Devil's Fruit (21+)

Pemulangan Sabrina



Pemulangan Sabrina

2Fruit 1186: Pemulangan Sabrina     4

Setelah melalui perkenalan yang ''fantastis'' dengan Serafima si sepupu nyentrik dari Revka dan Dante, maka rombongan itu pun mulai dimobilisasi oleh Andrea keluar dari alam Cosmo menuju ke kutub selatan.      

Hati sebagian dari anggota Blanche berdebar-debar menanti apa yang akan terjadi di kutub selatan nantinya, terutama Andrea dan keluarganya.     

Kalau boleh memiliki opsi, mereka tidak ingin bertarung melawan Ivy. Namun, sepertinya itu akan menjadi cukup mustahil apabila mengingat bagaimana sikap Ivy terhadap mereka.     

Sebelum mencapai bagian terdalam dari kutub selatan, Myren muncul di depan Andrea. "Kalian tak mungkin melupakan aku, kan?" tanyanya.     

"Kak!" Andrea menyeru antara senang dan juga tak enak hati pada kemunculan kakaknya. "Kami ... ehh, gimana ama Orbth? Apa gak apa-apa kalo Kakak malah ke sini? Nanti babeh ...."     

"Memangnya apa yang bisa dilakukan bapak sialan itu? Kalau aku ingin ikut senang-senang di sini, mana bisa dia halangi aku?" Ia mengedip satu matanya ke sang adik, kemudian dia terbang ke dekat suaminya yang sejak lama ikut Andrea di Cosmo. "Kau merindukanku?"     

"Apakah itu perlu kau ragukan, sayank?" Ronh membelai rambut legam bergelombang istrinya disertai tatapan penuh cinta. Myren terkikik senang.      

Perjalanan dilanjutkan hingga tiba di daerah paling pusat dari kutub selatan, sebuah tempat setelah melewati air terjun darah yang terlihat sangat mencolok dan dramastis kontrasnya dengan keadaan sekitar.      

Kutub selatan masih saja seperti tempat yang tim Blanche ingat sebelum ini. Masih luas dengan bentangan putih dari salju abadi dengan suhu ekstrim yang kurang nyaman bagi para iblis yang berelemen dasar api.      

"Kutub selatan sepertinya tak banyak berubah, yah!" Voindra berkata sambil dia mulai membakar energi murni sebagai cara penghangat tubuh alami. Jika tidak melakukan itu, dia bisa segera beku dalam hitungan belasan menit.      

"Iya, masih sama menyeramkan dan sunyi mencekam seperti terakhir kita ke sini." Shona tak bisa menahan untuk tidak berkomentar. Berbagai kenangan mencuat ke benaknya, termasuk ketika dia menolong banyak anggota mereka dengan tenaga Healer-nya.      

Bahkan dia teringat bagaimana Vargana dan Jovano pernah meregang nyawa di tempat ini dan beruntung sekali dia bisa menyelamatkan mereka meski itu sungguh sebuah upaya luar biasa keras karena saat itu dia masih pemula sebagai Healer.      

Anggota tim Blanche lainnya juga memiliki kenangan sendiri-sendiri mengenai kutub selatan.      

"Mereka belum datang?" Pangeran Abvru melihat ke sekelilingnya, memecah lamunan banyak anggota Blanche pada tempat itu.      

Andrea segera mengendus udara dan berkata, "Mereka sudah ada di sini." Apalagi ketika dia menggunakan kekuatan pelacakannya, dia bisa dengan tepat memberitahu letak koordinat pasukan Ivy.      

"Hah! Sepertinya aku memang susah mengelabuimu." Ivy pun muncul dari balik bukit es di depan kelompok Andrea. Dia bersama serdadunya yang berjumlah sekitar puluhan, berdiri penuh percaya diri menghadap ke pasukan Andrea.      

"Ivy, kami sudah datang seperti keinginanmu, dan kini, sesuai dengan janjimu, kau bisa menyerahkan Bree pada kami." Andrea maju beberapa langkah ke depan sebagai pemimpin kelompok.      

"Kurasa kedatangan kalian bukan untuk tujuan baik." Ivy seakan mencari kesalahan dari Andrea. "Apakah kau berniat buruk padaku di sini? Lihat! Kau sampai membawa banyak orang bersamamu!" Tangannya teracung pada Andrea dan tim Blanche.      

"Bukankah orang-orangmu jauh lebih banyak dari jumlah kami?" Tanpa disangka, Serafima berseru ke Ivy. "Dan kau masih merasa dirugikan? Huh! Aneh!"      

