apakah jimatku sukses?!" Timbul harapan besar di benaknya menyaksikan bagaimana Takeshiro Kaneki panik mendapati keberadaannya dan juga tidak mengenal rekan dia tadinya.      

"Hei! Kalian! Kenapa kalian memenjarakan aku?! Apa salahku?! Katakan apa salahku sampai aku harus masuk penjara begini?! Lagipula, ini di mana?! Pulangkan aku ke rumahku! Ibuku sedang menungguku!" Takeshiro Kaneki terus saja berteriak meminta dilepaskan.      

Semua anggota tim Blanche ikut tersenyum senang ketika mengetahui bahwa kertas jimat Andrea akhirnya membawa efek sesuai yang diharapkan.      

"Ji-jimatku beneran berhasil!" seru girang Andrea sambil menatap ke rekan tim Blanche-nya. Dante dan yang lainnya ikut tersenyum senang. Akhirnya upaya keras Andrea berbuah dengan baik sekarang ini. "Jo! Jo! Lepaskan dia!"     

Tapi, Shiro yang merupakan satu-satunya orang tidak tersenyum, segera berkata keras pada ibu angkatnya, "Mama! Jangan dulu!"     

"Kenapa, Shiro sayank?" Andrea menoleh ke anak hybrid putihnya.      

"Sepertinya dia masih memiliki gigi vampir." Shiro menunjuk dengan dagunya pada Takeshiro Kaneki.      

Takeshiro Kaneki mendengar apa yang diucapkan oleh Shiro dan segera saja dia meraba ke giginya dan dia seketika panik. "Kenapa aku punya gigi seperti ini?! Kenapa begini gigiku?! Apakah aku benar-benar vampir?!"      

Andrea seketika murung. Jimatnya ternyata tidak sepenuhnya berhasil. Walaupun kesadaran Takeshiro Kaneki sudah berhasil dipulihkan, tetapi ternyata jejak gigi vampirnya tidak bisa hilang.     

Meski gigi itu hanya sedikit lebih panjang dari gigi taring manusia pada umumnya, namun tetap saja akan terasa janggal apabila manusia lain melihatnya.     

"Gak apa, Mom! Kasi aja jimat ke mereka semua. Urusan gigi vampir yang gak hilang, kita bisa pikirkan solusinya nanti." Jovano membesarkan hati ibunya yang terlihat muram.      

"Jo benar, sayank." Dante merangkul bahu istrinya untuk memberikan dukungan moril pada Andrea yang mulai menggelap suram karena kecewa.      

Andrea mengangguk dan dia pun mulai menempelkan satu demi satu kertas jimatnya pada semua tawanan.      

Kemudian, satu demi satu dari para tawanan itu mulai berteriak bingung dan kaget karena berada di dalam penjara. Ada yang manusia, ada pula yang berasal dari ras iblis. Mereka saling meneriakkan keinginan untuk lekas dibebaskan.     

"Jo, kita lepasin dulu aja apa, ya?" Andrea menoleh ke putranya. Hanya Jovano saja yang memiliki kendali penuh pada sel itu.     

"Jangan dulu, Ma!" Shiro masih mencegah ibunya. "Kita buang dulu gigi vampir mereka supaya mereka tidak macam-macam nantinya."      

"Kau ini cerewet sekali!" sembur Kuro pada kembarannya. "Kalau Mama sudah yakin akan apa yang dia perbuat, yah berarti Mama benar! Kau jangan halangi Mama, yah!" Ia mendelik ganas ke Shiro.     

Andrea bimbang, apa yang harus dia lakukan sekarang? Langsung membebaskan atau menunggu solusi mengenai gigi vampir itu? Tapi mereka semua sudah kembali ke kesadaran mereka!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.