Devil's Fruit (21+)

Kenzo Vs. Kiran



Kenzo Vs. Kiran

1Fruit 1183: Kenzo Vs. Kiran     
0

"Gav, apa kau yakin kau akan ke Kutub Selatan dan berperang melawan Ivy?" Jovano tahu dengan persis seperti apa perasaan sahabat masa kecilnya itu pada adik sulungnya.      

Mendengar Jovano bertanya padanya setelah hening sekian lama, tentu saja Gavin menoleh ke sumber suara di sebelahnya. "Kak Jo ... hm, aku ... aku tak tau, Kak. Aku hanya ... hanya ingin menghentikan Ivy."     

"Apakah kau yakin hatimu bisa?" tanya Jovano lagi, seakan dia sedang mengejar Gavin melalui pertanyaan-pertanyaan yang kritis itu.      

Menghela napas sebentar, Gavin lalu menjawab, "Aku ini paham kalau Ivy tidak membalas perasaanku, tapi aku tidak ingin dia semakin berbuat salah. Aku sedih melihat Ivy seperti itu. Dia ... dia sebenarnya manis, Kak! Ivy ... pasti ada sesuatu yang membuat Ivy jadi seperti itu."     

"Apa kira-kira menurutmu, sesuatu itu?" Sungguh, Jovano benar-benar ingin mendesak jawaban Gavin.      

"Sepertinya sesuatu yang berkaitan dengan kematian ayahnya, ya kan Kak Jo?" Gavin menatap lurus ke mata sahabatnya.      

Jovano mengangguk. "Ivy ... aku rasa dia terlalu berpikir jauh dan melampaui yang seharusnya. Dia terlalu terguncang dengan kematian ayahnya. Tadinya kita memang bisa menutupi itu, namun pada akhirnya, dia mengetahui kenyataan mengenai Papa Gio."     

"Oleh karena itu, Kak Jo ... kita harus selamatkan Ivy dari semua kesalahpahaman yang dia miliki!" Mata Gavin memancarkan semangat antusiasme mengenai Ivy.      

Hati Jovano tergelitik untuk tertawa akan apa yang sedang diucapkan Gavin. Yang dia ketahui, salah paham Ivy terlalu besar dan mendalam sehingga rasanya percuma saja apabila hendak menyadarkan adiknya itu. Terlebih, Ivy sudah membenci seluruh keluarganya. Ini adalah hal fatal yang tak bisa ditolong lagi, menurut Jovano.      

Dan apabila mendengar idealisme Gavin tadi mengenai menyadarkan Ivy, bagi Jovano itu hanyalah hal sia-sia ketika hati adiknya sudah terlalu kelam dan jatuh. Tapi ia tidak akan mengatakan itu di depan Gavin karena dia yakin sahabatnya itu takkan percaya.      

Sampai saat ini Jovano masih belum bisa pulih dari sakit hatinya atas ucapan Ivy terhadap ibu dan ayahnya. Adiknya sudah terlalu jauh tenggelam dalam kebencian sehingga rasanya akan sangat mustahil untuk ditolong.      

Jikalau memang Ivy tidak ingin ditolong lagi, maka tidak ada yang perlu dipertimbangkan selain menghentikan Ivy dengan cara keras apabila dibutuhkan. Jovano harus tegas mengenai hal satu ini. Perasaan melankolis tidak akan membantu apa-apa dalam situasi begini, dia menyadari itu dengan jelas.      

-0-0-0-0-     

Di pagi hari, sehari sebelum pergi ke Kutub Selatan, Kenzo sudah berada di tempat tepi sebuah danau yang biasa digunakan Kiran untuk berlatih.      

Sementara itu, putrinya, Kiran, berdiri menghadap ke Kenzo, pandangan gadis remaja muda itu begitu tajam dan fokus pada sang ayah.      

"Mulai!" Kenzo berteriak sambil bergerak melesat ke putrinya.      

Kiran mengepalkan dua tangannya sambil melakukan kuda-kuda, bersiap akan apapun yang akan diberikan ayahnya.      

Kenzo bergerak secepat yang dia bisa untuk memberikan serangan pada Kiran. Meski dia hanya menggunakan ranting pohon saja untuk menguji putrinya, itu sudah cukup.     

Mata Kiran menajam lebih awas ketika ayahnya mulai bergerak ke arahnya.      

Kenzo tiba-tiba sudah berada di sebelah kanan Kiran. Gadis itu diharuskan menghindari sabetan ranting dari ayahnya, itu yang tadi sudah disepakati sebagai ujian baginya.      

Ketika ranting di tangan kanan Kenzo hendak dijatuhkan ke lengan Kiran, gadis itu lekas berkelit ke samping kiri sambil melenting menjauh dari ayahnya.      