Ivy mendelik ke Serafima, namun dia segera mengendalikan dirinya, tak ingin terpancing emosinya hanya karena ucapan kecil gadis yang tidak dia kenali itu. "Kebetulan kami sedang berwisata di sini sembari mengenang tempat leluhur kami pernah berkuasa."      

"Leluhur? Leluhur apanya?" Pangeran Abvru kini tak mau diam saja dan mencemooh Ivy. "Jelas-jelas anak buahmu kau rekrut secara paksa dari iblis dan manusia. Jadi, leluhur yang mana? Mungkin hanya kau saja yang memiliki leluhur di sini."     

"Diam!" Salah satu anak buah Ivy meraung sambil melotot kejam pada Pangeran Abvru. "Kau yang rendahan tidak patut bicara seperti itu pada ratuku!"      

Pangeran Abvru terkekeh geli. Ketika dia hendak bicara membalas ucapan anak buah Ivy, Vargana menyikut lengannya meminta dia diam saja tidak perlu berkoar tak penting demi menghindari konflik lebih lebar dengan Ivy.      

"Ivy, sesuai janjimu, tolong kembalikan Bree." Andrea kembali berujar pada putrinya.      

"Hm, baiklah! Tak masalah, asalkan kau bisa menerima kondisinya." Ivy membalas dengan cara santai.      

Mendengar penuturan Ivy, Andrea dan tim Blanche lainnya segera merasa cemas luar biasa. Terutama Noir yang ada di rombongan itu. Apakah Ivy menyiksa Sabrina? Apakah macan gigi pedang itu sekarat?     

Noir menggeram rendah, dia tidak bisa membayangkan apabila istrinya sampai terluka. Dia pasti akan menggila jika Sabrina dalam kondisi yang tidak baik. Dia sudah berjanji pada anak-anaknya akan membawa pulang ibu mereka dalam kondisi yang pantas.     

Jika Sabrina terluka atau sekarat, bagaimana Noir mempertanggungjawabkan janjinya itu? Dia pasti tak akan memiliki muka menghadap ke para putra dan putrinya.      

Dante menyentuh leher Noir untuk menenangkan singa petir hitam itu. Tak ada yang bisa dilakukan si mantan Nephilim untuk hewan terkontraknya selain begitu. Ia berharap, Noir tidak lepas kendali karena emosi meski seperti apapun nantinya kondisi Sabrina.     

"Ivy, apa maksudmu dengan ucapan seperti itu?" Andrea menyipitkan matanya penuh curiga pada putri durhakanya. "Jangan katakan-"     

"Kenapa? Apakah kalau macan kesayanganmu itu dalam kondisi buruk, maka kau sudah tidak menginginkan dia lagi? Begitu?" Ivy kemudian terkekeh mengejek ibunya.      

"Apapun kondisi Bree, kami akan menerima dia, dan jika kondisi Bree buruk, maka Mama hanya bisa meminta maaf apabila nanti tidak bisa menahan diri dari menghukummu, Nak." Andrea menatap tajam putrinya, berharap perasaan tak nyaman ini bukan mengenai kondisi buruk Sabrina.      

"Jangan panggil seolah kau ibuku!" seru Ivy lantang sambil telunjuknya mengarah ke Andrea. "Kita sudah berhenti jadi anak dan ibu semenjak kau tidak bisa membawa ayahku kembali hidup!"      

"Hei! Apa kau hilang ingatan?" Kuro tak tahan. Dia berteriak ke Ivy tanpa peduli Zevo menarik-narik lengan bajunya meminta dia untuk tidak berkomentar, apalagi berseru sekeras itu. "Dulu siapa yang mencabut tangan vampir dari jantung ayahmu? Itu yang membuat dia mati! Lalu kau hendak melemparkan kesalahan itu pada kami, pada ibumu? Ngawur!"     

Mata merah Ivy menyala terang. Dalam hati, dia berikrar akan membunuh Kuro setelah menyiksa si hybrid hitam itu terlebih dahulu. Sejak dulu, dia membenci Kuro yang cerewet dan banyak bertingkah di depannya.     

Andrea mau tak mau menyentuh putri hybrid-nya untuk membuat Kuro terdiam. Kemudian, dia menoleh kembali pada Ivy. "Oke, akan aku ingat bahwa hubungan kita telah putus sesuai dengan maumu. Nah, sekarang ... kembalikan Bree."     

"Tidak masalah! Nih, terimalah kalau kau mau!" Ivy mengeluarkan bola kristal yang merupakan alam pribadi dia dan Sabrina pun muncul dari kristal tersebut.      

Namun, mata kelompok Andrea seketika membulat dengan mulut ternganga.      

"BREE!!!" Andrea berseru ketika melihat macan kesayangan dia telah berubah menjadi macan vampir dengan mata merah menyala dan taring sewarna darah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.