Devil's Fruit (21+)

Hanya Yang Sudah Terlatih Saja



Hanya Yang Sudah Terlatih Saja

2Fruit 1181: Hanya Yang Sudah Terlatih Saja     
2

Andrea dan yang lainnya sudah mendengar bahwa Ivy menginginkan bertemu di Kutub Selatan. Dan pastinya di tempat yang dahulu pernah dijadikan medan peperangan mereka.      

Ketika Andrea hendak mengucapkan sesuatu, Ivy sudah masuk lagi ke alam pribadinya.      

Namun, sebelum benar-benar menghilang bersama kristalnya, Ivy masih memberikan kalimatnya. "Tiga hari dari sekarang, aku tunggu kalian di Kutub Selatan. Jangan lupa lepaskan anak buahku jika tidak ingin aku mencelakai macan jelekmu itu." Dan kemudian, dia lenyap bersama kristal alam pribadinya.      

Tadinya, Dante hendak membunuh vampir di tangan mereka, namun setelah Ivy berkata demikian, mana mungkin dia berani menjejakkan satu serangan kecilpun pada mereka? Maka, dengan berat hati, dia pun melepaskan semua sandera.     

Andrea dan Jovano juga melakukan hal sama.      

Para vampir itu pun lekas melesat masuk ke dalam alam pribadi ratu mereka sebagai sarana penyelamat.     

.     

.     

"Jadi, Ivy ingin kita bertemu di Kutub Selatan, di tempat dulu kita perang dengan bangsa vampir untuk menyelamatkan dia?" Kuro mengulang ucapan ibu angkatnya dan menambahkan sedikit kalimat sindiran di bagian akhir.     

Vargana melotot sambil mendesis pada Kuro agar tidak perlu berucap seperti itu di depan Andrea. Tapi Kuro malah balas melotot sambil menaikkan dagunya pada Vargana sebagai bentuk protes karena dia diprotes.     

"Ehem! Yah, begitulah." Andrea berdehem sambil mengiyakan Kuro. Memang kenyataannya demikian, bukan kah begitu? Spot di Kutub Selatan itu memang merupakan tempat dimana mereka dulu berperang demi menyelamatkan Ivy. Itu adalah fakta yang tidak terbantahkan.      

"Kalian benar-benar pernah perang dengan ras vampir di Kutub Selatan?" tanya Pangeran Zaghar pada Shona sambil berbisik untuk kesopanan di depan Andrea. Shona mengangguk mengiyakan. "Dan itu untuk ... menyelamatkan Ivy?" Sekali lagi Shona mengangguk.      

Mendapatkan konfirmasi dari istrinya, Pangeran Zaghar hanya bisa menampilkan wajah canggung, tidak menyangka bahwa Ivy bisa membalas keluarganya seperti ini caranya. Yah, tapi karena mereka semua adalah keturunan iblis, hal demikian hanyalah sebuah kewajaran saja, kan?     

Walau begitu, sungguh ironis dan miris jika hal ini dipikirkan ulang oleh sang pangeran kembar. Dalam hatinya, dia berharap anak keturunannya bersama Shona kelak tidak seperti Ivy, yang tidak tahu terima kasih dan menjadi duri bagi orang tuanya sendiri.      

Berita mengenai ini juga sampai di telinga Noir dan anak-anaknya. "Nyonya, apakah benar kita nanti akan kembali ke Kutub Selatan untuk menjemput Sabrina?"      

"Benar, Noir. Ivy sudah menjanjikan begitu." Andrea mengangguk ketika Noir menemuinya di depan pondok hunian.      

"Aku dan anak-anak akan bersiap-siap kalau begitu. 3 hari dari sekarang, kan?" Noir hendak berbalik.     

Namun, Andrea berkata sebelum si singa petir benar-benar pergi kembali ke huniannya sendiri. "Noir, anak-anakmu ... jangan ada yang ikut ke Kutub Selatan, oke?"     

Noir mau tak mau menoleh kembali ke belakang, memandang tak mengerti pada Andrea. "Nyonya, kenapa?"     

"Aku tidak ingin siapapun yang tidak memiliki pengalaman bertempur untuk ikut ke Kutub Selatan." Andrea menegaskan ini. Dia memang tidak menginginkan anggota dia yang belum berpengalaman untuk ikut terjun ke Kutub Selatan.      

Sudah pasti Andrea paham bahwa nanti di Kutub Selatan tidak akan berakhir dengan damai begitu saja. Ivy pasti merencanakan sesuatu dan itu tidak mungkin merupakan hal yang baik-baik saja bagi pihak Andrea.      

Oleh karena itu, Andrea hanya mengijinkan anggota tim yang terlatih saja untuk menghadapi Ivy di Kutub Selatan nantinya. Ia tidak ingin lebih banyak jatuh korban dari pihaknya. Apalagi Noir sudah berulang kali kehilangan anak-anaknya dikarenakan Ivy. Ia tak ingin menambah jumlahnya lagi.      

