Devil's Fruit (21+)

Bencana Keluarga



Bencana Keluarga

3Fruit 1176: Bencana Keluarga     
3

Ketika keadaan di Cosmo sedang kacau balau karena serangan mendadak dari Ivy, gadis vampir itu melakukan sesuatu yang sangat mengejutkan Andrea.      

Satu tangan Ivy mencekal leher Sabrina yang tebal, lalu dia pun menghujamkan taringnya ke leher Sabrina. Macan sabertooth itu pun tergigit!     

"Tiidaakkkk! Jangaaannnn!" Andrea menatap ngeri pada adegan itu. Hal ini adalah sesuatu yang sangat tidak dia duga, sekaligus tidak dia harapkan.      

Dante dan Noir yang menyaksikan adegan itu pun membeku sebongkah es batu di tempatnya. Semuanya begitu cepat.      

Usai Ivy berhasil menggigit Sabrina, ia mengirimkan telepati pada semua anak buahnya dan dia pun lekas memasukkan semua pasukannya ke dalam alam pribadi dia sebelum mereka berhasil dipukul telak oleh tim ibunya. Bagaimanapun juga, ini adalah markas musuhnya, Ivy tak mau tertangkap.      

Maka dari itu, dia hanya ingin memberikan pukulan keras nan singkat pada tim sang ibu, dan berharap bisa menaruh serangan pada ibunya atau ayah tiri yang dia benci, namun ternyata dia dihalangi hewan iblis peliharaan orang tuanya.      

Tidak ada pilihan lain selain melampiaskan kekesalannya pada salah satu hewan yang menggagalkan serangan dia pada sang ibu, Ivy pun menjadikan Sabrina target serangan.      

Setelah yakin dia telah memasukkan semua anak buahnya ke alam pribadinya, dia bersiap keluar dari Cosmo dengan sihir di tongkatnya.      

Namun, belum sempat dia melakukan apapun, Dante sudah berteriak, "Keluarkan dia, cepat! Cepat keluarkan dia dari sini, Andrea!"      

Andrea pun tersadar dari linglungnya dan ia melakukan apa yang diperintahkan suaminya. Sayangnya, hal tidak terduga selanjutnya adalah ... Ivy membawa serta Sabrina memasuki alam pribadi gadis vampir itu tepat saat Andrea mengeluarkan kristal Ivy keluar dari Cosmo.      

Seketika, keadaan perlahan menjadi terkendali dengan hilangnya para vampir di Cosmo. Semuanya menghilang begitu saja, membuat tim Blanche yang sedang bertarung pun keheranan. Hanya tersisa mayat-mayat para vampir di tanah yang telah mereka kalahkan sebelumnya.      

Vargana dan Kuro melesat ke Andrea yang sedang berdiri termangu dan syok. Dante lekas memeluk istrinya dari samping.      

"Mama, kau baik-baik saja?" Kuro mendarat tepat di depan ibu angkatnya, wajahnya menampakkan kekhawatiran melihat raut muka sang mama.      

"Aunty?" Vargana ikut bertanya karena Andrea masih saja seperti orang linglung, tidak merespon apapun dan hanya menampilkan wajah dengan tatapan kosong.      

"Bree ... Bree ... Bree! BREE!" Akhirnya Andrea tersadar dan memanggil macan kesayangannya. Ia meraungkan nama Sabrina berkali-kali, sedangkan Dante dan Noir hanya bisa menunduk sedih, membuat siapapun di sana kebingungan.      

Setelah Dante menceritakan mengenai apa yang terjadi tadi pada Sabrina, Kuro meraung tak terima. "Akan aku cincang bocah itu! Akan aku kuliti dan aku jadikan kulit itu kertas toilet! Atau lap dapur!" Matanya merah penuh akan kemarahan. Shona lekas menyenggol lengan Kuro memberikan kode agar si hybrid hitam tidak kelewatan jika berbicara mengenai Ivy.      

Tapi, sayang sekali Kuro sedang tidak ingin bermulut manis akan Ivy. Dia ingin meluapkan apa yang dia rasakan terhadap gadis vampir itu. "Kenapa? Apa aku tidak boleh berkata buruk mengenai bocah vampir yang sok hebat dan durhaka itu, huh?! Kenapa harus bermanis-manis mengenai dia jika dia saja tidak pernah bermanis-manis pada kita? Ya, kan?"      

Tidak ingin memicu hal yang tidak perlu, Dante mendekap istrinya dan berkata, "Aku akan membawa Andrea dulu ke kamar." Lalu, dia segera menghilang dari sana bersama Andrea di pelukannya.      

Vargana mendelik ke Kuro seakan dia sedang menyalahkan sahabatnya itu yang terlalu keras mengatakan apapun mengenai Ivy.      

"Kalian ini kenapa, sih? Haruskah terus menerus menahan diri jika kita marah pada sesuatu atau seseorang? Apalagi orang itu jahat sekali. JAHAT SEKALI!" Kuro menekankan kata-kata terakhir dia dan melanjutkan, "Dia sangat jahat! Sejak dulu! Dan ini adalah kejahatan yang tidak bisa aku terima! Dia hendak menyerang Mama dan akhirnya membawa pergi bibi Bree! Semoga dia mendapatkan balasan berkali lipat atas semua kejahatannya!"      

