Devil's Fruit (21+)

Dia Bukan Lagi Sabrina



Dia Bukan Lagi Sabrina

4Fruit 1187: Dia Bukan Lagi Sabrina     
1

Di saat Ivy memunculkan Sabrina untuk diserahkan ke Andrea seperti yang sudah mereka sepakati, kelompok Blanche membelalakkan mata mereka ketika melihat penampilan si macan gigi pedang.      

"BREE!!!" Bahkan Andrea sampai menjerit tak mengira akan apa yang tertangkap di matanya mengenai Sabrina.      

Macan gigi pedang tersebut memang masih memiliki warna bulu yang sama seperti sebelumnya, namun yang membuat mereka menjerit adalah karena warna mata Sabrina dan juga taring pedangnya yang panjang berubah merah terang sewarna darah.     

"Ivy! Beraninya kau!" Kuro menjerit kalut melihat apa yang terjadi dengan Sabrina.      

Ketika Andrea hendak maju menggapai Sabrina, Dante dan Jovano mencegahnya.     

"Mom! Jangan!"     

"Sayank, tenangkan dirimu dulu!"     

Dante dan putranya sama-sama mencegah Andrea mendekat ke Sabrina. Ini karena macan gigi pedang itu sudah berubah menjadi vampir dan itu artinya Sabrina telah berada dalam pengaruh Ivy.      

Dalam hati, Ivy agak kesal karena kakak dan ayah tirinya mencegah sang ibu mendekati macan kesayangannya. Andaikan Andrea tidak dihalangi, maka dia akan sukses membuat Sabrina melukai Andrea dan lebih bagus lagi jika bisa menggigit dan melumpuhkan sang Cambion Hera itu.      

Sayang sekali, sang kakak dan ayah tirinya sepertinya jeli dan mengetahui rencana dia. Ivy pun terkikik sambil mendekat ke Sabrina di depannya. "Jadi ... kalian sudah tidak menginginkan macan ini lagi? Awwhh ... kasihan sekali kau, macan, kini kau dibuang karena mereka sudah tidak menyukaimu lagi." Ivy bersandar sambil memeluk leher Sabrina dengan cara provokatif, apalagi seringainya seolah mengejek Andrea.      

"Kami tidak membuang Bree!" teriak Andrea. "Kami pasti akan membawanya! Serahkan dia pada kami!" Satu tangannya terjulur seperti gerakan meminta.      

Tapi Ivy justru terkekeh mencemooh sikap ibunya yang meledak-ledak saat ini. "Hi hi hi ... kita tanya saja padanya kalau begitu. Mana yang dia pilih." Lalu dia melepaskan pelukan pada Sabrina dan menjauh sedikit dari macan tersebut. "Kau bisa memilih hendak ke siapa, wahai macan malang yang terbuang."     

"Dia tidak terbuang!" seru Andrea.     

"Diam!" bentak Ivy tak kalah keras pada ibunya. Lalu tatapannya kembali mengarah ke Sabrina.     

Macan sabertooth itu pun menoleh ke Ivy lalu ke Andrea. Sang Cambion Hera menatap Sabrina penuh harap, sungguh-sungguh ingin agar Sabrina tetap mengenali dia dan datang padanya.      

Dalam hati Andrea, dia pasti akan mencari ramuan atau obat apapun untuk menyembuhkan Sabrina dari pengaruh kevampirannya. Meski harus menempuh sampai ke ujung langit dan galaksi pun dia rela jika ramuan itu ada.     

Lalu, bagaimana jika tidak ada?      

Jikalau memang tidak ada ramuan seperti itu, maka Andrea akan tetap membawa pulang Sabrina apapun kondisi si macan yang kini berubah menjadi hewan iblis vampir.      

Di belakang Andrea, ada Noir yang matanya berkaca-kaca melihat istrinya sudah diubah menjadi vampir di bawah pengaruh Ivy. Ini sungguh tidak disangka-sangka dan begitu tidak terduga. Rasanya dia masih lebih suka jika istrinya sekarat daripada menjadi ....     

"Groommhh ...." Sabrina menggeram rendah dan meloncat ke Ivy dan mengusapkan kepalanya ke tubuh Ivy.      

"Hi hi hi ... sepertinya macan ini sungguh pintar memilih majikan." Ivy terkikik senang dengan ulah Sabrina. Tentu saja dia sudah mengira seribu persen bahwa Sabrina akan memihak padanya. Mana mungkin tidak jika dia sudah meminumkan darahnya ke macan itu sebelum ini.     

Melihat adegan Ivy dan Sabrina, Andrea segera memiliki pemahaman baru. Pantas saja sejak kemarin, dia tidak bisa menghubungi Sabrina meskipun mereka masih terkoneksi melalui ikatan kontrak jiwa.      