Keputusan Andrea ini disetujui oleh suami dan putranya. Dan akhirnya juga disepakati oleh anggota tim lainnya.      

Meski begitu, Mason, anak Noir, merasa tidak senang dengan keputusan Andrea. "Aku juga ingin berjuang menyelamatkan ibuku sendiri. Kenapa aku tak boleh ikut? Aku bukannya lemah!" Liger jantan satu itu memang lebih lantang bicara apa yang ada di benaknya.      

"Adik, jangan membantah apa yang telah diatur oleh Nyonya Andrea." Leofel sebagai alfa utama di antara anak-anak Noir pun menegur adik lelakinya.      

"Tapi, Kak! Bukankah menolong ibu juga merupakan sebuah hal terpuji dan baik?" Mason belum ingin reda. Semangatnya masih membara ingin ikut serta dalam misi penyelamatan sang ibu.      

Plak!     

Jaida tak tahan lagi dan memukul kepala adiknya. "Kau ini bisa tidak sih patuh pada apa yang telah diputuskan majikan ayah dan ibu?" Matanya tajam menatap sang adik yang pernah menjadi teman suka dan duka saat mereka tertawan di dalam tanah gersang dalam kuasa monster.     

"Kak Jaida! Urrfhh ... pukulanmu keras dan sakit ...," keluhnya sambil mengusap kepala dengan satu kaki depannya sembari wajahnya mengkerut manja pada sang kakak, berharap Jaida berbelas kasih padanya.     

Tapi itu hanya harapan kosong saja karena Jaida malah mendelik tajam pada Mason. "Aku bisa menambah lagi jika kau mau mencobanya. Ayo, cepat protes lagi dan kau bisa merasakan keindahan telapak tanganku ini!" Ia menunjukkan tapak besar kaki depannya sekaligus memunculkan cakar di sana.      

Mason mendengus, sepertinya tidak ada yang membela dia satupun. Ia memandang semua saudara-saudarinya dan mereka hanya menggeleng sambil menghela napas. Siapa yang berani melawan Jaida sebagai liger betina paling galak dan tegas?     

Meski masih ada Noria sebagai liger betina di atas Jaida, namun tetap saja Jaida masih merupakan yang paling ganas setelah Leofel sang alfa.      

"Sudah, sudah, tidak perlu berdebat lagi." Noria sebagai betina paling tua mencoba melerai adik-adiknya. Dia memang lebih tenang menghadapi situasi apapun. Karena ketenangannya itulah dia merelakan posisi alfa betina ke Jaida.     

Mason mendengus lirih dan menundukkan kepalanya. Sepertinya memang tidak ada lagi yang bisa dia ucapkan.     

Sementara itu, Andrea dan tim Blanche mulai mempersiapkan diri dalam 2 hari terakhir ini. Mereka berlatih lebih tekun dan masing-masing juga berlatih menggunakan senjata baru mereka hasil buatan Jovano.      

Beberapa dari mereka giat latih tanding di berbagai area di alam Cosmo.      

"Aunty, aku juga boleh ikut, kan?" Tidak disangka-sangka, Kiran maju menemui Andrea ditemani Shiro.      

Andrea yang sedang berjalan-jalan di kebun inti kristal bersama Dante pun menoleh ke Kiran. "Ranran, kau ingin ikut ke Kutub Selatan?" Gadis itu pun mengangguk atas pertanyaan Andrea. "Kau yakin mengenai itu?" Kiran mengangguk lagi dan Andrea bertanya kembali, "Sudah bicarakan ini ke papa dan mamamu?"     

Kiran kali ini terdiam sejenak sebelum dia bicara menjawab Andrea, "Aku nanti pasti akan minta ijin ke mama dan papa. Dan aku yakin mereka pasti memberi ijin."     

"Hm, kok aku gak gitu yakin tentang itu, yah Ranran. Coba kamu ngomong dulu ke mereka sekarang, kalau udah, kamu bisa datang lagi ke aku." Andrea memang kurang yakin Kenzo maupun Shelly akan mengijinkan putri mereka ikut pergi ke Kutub Selatan.     

Sebagai orang yang sudah lama mengenal Shelly, dia memahami pasti sang sahabat tidak merelakan putrinya pergi, apalagi Kiran belum berusia 17 tahun. Dia masih terlalu muda untuk ikut bertempur.      

.     

.     

"Ran sayank, jangan yah!" Benar dugaan Andrea, Shelly tidak mengijinkan Kiran turut ke Kutub Selatan.     

"Ma, aku sudah berlatih keras selama berbulan-bulan ini dan aku tidak ingin terus berlindung di bawah kalian selamanya. Aku ingin menguji pelatihanku selama ini." Kiran bersikeras.      

Shelly memandang suaminya, berharap Kenzo ikut melarang Kiran.      

Kini, semua keputusan sepertinya ada di tangan sang panglima, Kenzo.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.