Mendengar istrinya berapi-api mengutuk Ivy, Zevo pun lekas memeluk sang istri dan berkata, "Yuk, kita berendam dulu di kolam spa."     

"Oke, aku akan memeriksa Cosmo apakah masih ada vampir tersisa di sini." Kenzo mengambil inisiatif.     

"Aku ikut denganmu." Ronh dan Orvaz berbarengan bicara dan mulai ikut Kenzo.      

"Aku juga ingin memeriksa." Shiro terbang ke arah lain. Kiran ikut dengannya.      

Jovano merasa sangat bersalah. Bagaimanapun juga, Ivy adalah adiknya meski berbeda ayah. Ia seperti ikut menanggung perbuatan buruk adiknya. Hatinya masih saja bertanya-tanya, mengapa begitu gilanya sang adik hendak menyerang ibunya dan kini menculik Sabrina, hewan kesayangan sang ibu.      

Sementara yang lainnya saling berpencar hendak memeriksa seluruh alam Cosmo dari vampir yang tertinggal, Jovano mendekat ke Noir. "Paman Noir ... maaf ...." Ia berdiri tertunduk dan malu, tak sanggup menatap Noir.      

Singa petir yang menjulang di hadapan Jovano itu pun hanya bisa mendesah berat, menatap pemuda yang tingginya setengah dari dirinya, dan berkata, "Sudahlah, Tuan Muda. Lebih baik sekarang kita pikirkan saja bagaimana agar nona Ivy bisa sadar dan kembali baik seperti sebelumnya."      

Jovano paham itu hanyalah ungkapan basa-basi dari Noir saja untuk menenangkan perasaan bergejolak di benak Jovano. Namun, semakin Noir begitu, Jovano makin merasa bersalah. "Nanti ... nanti akan kita cari bibi Bree dan selamatkan dia. Pasti nanti mom bisa membuat jimat untuk bibi Bree. Pasti!"      

Noir mengangguk saja.      

"Noir! Ada 2 anakmu yang menjadi korban!" Kyuna datang berlari ke Noir.      

Mendengar apa yang disampaikan Kyuna, Noir termangu. 2, katanya? 2 anak dia menjadi korban para vampir itu? "Siapa? Yang mana?" Ia segera mendesak Kyuna.      

"Jena dan Trosta." Kyuna menjawab lalu tertunduk. Noir merasa dunianya seketika kelam. "Vampir itu menyerang Jena yang kecil lebih dahulu dan Trosta ingin melindungi adik kecilnya, tapi dia juga akhirnya ... menjadi korban."     

Noir lekas berlari ke arah tempat anak-anaknya berkumpul. Di sana sudah ada Kuro dan beberapa gadis tim Blanche lainnya. Kuro sedang menangis sembari memangku tubuh kaku Jena, liger betina yang cantik. Di leher jena sudah ada luka menganga lebar seakan itu tidak hanya digigit tapi juga dikoyak.     

Sedangkan Trosta terbaring dengan perut terburai di depan Gavin. Voindra dan juga Alyn (putri dari Rogard dan Kyuna) terisak menangisi dua liger malang tersebut. Saudara-saudari Jena dan Trosta juga ada di sana dengan wajah sedih tidak terkira.      

"Jena ... Trosta ...." Noir memanggil anaknya yang sudah tewas kaku dengan suara bergetar. Bencana macam apa ini? Kenapa seluruh bencana yang menimpa keluarganya selalu berkaitan dengan Ivy?     

Dulu, anaknya yang masih kecil, Kaira, mati dibunuh Ivy yang saat itu masih menjadi bocah cilik. Dan kini, dua anak lainnya juga dibunuh meski oleh anak buah Ivy. Ditambah istrinya diculik pula.      

"Paman Noir, Leofel terluka." Vargana memberitahukan pada Noir mengenai anak tertua di generasi pertama yang sedang terluka.      

"Leofel! Mana Leofel? Mana bocah itu?!" Noir yang telah menyusutkan tubuhnya seukuran singa biasa pun bertanya tak sabar.      

"Dia sedang diobati Shona di ruang sebelah." Vargana menoleh ke sebuah ruangan.      

Noir bergegas ke sana dan mendapati anak sulungnya sedang berbaring dengan luka pada leher sampingnya yang cukup menganga seperti luka cakaran, sedang diobati oleh Shona. "Leo! Leofel!" Matanya nyalang melihat keadaan putranya.      

"Paman Noir, sabar yah! Aku sedang berusaha memulihkan dia." Shona berkata sambil dua telapak tangannya terus memancarkan cahaya kehijauan di atas leher terluka Leofel.      

"Nona Shona, terima kasih! Terima kasih atas bantuan Nona." Noir mengucapkan sambil menahan tangisnya. Sejantan-jantannya lelaki, pasti akan menitikkan air matanya juga apabila berada di posisi Noir.      

-0-0-0-0-     

Sementara itu, di alam pribadi Ivy, dia menatap puas ke arah Sabrina yang sedang terbaring tak sadarkan diri di dekat singgasananya. Seringai puas tercetak jelas di wajah cantiknya. "Lumayan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.