Namun, ternyata Kenzo sudah berada di sisi terdekat Kiran. Gerakan sang panglima tentu saja cepat. Kiran berjuang menghindari sabetan ranting yang hendak ditujukan padanya. Satu kali saja dia terkena sabetan itu maka dia gagal lolos dalam ujian kali ini.      

Wusshh!     

Kiran melonjak menghindari sabetan ranting di tangan ayahnya. Tapi Kenzo tidak ingin memberi kemudahan pada putrinya. Dia sudah menghilang dan muncul di sisi lain Kiran.      

Lekas saja Kiran merunduk ketika ranting itu hendak menyentuh lehernya. Sayangnya, Kenzo sudah memprediksi gerakan putrinya dan ranting tiba-tiba sudah berada di kaki Kiran, hendak menyentuh di sana.      

Tak bisa mengelak dari ranting itu, Kiran pun menggunakan kekuatan elemen air dia, mengambil sedikit air dari danau untuk menangkis ranting itu, membungkusnya sambil memberikan daya tolak sehingga ranting itu terlempar dari tangan Kenzo.     

"Hm, tidak buruk." Kenzo tersenyum puas akan gerak refleks putrinya saat terdesak. Ia pun berhenti sejenak dan memandang Kiran yang terengah-engah. "Apakah kau sudah kelelahan?"     

"Tidak, Pa. Ini belum apa-apa bagiku." Kiran berdiri menenangkan napasnya. Dia harus meyakinkan sang ayah bahwa dia kuat dan tak mudah lelah.      

"Apa kau tau kenapa Papa menggunakan ranting untuk menyerangmu dan tidak membolehkan ranting itu menyentuhmu walau sedikit?" tanya Kenzo pada putrinya.      

Kiran pun menjawab, "Papa sangat kuat dan tidak ingin menyakiti aku, makanya memakai ranting saja untuk menguji aku. Dan kenapa itu tidak boleh menyentuhku walau sedikit, karena ranting itu diibaratkan cakar dari vampir atau gigitan mereka."     

"Ha ha ha, benar. Putriku memang cerdas dan juga hebat." Kenzo senang Kiran memahami hal itu. "Jika ranting itu berhasil menyentuhmu, maka itu sama saja kau sudah dikalahkan lawanmu. Karena musuh kali ini adalah vampir dan juga memiliki kekuatan iblis, itu tak bisa diremehkan begitu saja, Nak. Sekali kau terkena cakar atau gigitan mereka, bisa jadi itu adalah final untukmu."     

"Aku mengerti, Pa." Kiran mengangguk.     

"Putri Papa ini sungguh berkemampuan," puji Kenzo.     

"Apakah ini artinya aku sudah lulus dan bisa ikut ke Kutub Selatan, Pa?" Kiran menahan gejolak hatinya.      

"Ohh, tentu saja masih ada ujian lainnya untukmu, kenapa harus terburu-buru, gadis kecil?" Kenzo mengerling jenaka ke putrinya. "Lagi!" seru Kenzo sambil dia memburu ke Kiran dengan ranting di tangan.     

Kiran segera menghindar dari sergapan ayahnya. Kecepatan ayahnya memang bukan kecepatan sesungguhnya dari sang panglima. Ayahnya hanya menurunkan sedikit kecepatan aslinya dan menyesuaikan dengan kecepatan umumnya yang biasa dimiliki vampir dan iblis rendahan saja.      

Meski begitu, Kiran tak boleh lengah. Dia harus terus berkonsentrasi dengan kemunculan tiba-tiba ayahnya di segenap penjuru dirinya, berkelit secepat mungkin dari serangan ranting itu dan membuktikan pada ayahnya bahwa dia tidak bisa disentuh oleh para vampir yang cepat.     

Kadang, Kiran harus menggunakan kekuatan air dia untuk menepis ranting yang nyaris menyentuh dirinya, dan itu diperbolehkan sang ayah.      

Dan saat Kiran sudah nyaris kalah, dia berseru sembari mengambil air danau yang diubah menjadi pusaran air membungkus ayahnya sehingga Kenzo pun terpental ke belakang.     

"Wow! Wow! Lihat, kau bahkan sudah bisa mendorong ayahmu yang hebat ini!" Kenzo kembali ke depan Kiran dengan keadaan basah kuyup. "Ha ha ha! Kekuatan airmu ternyata sudah meningkat pesat, yah Nak!"     

"Umh!" Kiran mengangguk. "Itu berkat Kak Shiro dan Kak Sho yang sesekali memberikan pencerahan padaku mengenai pengendalian air." Ia melirik ke arah Shiro yang berdiri tak jauh dari sana, mengawasi keduanya.     

"Pa, apakah aku sudah lulus?" Kiran tak sabar mengetahui hasilnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.