Rupanya demikian. Karena Sabrina sudah diubah menjadi vampir maka dari itu Andrea gagal melakukan telepati pada macannya. Awalnya dia mengira mungkin Sabrina dalam kondisi sangat buruk seperti sekarat sehingga tidak menjawab telepati jiwa mereka, tapi kini dia mengetahui penyebab pastinya.      

Drepp!     

Ivy langsung melonjak dan duduk di punggung Sabrina, dia terlihat gagah bagaikan pejuang wanita di medan perang. "Hm, tidak buruk juga memiliki hewan tunggangan begini!" Ia menepuk-nepuk leher samping Sabrina. "Nah, sekarang, karena kau peliharaanku, maka namamu adalah ... Zoda!"     

Nampak jelas kepuasan terbalut akan keangkuhan yang ditunjukkan sikap Ivy. Ia menatap penuh ejekan pada tim Blanche. Itu sungguh membuat darah siapapun di tim Blanche bisa mendidih. Mereka memiliki kenangan dan ikatan kebersamaan dengan Sabrina.     

Dan kini, setelah Sabrina diubah menjadi vampir dan dikendalikan sepenuhnya oleh Ivy, bukankah itu artinya si macan gigi pedang tidak akan lagi mengingat mengenai persahabatan di antara mereka, ya kan?     

Bukankah itu sungguh pedih di hati jika teman baik dalam sekejap mata menjadi sosok asing bagi kita?      

Noir rasanya tidak mampu menatap lebih lama istrinya. Bahkan dia tak yakin apakah Sabrina masih mengingat dirinya atau tidak. Ia tidak memiliki kepercayaan diri bahkan untuk menyatakan bahwa Sabrina adalah sang istri darinya.     

Bagaimana nantinya dia akan menghadapi anaknya ketika usai dari kutub selatan? Ia saja tidak yakin bisa membawa pulang istrinya jika menyaksikan seperti apa kini kedekatan Ivy dengan Sabrina.      

Sungguh, rasanya dia lebih rela istrinya mati ketimbang dijadikan pengkhianat begitu. Noir sangat berdarah di hatinya. Jika begini, sama saja dia sudah kehilangan sang istri tercinta. Ia tak akan memiliki muka bertemu anak-anaknya yang menaruh harapan tinggi padanya akan ibu mereka.      

"Kau tak pantas untuk bibi Bree!" Kuro sudah tak tahan lagi dan melesat maju ke Ivy.      

Ivy mendelik dan segera dia berteriak, "Serang mereka!"      

Tak lama sejak teriakan itu, Ivy mengeluarkan semua serdadu iblisnya untuk bertempur melawan kelompok Andrea. Jumlahnya hampir mencapai seribu. Begitu banyak.      

Yang lebih membuat kelompok Andrea terkesiap selain jumlah banyak serdadu vampir iblis di depan mereka, adalah kemunculan makhluk asap hitam yang tiba-tiba di area itu.      

"Makhluk asap?!" Vargana berseru kaget. Seketika dia syok menatap deretan sosok yang pernah memiliki pertempuran sengit dengan kelompoknya sampai mengguncang langit Tokyo kala itu.     

"Makhluk asap hitam? Kenapa mereka bisa di sini?!" Revka juga tak kalah heran mengenai apa yang tersajikan di depan matanya.      

"Bukankah mereka sudah dimusnahkan para angel?" Voindra ikut menyuarakan keheranan dia sambil menatap rekan-rekan timnya, berharap siapa tahu ada yang memiliki jawaban dari pertanyaan dia barusan.     

Tanpa mendapatkan jawaban nyata, mereka disuguhi dengan gerombolan makhluk asap hitam yang berdiri bersisian dengan para vampir iblis dan sepertinya itu sudah mewakili jawaban dari tanda tanya kelompok Andrea.      

"Mereka bekerja sama?!" Jovano mengerutkan keningnya.      

Andrea segera saja mengedarkan kekuatan pelacak dia untuk mencari seseorang. "Ternyata dedengkotnya ada di dekat sini!" serunya usai meluaskan pelacakannya.      

"Dedengkot?" Kuro bertanya.      

"Ya, orang yang mengendalikan makhluk asap hitam!" jawab Andrea sambil menggigit gerahamnya penuh amarah. Tidak ada dalam bayangannya meski dalam seribu tahun ini sekalipun bahwa putrinya memiliki kerja sama dengan makhluk asap hitam yang entah bagaimana masih ada di dunia ini.     

"Serbu!!!" Teriakan kembali bergema dari pihak Ivy disertai melesatnya para vampir iblis dan makhluk asap hitam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.